Wajah Pak Mahmud kuyu dan
pucat. Ditemani anak perempuannya Pak Mahmud duduk menunggu panggilan.
Kata si anak, Pak Mahmud meriang (demam-red) sejak dua hari belakangan.
“Padahal sudah minum puyer.“ kata anak yang masih belia itu. Pak Mahmud
cuma mengangguk saja. Wajahnya memang pucat sekali. Di lehernya
terlilit syal yang tampak kumal.

Tak berapa lama, seorang
perawat memanggil nama Pak Mahmud. Pak Mahmud lalu beranjak masuk ke
ruang periksa ditemani sang anak. Sekitar lima menit Pak Mahmud keluar.
Di duduk lagi di ruang tunggu. Katanya nunggu obat yang sedang diracik.

“Cuma
meriang aja kok, Dokter nyuruh istirahat yang banyak .” kata Pak Mahmud
pelan. Pria berumur 72 tahun bekerja sebagai pedagang kelapa muda.
“Bapak kecapean kali, bulan puasa kemarin pembeli lagi
rame-ramenya.”ujar si anak yang mengaku bernama Mae.

Keluarga
Pak Mahmud sering berobat kesini. Klinik bernama Biomedis ini memang
cukup terkenal di daerah Kayumanis, Matraman, Jakarta Timur. Selain
pelayanannya cukup memuaskan, harganya pun murah.

“Disini
sekali periksa Rp 25.000 sudah termasuk obat.” kata Mae. Dengan harga
segitu tentu saja obatnya adalah generik kata Mae. “Tapi kalau minta
resep obat paten bisa. Nebusnya di apotik lain” ujar Mae yang mengaku
keluarganya cocok dengan obat-obatan dari Biomedis.

Setelah
menunggu sekitar lima belas menit, obat racikan untuk Pak Mahmud pun
selesai. Tak seperti di RS, biaya pengobatan pun langsung di bayar ke
perawat yang memberikan obat. Sembari mengucapkan terima kasih, perawat
berpesan jika obatnya sudah habis tapi meriangnya belum hilang, Pak
Mahmud diminta datang lagi.

Klinik Biomedis ini tak pernah
sepi pasien. Letaknya yang berada di tengah perkampungan, membuat
klinik ini jadi langganan pasien masyarakat kelas bawah. Namanya juga
klinik murah meriah, pasien yang datang umumnya pun dengan penyakit
yang diistilahkan ‘penyakitnya orang miskin’ misal sakit kepala, pegel
linu, meriang (demam-red), muntaber, atau batuk. Meski sebetulnya orang
kaya juga bisa kena penyakit seperti itu.
.
Dokter Rudi
Rusyandi, dokter jaga di klinik Biomedis mengatakan, “Bukan ‘penyakit
orang miskin’ tapi karena memang kita klinik umum dengan dokter yang
umum juga, bukan dokter spesialis. Tentu saja yang datang pasien dengan
gejala-gejala penyakit umum seperti itu.” ujarnya seraya menambahkan
jika ada pasien yang tak mampu ditangani, dia segera merujuk ke RS
terdekat atau ke RS Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Klinik
Biomedis selain melayani pengobatan umum, juga menyediakan layanan
periksa hamil, serta khitan (sunat-red). Jam bukanya 24 jam nonstop
dengan lima orang dokter yang berjaga bergantian setiap hari.

“Klinik
kami bukan klinik aspal (asli tapi palsu-red), tapi bersertifikat dari
Departemen Kesehatan RI yang disahkan oleh Dinas Kesehatan Pemprov DKI.” kata dokter yang juga menjadi kepala klinik Biomedis ini.

Sama Sakit Sama Rasa

Klinik
murah semacam ini sebetulnya sudah ada sejak dulu. Tapi kalau dulu yang
periksa adalah mantri kesehatan (petugas kesehatan). “Sama seperti
puskemas, dulu yang periksa umumnya mantri, bukan dokter. Sekarang
harus dokter.” kata dr. Rusyandi.

Klinik semacam ini cukup
banyak di Jakarta, terutama di daerah-daerah perkampungan dengan
kepadatan yang tinggi. Kabari sempat menyambangi dua klinik serupa di
di Kampung Makassar dan di Kramat Jati, Jakarta Timur.

Nyaris
tak ada berbeda dari ketiganya. Selain diasuh oleh beberapa dokter,
mereka juga mematok harga murah untuk biaya periksa kesehatan. Berkisar
Rp 15.000 – Rp 30.000 sudah termasuk obat. Bandingkan dengan dengan
praktek dokter pribadi atau RS Swasta yang berkisar Rp 100.000 s/d Rp 200.000. Itu pun belum termasuk obat.

Kok
biaya pengobatannya murah? Dokter Rusyandi mengatakan, “Semua dokter
yang bekerja disini, juga bekerja di tempat lain, misalnya di rumah
sakit. Jadi mereka tentu punya sudah penghasilan sendiri. Ini lebih ke
proyek sosial saja. Mereka senang mengimplementasikan ilmu mereka di
bangku kuliah dengan cara membantu mengobati orang miskin.” kata dr.
Rusyandi.

Di klinik semacam ini semua pasien diperlakukan sama. Tak perlu tunjukkan KTP,
tak perlu punya suransi, dan tak perlu bayar uang muka seperti di RS
besar. Mereka akan tetap dilayani dengan layak. Bahkan di Biomedis
mereka juga menerima pasien gawat darurat dengan kondisi tertentu,
misal luka bakar tidak parah, kepala bocor, luka sobek yang memerlukan
jahitan.

Bagaimana dengan kualitas pengobatan? Dokter
Rusyandi menekankan. “Soal kualitas pengobatan bagi kami adalah soal
relatif apalagi dalam wilayah penyakit-penyakit umum seperti yang kita
tangani. Kalau penyakitnya ‘kelas berat’ yang perlu operasi misalnya,
silakan ke RS saja.” imbuhnya.

Seperti termaktub dalam
Undang-Undang Dasar 1945, kesehatan adalah hak segala invidu untuk
mendapatkannya. Dan semangat para dokter yang bekerja di klinik-klinik
atau di murah meriah seperti ini patut diapresiasi. Mereka adalah
harapan bagi orang-orang miskin. (yayat)

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33824

Untuk melihat Berita Indonesia / Utama lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :