KabariNews – Siapa yang tak kenal dengan grup musik legendaris yang satu ini? Ya, Koes Plus, grup musik yang dibentuk pada tahun 1969 sebagai kelanjutan dari grup Koes Bersaudara ini mengharu biru di Indonesia pada dekade  1970-an. Koes Plus pun sering dianggap sebagai pelopor musik pop dan rock ‘n roll di Indonesia.

Nah, grup musik ini ternyata tidak hanya popular di Indonesia saja melainkan di Amerika Serikat. Terbukti di negeri Paman Sam terdapat grup musik yang gemar menyanyikan lagu-lagu dari Koes Plus. Bahkan grup  musik yang bernama Koes Barat ini  pun sudah mengeluarkan cover album yang isinya hanya lagu-lagu dari grup yang pernah dipenjara karena musiknya dianggap mewakili aliran politik kapitalis pada dekade 1960-an.

Adalah Alan Bishop,  musisi  ex- Sun City  Girls yang menjadi arsitek dari terbentuknya grup musik Koes Barat.  Musisi asal Amerika ini selain dikenal sebagai bassis dan vokalis band rock eksperimental Sun City Girls juga  merupakan salah satu pendiri Sublime Frequencies bersama dengan Hisham Mayet.  Sublime Frequencies sendiri adalah label rekaman yang berbasis di Seattle yang berfokus pada musik esoteris dari seluruh dunia, terutama Asia Tenggara, Afrika Utara, dan Timur Tengah.

Ketertarikan Bishop dengan musik Koes Bersaudara  / Koes Plus berawal di tahun 1989 saat dia  mendengarkan salah satu lagu Koes Plus yang berjudul Hidup Yang Sepi. “ Ya, itu adalah sebuah lagu balada  dan saya cinta balada,  ada sesuatu tentang suara, harmoni, dan pengaturan yang membuat mustahil untuk melupakannya.” katanya.

art_130617Bishop pun menyelidiki musik mereka selama bertahun-tahun dan menyadari ada begitu banyak kejutan yang dia terima. Keindahan melodi yang mereka tulis, menurut Bishop sangat sederhana namun disaat bersamaan sangat briilian. “Musik mereka di Indonesia sangat bergaya , mulai dari Pop Melayu, Keroncong,  Qasidah, Pop Jawa sampai Instrumentalia. Idenya sangat beragam  dan mereka melakukan rekaman album tanpa henti dari awal tahun 1960-an sampai  akhir 70-an. “tuturnya.

Kegilaan Bishop semakin intensif pada tahun 2006, ketika ia menghadiri salah satu acara live Koes Plus dan bergabung dengan Koes Plus Fan Club dari Indonesia. Bishop mengumpulkan semua musiknya, dan mulai mengikuti grup legendaris ini  di beberapa kota di Jawa. Bishop memperkirakan bahwa lebih dari 60 band di pulau Jawa yang membawakan lagu-lagu Koes Plus.

Sementara dia mengagumi dan terinspirasi oleh keberanian Koeswoyo Bersaudara untuk membuat lagu  “terlarang” saat musik Barat dalam cengkeraman pemerintah Orde Lama, Bishop akhirnya kembali ke lagu-lagu dari grup musik yang luar biasa ini. “Tonny Koeswoyo, Yon, Yok, dan Murry mengadopsi kemampuan yang sulit dipahami untuk menulis lagu-lagu pop yang besar dengan gaya unik yang abadi” kata Bishop.

Merilis Album Cover 

Di tahun 2010, Bishop mengatakan akan merilis album cover Koes Bersaudara /  Koes Plus). Untuk menampilkan yang terbaik dari lagu  Koes Bersaudara / Koes Plus dibutuhkan sebuah apresiasi dan kemampuan yang lebih untuk menafsirkan musik yang berkembang dari dekade 1960-an sampai pertengahan 1970-an. Untuk itu, Bishop meminta beberapa musisi favoritnya yaitu gitaris Bima Burgess, drummer Don McGreevy, dan bassist Jim Davis untuk membantunya dalam proyek musik.

Semuanya bersemangat  dan nama Koes Barat pun diambil menjadi nama grup Koes Plus-nya Bishop. “Ini adalah proyek informal bagi saya dan saya hanya ingin melakukannya tanpa memikirkan hal itu sebagai album. Saya membawa campuran kasar lagu Kembali  Jakarta dan semua teman-teman  Indonesia saya  sangat mendukung , bahkan Koeswoyos pun kagum bagaimana  produksi musik antik ini terdengar” kata Bishop.

Membahas backing band-nya, Bishop mengatakan mereka semua bergaul dengan baik dan trio ini memiliki kemampuan untuk  melompat dalam mesin waktu pada rentang tahun 1967, 1969, atau 1971. “Banyak musisi pikir itu cukup mudah dilakukan, tapi itu tidak! ” katanya.  Alhasil, melalui label rekaman Sub Pop Records , Koes Barat merilis  album yang berisikan lagu-lagu Kelelawar, Kisah Sedih di Hari Minggu, Pent Juri Hati, Mister Time, Hidup Yang Sepi, And to the so-called “The Guilties”, Tjintamu Telah Berlalu, Poor Clown, Land of Evergreen, Rahasia Hatiku, dan Tiba Tiba Ku Menangis

Lantas mengapa Bishop memutuskan untuk mengabdikan energi kreatif begitu banyak untuk Koes Bersaudara / Koes Plus. Bishop bilang, dirinya tergoda oleh suara Koes Bersaudara / Koes Plus  dan mengembangkan obsesi keseluruhan dengan band, sejarah, dan musik mereka.  “Sulit untuk menjelaskan tetapi saya pasti bukan satu-satunya karena ada banyak jutaan penggemar di Indonesia. Saya menghabiskan jumlah waktu yang sama atau lebih dengan banyak entitas musik lain, saya terobsesi dengan itu, namun ini adalah cara hidup dan saya kira saya memiliki kapasitas untuk itu “

Apakah Bishop berpikir dapat memperoleh keuntungan dari musik yang dbuatnya? “Saya pikir musik ini berdiri di atas ujian waktu. Basis penggemar mereka di Indonesia ternyata lebih dari generasi ke generasi, selalu meningkat jumlahnya. Mereka mungkin, grup musik Indonesia yang paling populer dan dikenali sepanjang masa. Apapun bisa dipelajari atau diperoleh dari musik ini bukan urusan saya. Orang baik mendapatkannya atau tidak. Aku mencintai mereka sampai mati dan saya berharap album ini bisa mengubah lebih banyak orang ke dalam warisan Koes Bersaudara / Koes Plus warisan. “Pungkas Bishop (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/75640

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

jason_yau_lie

 

 

 

 

kabari store pic 1