Evakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Libya untuk diterbangkan ke negara transit, Tunisia, tak semulus evakuasi WNI dari Mesir. Tak seperti di Mesir, Pemerintah Libya tak cukup kooperatif. Pemerintahan tak berjalan dengan baik. Sehingga terjadi penumpukan ribuan warga negara lain yang akan evakuasi di Bandara Libya.

Arif Junaedi, seorang karyawan PT Wijaya Karya yang ikut dalam gelombang pertama evakuasi dari Libya mengungkapkan bahwa dia bersama 260 WNI tertahan di bandara Libya selama lebih dari 24 jam. “Pesawat belum bisa take off sampai malam ini (Sabtu sore waktu Indonesia),”ujarnya saat dihubungi kerabatnya memakai fasilitas komunikasi staff KBRI Libya (Sabtu 26/2). Petugas bandara menunda sampai 5 kali rencana take off pesawat Tunis Air yang dicarter oleh pemerintah Indonesia. “Menurut pemberitahuan terakhir, mereka membolehkan kami berangkat pk 02.00 waktu Libya,” ujarnya sambil tak yakin juga mereka akan benar-benar bisa berangkat.

Tak hanya kelelahan . Perut mereka juga lapar. “ Kami lelah dan lapar. Makanan di bandara benar-benar terbatas. Ada ribuan orang di sini. Pihak KBRI Libya memang mengirimkan makanan tapi juga segera habis, karena kami tidak tahu kapan pesawat diijinkan berangkat,” dengan nada lelah. Dia mengapresiasi staff KBRI karena jumlah staff KBRI di sana hanya 4 orang dan melayani hampir 260 orang saat itu. Belakangan memang Kementrian Luar Negari Indonesia mendatangkan tambahan staff KBRI dari Jakarta.

Menurut Arif, dalam keadaan darurat seperti ini petugas imigrasi Libya menerapkan screening lengkap sehingga prosesnya lama sekali. “Urusan imigrasi saja memakan waktu 6 jam. Padahal ada ribuan orang di sini yang ingin cepat-cepat keluar dari negara ini,”ujarnya. Menurutnya, harusnya imigrasi melonggarkan proses mengingat ribuan orang yang ingin segera keluar dari Libya.

Usaha mengumpulkan WNI di Libya juga tak semudah di Mesir. “ Ini masih mudah karena sebagian besar staff Wika. Namun mengumpulkan pekerja lainnya, yang tersebar di Libya, akan sedikit sulit,”katanya.Rombongan WNI yang dievakuasi dibawa ke bandara Libya dengan menggunakan 5 kendaraan dari KBRI dan 4 bus sewaan.

Jumat sore, ada beberapa warga Indonesia diketahui menuju Tunisia melalui jalan darat. Mereka menghubungi KBRI di Tunisia. “Mereka menghubungi kami karena mereka melalui jalan darat. Jumlahnya kira-kira 10 orang,” kata Duta Besar Indonesia untuk Tunisia, Moh. Ibnu Said. Menurutnya, pihaknya sudah mengirimkan staff KBRI ke perbatasan, untuk menjemput mereka. Jarak perbatasan Tunisia-Libya ke ibukota Tuniasia agak jauh, sekitar 500 kilometer.

Pihak KBRI Tunisia memang berupaya untuk mempersiapkan tempat transit yang nyaman untuk WNI yang dievakuasi dari Libya. Sebagian besar mereka akan ditampung di Wisma Indonesia, yakni sekitar 80 orang. Rumah staff kedutaan dan beberapa hotel yang berdekatan dengan Wisma Indonesia juga disiapkan sebagai tempat bermalam mereka. “Saya mendengar, hampir satu hari satu malam mereka di Bandara Libya.Pesawat tak juga mendapat otorisasi untuk take off. Tentu mereka lelah. Kami sudah menyiapkan tempat sebaik-baiknya untuk mereka, “ ujar Ibnu Said. WNI dari Libya itu akan beristirahat di Tunis selama 1 -2 hari kemudian diberangkatkan ke Jakarta, ujar Ibnu Said. Keberangkatan dari Tunisia ke Jakarta, sepenuhnya kewenangan dari Satgas pemulangan WNI.

Untuk share atrikel ini klik www.KabariNews.com/?36397

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :