Semula aku masih berharap Keith bisa berubah. Tetapi ternyata kelakuannya semakin menjadi-jadi. Bahkan, ia punya rencana buruk. Keith ingin menghabisi nyawaku.

Namaku Asmara, asli Jawa. Sudah 15 tahun aku tinggal di Amerika, dan sempat studi S2 di sebuah universitas Negara bagian Amerika. Selain jauh dari keluarga, hari-hariku disibukkan dengan belajar dann kerja di perpustakaan.
Tetapi, ada yang menyenangkan, bertemu teman baru dari banyak Negara. Salah satunya adalah Keith. Tidak lama berteman dengannya, segera kami menjalin kasih.Bagiku Keith adalah pria istimewa. Dia pendengar setia dan sangat pengertian.
Ketika S2-ku rampung, kami semakin serius menjalin hubungan. Sayangnya, keluargaku di indonesia tidak merestui. Mereka berharap aku menikah dengan pria Indonesia dan menetap di Tanah Air. Tapi, aku merasa sudah terlanjur mencintai Keith. Sayangnya, Keith malah pesimis dan mulai kurang peduli dengan masa depan hubungan kami.
Walau Keith tak hendak meninggalkanku, tapi ia juga tak pasti untuk menikahiku. Aku pun sedih dan kecewa. Bagaimana tidak? Hampir tiap minggu aku bertengkar dengan keluarga di Indonesia demi memperthankan hubungan kami. Tetapi Keith tetap tidak peduli. Jadi, selama ini Keith menganggap hubungan asmara kami hanyalah hiburan semata? Oh Tuhan, apa yang telah saya lakukan selama ini?
Akhirnya, aku mengultimatum Keith. Jika ia tidak segera menikahiku, aku akan pulang ke Indonesia setelah selesai sekolah. Aku tidak mau membela hubungan tak jelas ini. Ancamanku membuahkan hasil. Karena beberapa hari kemudian Keith berubah pikiran. Ia memutuskan untuk menikahiku. Benar saja, kami akhirnya menikah di catatan sipil. Dan keluargaku dari Indonesia datang mendukung. Hari itu aku merasa seperti berjalan di atas awan karena bahagia.
Sayangnya, kebahagiaanku tak berlangsung lama. Mulai tahun kedua keadaan rumah tangga kami berubah. Kini, Ia bukan lagi seorang pendengar setia. Tetapi malah sering mencaciku di depan banyak orang.
Kelakuan Keith kian memburuk. Hampir setiap malam ia minum alkohol dan malah menertawakanku jika ditegur. Samar-samar kudengar percakapannya dengan seorang teman dan berujar bahwa aku istri polos yang bodoh.
Aku benar-benar bingung dibuatnya. Benakku bertanya-tanya kenapa dia berubah sedrastis itu. Aku sendiri akhirnya juga menjadi tidak betah di rumah. Sepulang kerja, kuhabiskan waktuku di tempat fitnes, pergi makan malam bersama teman atau ke mall.
Rupanya, Keith tak senang dengan “kebiasaan buruk”-ku itu. Suatu saat, ketika baru pulang dari makan malam bersama temanku Nina, ia berteriak bahwa aku sudah punya “affair” dengan teman baikku itu. Nina adalah salah satu teman lamaku dan ia memang seorang lesbian. Tentu saja aku sakit hati mendengar tuduhan Keith bahwa Nina senang “menggarap” semua wanita.
Sejak itu, kehidupan rumah tangga kami terguncang hebat. Seiring itu, kelakuan Keithpun semakin aneh. Beberapa kali ia meminta maaf dan mengajak pergi makan malam. Tapi beberapa hari kemudian ia kembali menjadi orang yang kasar. Lebih aneh lagi, ia sering tiba-tiba muncul di tempat kerjaku atau tempat fitness, seolah-olah mengintaiku. Bahkan ia menyuruh semua orang sekitarku untuk memata-mataiku.
Demi ketenangan batin, akhirnya aku pergi ke psikolog dan mengajak Keith menemui penasihat perkawinan. Komentar Keith sangat negatif.
Rupanya, aku tak berhasil meyakinkannya. Bahkan, ia tambah marah sambil menghancurkan dan melempar barang-barangku keluar jendela. Ia mengunci semua pintu rumah, mencegah agar aku tak lari darinya. Seperti kerasukan setan, ia menyetubuhiku secara kasar.
Malamnya ia mengajakku pergi makan malam dan mengatakan sangat mencintaiku. Keith berbisik bahwa ia tidak bisa hidup tanpa diriku. Akupun diam, tak sepatah katapun terucap. Saat itu, aku merasa lemah dan sangat ketakutan.
Tiba-tiba Nina meneleponku. Lega rasanya mendengar suara temanku ini dari kejauhan. Rupanya, semua teman curiga akan kelakuan Keith dan menanyakan kabarku. Mendengar ini Keith marah besar dan langsung mengambil telepon genggamku sambil berteriak kepada Nina untuk tidak mencampuri urusan kami. Tuduhan selingkuh kembali disemprotkan bertubi-tubi dari mulutnya. Walaupun aku berkali-kali berkata masih mencintainya, Keith tetap tidak peduli. Akhirnya, ia minta pembuktian atas apa yang kukatakan dan memaksaku bercinta di sebuah pantai. Karena saat itu musim dingin, akupun lantas curiga. Ia punya rencana membunuhku, pikirku. Karena itu Aku menolak.
Sesampai di rumah, ia menyeretku keluar rumah. Aku berteriak-teriak minta tolong. Aku tak ingat lagi berapa lama aku meronta berontak. Tetapi aku segera sadar bahwa di depan rumah ada banyak teman-temanku datang sambil membawa polisi.
Singkatnya, aku lari dan tinggal di rumah penampungan wanita dan anak-anak korban kekerasan rumah tangga atau “shelter”. Selang dua bulan, aku mendapatkan tempat tinggal sendiri.(Inna)