Tradisi mudik menyambut Iedul Fitri menjadi bagian tersendiri dalam ranah sosial budaya masyarakat di Indonesia. Dari berita terpantau, tahun 2013 ini sekitar 30 juta penduduk melakukan mudik, tetapi arus lalu lintas dirasakan masyarakat lebih aman dan nyaman dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kabarinews.com mewawancarai Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) RI, Bambang Susantono pada Hari Kedua Iedul Fitri langsung dari Control Room di Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Jakarta.
Iedul Fitri identik dengan tradisi mudik. Seluruh moda diserbu, sehingga beberapa tahun lalu terjadi penumpukan pemudik 5-6 kali lipat dari jumlah sarana dan prasarana yang tersedia. Namun tahun ini hanyaterjadi sekitar 2-3 kali lipat saja. Tidak tampak pemandangan ‘wajib’ tatkala mudik di mana masyarakat menyemut di Kereta Api dan Kapal Laut atau pemudik yang harus bermalam di jalan raya. Pertanyaannya, mengapa hal ini bisa terjadi?
“Alhamdulillah, arus mudik tahun ini berjalan lancar. Semuanya berkat kontribusi dari beberapa faktor: waktu cuti bersama yang terbukti efektif, kemudian Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan lebih awal, sehingga masyarakat dapat memilih dan menentukan kapan waktu yang tepat untuk mudik dan balik,” ujar Wamenhub Bambang Susantono.
Pergerakan mudik itu sendiri dimulai pada H-7 mencapai puncaknya pada Minggu, 4 Agustus, tetapi setelah itu frekuensinya menurun. Pemudik masih memiliki cukup waktu untuk kumpul bersilaturahmi dengan keluarga di kampung pada 1 Syawal 1434 H.
Selain itu tentunya tidak terlepas dari strategi manajemen arus mudik-balik yang dilakukan secara terintegrasi oleh Kemenhub bersama 23 instistusi terkait; dari Kepolisian, BMKG (Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika), KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) hingga ORARI (Organisasi Amatir Radio Indonesia). Kesemuanya memantau detik demi detik perjalanan arus mudik, yang mayoritas bergerak dari Barat ke Timur, dari Jakarta ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
MANAJEMEN ARUS MUDIK-BALIK
Habsar Ali, salah seorang pemudik, sempat berbagi pengalaman dengan Kabarinews.com bahwa perjalanannya ke Medan, Sumatera Utara bersama keluarga tahun ini berjalan nyaman.
“’Bandara Kualanamu baru dibuka, jadi masyarakat Medan banyak yang penasaran mencoba mudik naik pesawat, sehingga agak padat sedikit. Tapi secara keseluruhan nyaman. Asyik sekali, terutama anak-anak, turun dari pesawat udara, mereka serasa langsung piknik naik kereta api ke rumah Nenek mereka,” ujarnya.
Masih banyak pula pemudik yang merasakan efektivitas sistem manajemen arus mudik yang diambil Pemerintah. Di antaranya, membuat program ‘Mudik Gratis’, kemudian beberapa tata laksana yang disiapkan bagi pemudik yang tetap ingin membawa kendaraan roda duanya. Untuk menurunkan angka kecelakaan, pemudik diberikan 4 opsi: orang dan motornya naik Kereta Api, atau orangnya naik bis, sementara motornya diangkut dengan truk, atau orang dan motornya sama-sama naik kapal laut hingga Semarang, lalu melanjutkan perjalanan. Alternatif keempat, naik ferry khusus menuju Jawa Tengah.
Dalam merumuskan strategi tersebut, setahun sebelumnya Kemenhub telah melakukan survei pada 12.000 responden rumah tangga tentang perilaku pemudik. Hasil survei dipelajari untuk melihat supply and demand transportasi masyarakat serta mencari cara tepat mengatur arus mudik-balik.
“Kombinasi dari kesemua sistem ini dirasa cukup efektif. Kita lihat pada arus balik nanti bila kesemuanya berjalan lancar, berarti kita ‘berhasil’ memperlancar arus mudik-balik serta menurunkan angka kecelakaan. Pada H-1 angka kecelakaan turun, tapi turunnya tidak ekstrim, sementara kita ingin acara mudik dan kembalinya pun berjalan selamat. Kemacetan, seperti halnya perayaan Thanksgiving Day di Amerika Serikat, tak terhindarkan. Namun di kondisi macet sekalipun, kita inginkan keteraturan tetap terjaga, sehingga arus mudik-balik bisa berjalan selamat, aman dan nyaman.”
Adapun untuk arus balik akan terus dipantau. Pemerintah telah menyediakan extra seat hingga 860-an dan baru sekitar setengahnya terpakai. Untuk angkutan laut juga sesungguhnya telah disiagakan 1.304 kapal, namun pada puncak mudik lalu tampaknya masih belum mencukupi. Masih terlihat beberapa penumpukan penumpang. Ini menjadi catatan dan perhatian tersendiri. Indonesia Negara Kepulauan, sehingga untuk tahun depan perhatian akan difokuskan ke moda angkutan laut dengan pemberian pelayanan yang lebih cepat, lebih rapi dan lebih baik lagi.
“Untuk manajemen arus balik, sistematisasi pengelolaan angkutan dengan moda-moda tetap sama. Hanya beberapa tantangan mesti diwaspadai, utamanya ketidakseimbangan antara ketersediaan sarana dan prasarana lalu lintas dengan kebutuhan masyarakat akan mobilisasi. Ditambah truk-truk mulai beroperasi. Selain itu, penting bagi pemudik mematuhi peraturan lalu lintas. Satu kendaraan bisa memengaruhi keselamatan orang lain. Jangan lupa, meng-update informasi kondisi perjalanan melalui media sosial sehingga dapat menentukan waktu dan rute yang tepat untuk melakukan perjalanan.”
Pada kesempatan itu, Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty, secara khusus bertamu ke Control Room untuk melihat Pemerintah Indonesia menangani arus mudik-balik di mana 30 juta penduduk bergerak pada satu waktu. Kepada Kabarinews.com, ia sempat menyatakan kekagumannya atas kerja keras Pemerintah Indonesia dalam memberi pelayanan yang terbaik bagi masyarakat yang bersilaturahmi di kampung halaman. (Buyung Zulfiar)
Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?57635
Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini
Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
_____________________________________________________
Supported by :