Sumpit sebagai senjata tradisional perlahan diangkat ke pentas dunia. Untuk pertama kalinya, turnamen sumpit internasional akan diselenggarakan di Singkawang, Kalimantan Barat (Kalbar) pada 18- 20 November mendatang.

International Borneo Sumpit Tournament (IBOST) yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama pemerintah daerah (pemda) setempat itu telah menjaring 200 pendaftar, termasuk dari Malaysia dan Brunei Darussalam.

“Lomba ini sangat layak dipromosikan ke dunia internasional. Maka itu, kita akan bantu promosikan di ajang internasional seperti ASEAN Tourism Forum (ATF),” ujar Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar (14/11)

Singkawang merupakan daerah perbatasan RI-Malaysia yang kaya akan nilai sejarah, budaya, dan religi. Daerah berjuluk “Kota 1000 Klenteng” ini penduduknya amat beragam mulai etnik China (60%), Melayu (24%), Dayak (9%), selebihnya Madura, Bugis, dan lain-lain. “Singkawang ini seperti miniaturnya Kalbar. Mulai etnik sampai kulinernya lengkap,” ucap Wali Kota Singkawang Hasan Karman.

Secara umum masyarakat Kalimantan, terutama etnis Dayak, sudah sangat mengenal sumpit sebagai senjata tradisional yang digunakan untuk berburu. Efektivitasnya sebagai alat berburu tak kalah dengan senjata modern, lantaran jarak tembaknya bisa mencapai 200 meter. Melalui lomba sumpit internasional, masyarakat khususnya generasi muda diharapkan lebih mengenal karya budaya leluhurnya.

Di Kalimantan Tengah sumpit bahkan dimasukkan sebagai salah satu pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah. “Melalui lomba sumpit internasional ini, sumpit kita kembangkan sebagai media olahraga selain berburu,”cetus Hasan. Dia menambahkan, ajang lomba sumpit sebelumnya sering digelar di daerah perbatasan Kalimantan seperti Entikong.

Hanya, lombanya masih berskala kecil dan pesertanya hanya masyarakat lokal atau lintas negara yang masih serumpun seperti Malaysia. Pengemasan lomba sumpit menjadi ajang internasional diharapkan mampu menambah daya tarik peserta dari berbagai negara. “Ke depan kita akan undang peserta dari Amerika Selatan terutama Amazon, karena penduduk di kawasan itu juga banyak yang suka menggunakan sumpit,”tandas Hasan.

Selain itu, Hasan mengharapkan IBOST 2011 juga mampu mendongkrak perolehan wisatawan mancanegara. Selama periode Januari–September 2011 tercatat kunjungan wisman ke Indonesia melalui pintu masuk Entikong sebanyak 18.099 wisman atau naik 5,84% dibanding periode yang sama tahun lalu. Jumlah kunjungan wisman setiap tahun melalui pintu masuk Entikong masih kurang dari 25.000.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?37547

Untuk melihat artikel Nusantara lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :