Masjid Taqwa Sekayu, begitu papan nama yang tertulis dalam tembok masjid seluas 174 meter persegi tersebut. Berdasarkan keterangan dari takmir masjid setempat, nama Taqwa baru tersemat dalam masjid tersebut dalam 10 tahun terakhir.

Bahkan, pernah menjadi Masjid Besar Semarang. Lokasinya tidak jauh, hanya sekitar 200 meter dari Jalan Pemuda, Semarang. Lorong yang menghubungkan ke Masjid Taqwa Sekayu ini terkesan tidak menunjukkan ada bangunan bersejarah, karena terhimpit oleh bangunan kawasan perkantoran dan perbelanjaan di Kota Atlas ini.

Masjid yang berada tepat di Jalan Sekayu Masjid, Kelurahan Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah ini dibangun pada 1413 Masehi, tujuh tahun lebih tua dari Masjid Agung Demak. Bangunan yang didirikan ulama besar Kiai Kamal dari Cirebon ini merupakan masjid tertua di Jawa Tengah.

Buktinya, baik ornamen maupun bahan bangunan yang digunakan khas zaman kerajaan. Menurut Ketua II Bidang Ekstern Masjid Taqwa Sekayu Achmad Arief, bangunan Masjid Taqwa Sekayu sudah dipugar selama enam kali sehingga sudah banyak yang berubah. Yang masih terlihat autentik adalah empat tiang pancang penyangga, kubah masjid, dan Makam Mbah Salim dan Kiai Kamal yang berada di masjid tersebut.

Konon keempat tiang tersebut hadiah dari Sang Raja Bintoro Demak, Raden Patah, sebagai balas jasa pengabdian para ulama pendiri Masjid Sekayu yang pernah ikut serta membangun Masjid Demak. Keempat tiang itu diambilkan dari pendapa Kerajaan Majapahit, karena Raden Patah adalah putra dari raja terakhir Kerajaan Majapahit, yakni Sri Kertabhumi.

”Namun sayangnya, masjid besar penuh sejarah ini banyak yang tidak tahu,” kata Arief. Menurut analisis sejumlah kalangan,lanjut Arief,Masjid Taqwa Sekayu ini pernah menjadi Masjid Besar Semarang, yakni sekitar 1666, saat terjadi perpindahan kabupaten dari Gabahan ke Sekayu.

Sejak dahulu, kata Arief, Kampung Sekayu terkenal dengan banyaknya para ulama. Kehidupan di kampung tersebut religius, pengajian-pengajian sering dihelat dalam masjid tersebut. Namun sejak dibangun pusat-pusat perbelanjaan di sekitar daerah itu, banyak anak yang tidak akrab lagi dengan dunia masjid. Mereka lebih banyak bermain ke mal-mal terdekat

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?37110

Untuk melihat artikel Nusantara lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :