“Dorang senangnya bukan main!”kata Max Pattyranie membuka kisahnya bekerja di kapal pesiar Holland America Line tahun 1977. Demi anak istri, lelaki kelahiran Amurang 1945 ini rela menerima pekerjaan sebagai dishwasher di kapal pesiar yang mempekerjakan banyak orang Indonesia di bagian Housekeeping, Dining Room dan Front Office itu.

“Waktu itu penerimaan masih lewat Nitour di Jakarta. Gak bayar apa-apa”, ujarnya.

Waktu itu, Max dan puluhan kru lainnya diterbangkan dulu ke Belanda. Kikuk sekali! Karena ini pengalaman pertama keluar negeri naik pesawat terbang. Di atas KLM, dengan pedenya dia langsung membuka kemasan sugar, pepper dan salt, lalu mengaduk semuanyadi cangkir kopi. Dikira semuanya manis. Glek! Kopi KLM rasa komplit, ada manis, asin dan pedas! Buatnya, ini menggelikan sekaligus tak terlupakan.

Begitu sampai New York, rombongan kru kapal pesiar ini terkagum-kagum melihat situasi kota New York. Tapi bukannya tur ke Patung Liberty, mereka malah mampir ke 42nd Street. Ada apa gerangan? “Nonton Live Show dan Peep Show”, ungkap Max tertawa.

Max pertama-tama bekerja di SS Rotterdam,kapal pesiar yang melayani jalur pesiar New York – Bahama. Semula kontrak kerja Max hanya setahun. Tetapi, karena tergiur dollar, dia memperpanjang kontraknya menjadi 18 bulan. “Tahun itu gaji pokok saya per bulan $ 70,” ujar lulusan SMA Manado ini.

Turun kapal pesiar setelah satu setengah tahun, si bungsu Franky yang ditinggalkannya sewaktu bayi tiba-tiba bertanya, “Ini papa ya?”. Max sedih sekali tidak bisa selalu bersama anak istrinya.

Karena tuntutan hidup, ayah dari Vonny dan Franky ini kembali lagi naik kapal.Ia termasuk pekerja keras sehingga mendapat promosi sebagai cabin steward. Tanggung jawabnya bikin bersih kamar penumpang kapal pesiar.Sedikitnya 14 cabin per hari. Wajib overtime setiap hari! Meski terkesan sepele, kebersihan dan kerapihan ini penting, karena membuat membuat tamu senang. “Terus terang. yang kita takutkan complaint dari penumpang,” ungkapnya.

Kerja keras pekerja tangguh ini membuahkan hasil. Tahun 1989 dia diangkat menjadi Cabin Supervisor dan membawahi minimum 26 orang cabin steward. Semuanya orang Indonesia, dan itu membuatnya betah bekerja di kapal pesiar.

Tetapi terkadang rasa bosan menghampiri. Paket kiriman dari keluarga menjadi obat penawar rindu, “Paling senang kalau dapet surat dan foto dari istri di tanah air. Dorang sampai cium-cium itu foto. Habis belum ada internet atau web cam tempo itu, “ ujar Max yang penyayang istri ini.

Malang tak dapat ditolak. Untung tak dapat diraih. Tahun 1998 istrinya meninggal dunia karena kanker di Jakarta. “Saya sempat menungguinya selama di darat, “ ujarnya.

Karena tuntutan dollar, Mister Clean pun kembali naik kapal. Dengan MS Rotterdam,kapal super mewah Holland America Line tahun 80-an, Bung Max sempat berkeliling dunia lebih dari 10 kali. “Paling berkesan buat saya kalau berpesiar Holy Land, Israel, “ ujar pemeluk Nasrani ini.

Tahun 2002 Max Pattyranie memutuskan berhenti bekerja di kapal pesiar dengan gaji terakhir $ 1400 per bulan. “Dorang gak perlu bayar pajak. Makan tidur gratis,” katanya.

Dedikasi pria asal Minahasa Selatan memang luar biasa, bukan hanya satu dua tahun ia bekerja dikapal pesiar. Tetapi seperempat abad!

Sekarang Max tinggal di Seattle bersama istrinya yang orang Amerika. Ia Sering pulang pergi ke Indonesia dan Filipina menjadi escort awak kapal pesiar yang mengalami kecelakaaan di atas kapal. Pasangan ini berharap bisa menikmati hari tua di rumah tradisional noken di Manado. (peter)

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik Disini www.KabariNews.com/?31385

Mohon Beri Nilai dan Komentar dibawah Artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

April Insurance

Lebih dari 100 Perusahaan Asuransi di California

Klik www.ThinkApril.com

atau telpon 1-800 281 6175  atau  Email  Info@ThinkApril.com