KabariNews – Di setiap daerah tentu memiliki bangunan yang menurut kita adalah bangunan tua atau mungkin beberapa dari kita beranggapan bahwa bangun tersebut memiliki sisi lain yaitu mistik atau sisi gelap lainnya. Namun di balik itu semua bangunan-bangunan tempo dulu ternyata memiliki cerita tersendiri bagi para pecinta lanskep. Mari kita sedikit menulusi jejak-jejaknya.

Di Jakarta ada stasiun kereta api yang saat ini dikenal dengan nama Stasiun Jakarta Kota. Stasiun ini dulunya biasa disebut dengan nama B.O.S = Bataviasche Ooster Spoorweg (Batavia Eastern Railway) namun bagi penduduk Jakarta tempo dulu, stasiun ini sering disebut dengan nama stasiun Beos. Kini nama stasiun ini dikenal dengan nama stasiun JakartaKota. Bangunan stasiun ini didirikan pada tahun 1929. Stasiun Beos merupakan salah satu landmark kota Jakarta tua yang juga merupakan lambang dari arsitektur bergaya modern pada masa itu. Merupakan pusat dari semua perjalanan kereta api pada masanya dan juga merupakan stasiun pertama yang dibuat. Disekitar kawasan stasiun juga kita dapat menemukan bagian-bagian dari bangunan tua lainnya yaitu di kawasan kota tua.

Di Semarang mungkin tidak asing lagi dengan bangunan yang dikenal dengan nama Lawang Sewu. Namun ada juga bangunan Gereja Blenduk (kadang-kadang dieja Gereja Blendug dan seringkali disebut dengan nama mBlendhug) adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada tahun 1753, dengan bentuk heksagonal atau persegi delapan. Gereja ini sesungguhnya bernama Gereja GPIB Immanuel, di Jl. Letjend. Suprapto 32. Kubahnya besar, dilapisi perunggu, dan di dalamnya terdapat sebuah orgel Barok. Arsitektur di dalamnya dibuat berdasarkan salib Yunani. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung gereja ini. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat setempat yang berarti kubah. Gereja ini hingga sekarang masih dipergunakan setiap hari Minggu. Di sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial Belanda.

Selanjutnya adalah Istana Bogor, dahulu bernama Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti “tanpa kekhawatiran”. Sejak tahun 1870 hingga 1942, Istana Bogor merupakan tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur Jenderal Inggris. Saat ini bangunan tersebut di jadikan istana kepresidenan Indonesia.

Beranjak ke Yogyakarta, gedung yang pernah menjadi pusat pemerintahan sementara Indonesia yaitu Gedung Agung Yogyakarta. Bangunan utama kompleks istana ini mulai dibangun pada Mei 1824 yang diprakarsai oleh Anthony Hendriks Smissaerat, Residen Yogyakarta ke-18 (1823-1825) yang menghendaki adanya “istana” yang berwibawa bagi residen-residen Belanda sedangkan arsitek nya adalah A. Payen. Karena adanya Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830) pembangunan gedung itu tertunda. Pembangunan tersebut diteruskan setelah perang tersebut berakhir yang selesai pada 1832. Pada 10 Juni 1867, kediaman resmi residen Belanda itu ambruk karena gempa bumi. Bangunan baru pun didirikan dan selesai pada 1869. Bangunan inilah yang menjadi gedung utama komplek Istana Kepresidenan Yogyakarta yang sekarang disebut juga Gedung Negara pada 19 Desember 1927.

Itu mungkin sebagian dari bangunan-bangunan bersejarah tempo dulu yang sering kita lihat. Coba Anda perhatikan disudut-sudut kota atau daerah masih banyak bangunan sisa kolonial yang memiliki arsitektur menarik lainnya. Dengan mengenalnya kita seolah akan tertarik kedalam masa lalu bahkan bangunan tersebut bisa bercerita atas apa yang terjadi di masa itu sehingga mozaik-mozaik keberadaan nya dapat disimpulkan secara utuh. Ya tugas kita lah sebagai generasi saat ini yang harus memecahkan banyaknya misteri di negeri ini.