Membicarakan rokok, Indonesia identik dengan kretek. Industri rokok Indonesia dimeriahkan oleh Bentoel, Gudang Garam, Djarum ada pula HM Sampoerna. Belum industri rokok yang kecil-kecil. Pemilik 4 perusahaan itu sering tertera dalam orang terkaya di Indonesia. Dari empat produsen itu, sebagian besar saham Bentoel dan HM Sampoerna telah beralih ke pihak asing. Bentoel telah dibeli oleh BAT (British American Tobacco) dan HM Sampoerna telah beralih ke Philip Morris – Amerika Serikat.

Kenapa perusahaan rokok itu gampang dibeli ? Karena pengendalian tembakau di Indonesia sangat lemah dan tidak ada peraturan yang mengatur pengendalian tembakau .Juga peraturan mengenai konsumsi oleh angkatan muda, hampir tak ada. Untuk bidang lain pun, kedudukan Indonesia juga semakin lemah.

Soal pasar rokok Indonesia di luar negeri, kretek punya ruang semakin sempit. Indonesia berhadapan dengan AS yang melarang beredarnya kretek di negara itu. Memang, saat ini hal itu masih diproses oleh WTO (World Trade Organization). AS adalah barometer, sehingga bila kretek Indonesia memang dilarang, bisa diramalkan kretek tak ada nilainya di luar negeri.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, buku ini mencoba membahas wilayah-wilayah yang memiliki kaitan dengan kretek dengan bisnis dunia. Dari situ tampak bagaimana letak strategis kretek terhadap budaya maupun ekonomi Indonesia, baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan.

Dari hasil pengamatan, ada dugaan kuat yang menunjukkan adanya usaha untuk melemahkan industri tembakau dan kretek Indonesia. Tak hanya tembakau, tapi juga beberapa komoditi, seperti minyak kelapa, gula, garam, hingga jamu.

Awalnya komoditi-komoditi tersebut memiliki makna ekonomis. Namun, karena kampanye global yang dilakukan oleh negara-negara maju, perlahan-lahan industri tersebut meredup. Menurunnya pendapatan negara, serta nasib sedih petani yang menjadi ujung tombak penghasil bahan baku, adalah kenyataan pahit yang harus ditelan.

Salah satu contoh yang disampaikan lewat buku ini adalah kampanye untuk memperburuk citra kelapa sawit di AS. Hal ini terus menyebar ke seluruh dunia. Akhirnya tumbuh keyakinan, bahwa minyak kelapa sawit asal Indonesia berbahaya bagi kesehatan. Termasuk juga tembakau. WHO (World Health Organization) mengkampanyekan anti tembakau. Namun belakangan diketahui, kampanye tersebut didukung oleh perusahaan yang memroduksi obat-obatan penghenti kebiasaan merokok (hal. 109).

Dugaan berikut yang dikemukaan buku ini adalah, timbulnya peraturan anti-tembakau seperti Undang-undang Kontrol Tembakau di AS, yang melarang penjualan rokok yang mengandung zat adiktif seperti cengkeh. Anehnya, peraturan ini tidak menyentuh produksi dan peredaran rokok mentol yang diproduksi di AS.

Untuk membatasi impor tembakau ke dalam negeri, AS juga membebani bea masuk yang sangat tinggi bagi produk tembakau. Bahkan kretek pun dilarang masuk, termasuk dari Indonesia. Sementara itu, perusahaan rokok di negeri itu, melebarkan sayapnya di luar negeri dengan membeli saham perusahaan rokok di puluhan negara. Ini adalah cara untuk melindungi industri tembakau dalam negeri AS.

Lebih jauh, kelompok-kelompok yang didanai perusahaan besar asing ikut membatasi petani untuk menanam tembakau. Sehingga, Indonesia tidak kuasa membatasi impor tembakau. Sekali lagi, ini memperlihatkan bahwa negara-negara maju memang memiliki kepentingan dengan industri tembakau.

Muaranya, industri kretek dalam negeri mengalami ancaman. Ini tidak hanya akan mempengaruhi pendapatan dari cukai rokok, melainkan juga meningkatnya jumlah pengangguran. Pasalnya, industri kretek adalah salah satu industri yang banyak menyerap tenaga kerja.

Jika hal ini tidak ditanggapi secara serius, industri kretek nasional yang pernah mengalami masa keemasan, akan bernasib sama dengan industri lain yang kini hanya menyisakan jejak kecil. Itu sebabnya, lembaga dan pihak berwenang terkait perlu melakukan sesuatu untuk mencegahnya.(Indah)

Judul: Membunuh Indonesia, konspirasi global Penghancuran Kretek
Penyususn: Abhisan DM, Hasriadi ary, Miranda Harlan
Penerbit: Katakata
Halaman: 157 Halaman
Terbit: Desember, 2011

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?37945

Untuk melihat artikel Buku lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :