KabariNews –  Filantropis dan pengusaha terkemuka asal AS, Paul G. Allen, berhasil menemukan Mushashi, satu dari dua kapal perang paling canggih dan terbesar dalam sejarah angkatan laut dunia. Penemuan bangkai kapal perang ini merupakan pencapaian signifikan di dalam sejarah angkatan laut dunia.

Paul G. Allen dan tim penelitinya memulai misi pencarian Mushashi delapan tahun lalu. Dengan menggunakan rekaman sejarah terkait yang diperoleh dari empat negara, data topografi bawah laut yang mendetail, dan teknologi canggih yang semuanya dikendalikan dari atas yacht-nya Allen, M/Y Octopus, dia dan timnya akhirnya berhasil menemukan bangkai kapal tersebut di Lautan Sibuyan pada 1 Maret 2015.

Meskipun terdapat sejumlah saksi yang konon mengetahui keberadaan kapal tersebut, namun lokasi sebenarnya dari kapal tersebut belum diketahui. Tim ini menggabungkan data sejarah dengan teknologi mutakhir untuk mempersempit ruang pencarian. Allen melakukan survei batimetrik hipsometrik terhadap dasar laut untuk mengkaji medan di bawah laut.

Data ini digunakan untuk mempersempit area pencarian guna memudahkan tim penyelam mengidentifikasi area-area terkait dan memetakan lima fitur geografis baru di dasar Lautan Sibuyan. Pada Februari 2015, tim melakukan pencarian fase terakhir dengan menggunakan kendaraan bawah laut otonom (AUV) BlueFin-12. Karena area pencarian telah dipersempit sedemikian rupa berkat survey yang telah dijalankan, AUV sudah dapat mendeteksi bangkai kapal Mushashi pada penyelaman ketiga. Setelah itu, tim pencari meluncurkan kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh (ROV) yang dilengkapi dengan kamera beresolusi tinggi untuk memastikan kalau penemuan bangkai kapal tersebut memang Mushashi.

“Terinspirasi oleh pengabdian ayah saya di Angkatan Darat AS, sejak kecil, saya selalu tertarik dengan sejarah PD 2. Tak diragukan lagi, Mushashi adalah keajaiban dunia dalam bidang enjiniring dan, sebagai seorang insinyur, saya sungguh kagum terhadap teknologi dan dedikasi para perancang kapal ini. Saya merasa terhormat untuk dapat menorehkan tinta emas di dalam sejarah perkapalan dunia dalam menemukan kapal hebat ini dan untuk menghormati para prajurit yang berdinas di kapal ini.” ujar Mr. Allen

Mulai berlayar pada 1942, Mushashi adalah kapal perang terbesar dalam sejarah angkatan laut dunia pada saat itu, dengan bobot penuh mencapai 73.000 ton. Kapal ini dilapisi pelat baja setebal 18 inch dan dipersenjatai sembilan meriam 18 mm – kapal perang dengan persenjataan terbanyak di zaman tersebut.

Kerahasiaan tingkat tinggi mengiringi proses pembangunan kapal ini di dok Nagasaki; panjang totalnya sengaja disembunyikan agar pihak sekutu tak bisa mempelajari konstruksi kapal perang ini. Telah jatuh bangun dalam di beberapa medan perang, salah satunya Pertempuran Laut Filipina, Mushashi akhirnya tumbang setelah dihajar 19 torpedo dan 17 bom pada pada Pertempuran Teluk Leyte pada 24 Oktober 1944. Dari total 2399 kru, hampir separuhnya tewas termasuk Komandan Laksamana Muda Toshihira Inoguchi. Hingga hari ini, Mushashi dan “saudaranya”, Yamato, dianggap sebagai kapal perang yang tak dapat ditandingi dalam hal desain dan konstruksi.

Allen dan tim penelitinya menyadari tanggung jawab mereka terhadap bangkai kapal perang Mushashi sebagai kuburan medan perang dan berencana untuk bekerja sama dengan Pemerintah Jepang guna menjamin situs penemuan tersebut diperlakukan dengan penuh rasa hormat dan sesuai dengan tradisi Jepang. M/Y Octopus kerap digunakan untuk berbagai proyek eksplorasi, prakarsa riset ilmiah, dan misi penyelamatan. Pada 2012, Mr. Allen dan tim bawah laut Octopus berpartisipasi di dalam misi pencarian bangkai kapal HMS Hood, bekerjasama dengan Angkatan Laut Inggris. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/75280

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

intero

 

 

 

 

kabari store pic 1