Peserta Muktamar IMSA 2015KabariNews – Akhir 2014 sangat disambut antusias oleh IMSA (Indonesian Mouslim Society in America). Bekerja sama dengan MISG (Malaysian Islamic Study Group), digelar di pantai Barat Amerika, San Francisco, pada 24–28 Desember 2014 lalu.

Muktamar yang dihadiri sekitar 1.300-an peserta ini merupakan ajang tahunan IMSA dalam mengisi penghujung tahun. Mereka datang dari negara-negara bagian di Amerika, karena memang di setiap negara bagian terdapat kantor perwakilan IMSA. Dari Texas hingga Las Vegas. Muktamar yang mengusung tema Muslim Professional: Build the Better Ummah semakin meriah dengan kehadiran para ustadz yang ada di Amerika maupun dari luar negeri. Mereka masing-masing mengisi sesi acara dengan tema yang beragam, namun tetap merujuk pada tema besar tersebut.

IMSA berdiri pada 1998 di Missouri, Amerika Serikat. Awalnya, organisasi sosial ini merupakan kepanjangan dari Indonesia Muslim Student Association, karena yang mendirikan adalah para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Negeri Paman Sam. Mereka prihatin melihat kondisi Indonesia yang sempat chaotic saat terjadinya proses reformasi pada 1998. Untuk itulah, mereka terpanggil mendirikan IMSA sebagai bentuk kontribusi demi membangun Indonesia. Ke belakang, sejak 2005, di antara mereka telah menjadi profesional dan IMSA pun diubah nama menjadi Indonesian Mouslim Society in America.

Dalam kegiatannya, IMSA membangun kerjasama dengan berbagai organisasi pengajian di berbagai kota di Amerika Serikat. Selain belajar dan menggali nilai-nilai universal yang baik, IMSA juga bersemangat melakukan kegiatan sosial kemanusiaan. Di antaranya, membantu masyarakat korban bencana, salah satunya ketika terjadi tsunami dahsyat di Aceh. Ketika itu IMSA dapat menghimpun bantuan dari umat muslim di sana maupun donasi dari masyarakat Amerika cukup besar. Selain itu, IMSA juga terus melakukan penggalian potensi akademis dan profesionalisme di kalangan anggotanya untuk kemajuan Indonesia.

Muktamar ke-15

Mengingat acara dilakukan di kota yang sangat dekat dengan Pusat Informasi Teknologi Dunia, Silicon Valley, maka acara dikemas dengan mengangkat tema entrepreneurship khususnya dibidang Information Technology (IT). Acara yang berlangsung selama 4 hari itu juga diisi dengan banyak sesi bermanfaat yang melibatkan anak-anak, remaja, orang dewasa dan kaum profesional. Mereka mendengarkan banyak pembicara lokal dan luar Amerika berupa dakwah dan tausiyah serta kegiatan yang membangun.

Para ustadz yang mengisi acara adalah Ustadz Joban, Ustadzah Rita, Ustadz Shamsi Ali dan Ustadz Fahmi Zubaer. Sebagai pembicara lokal, di antaranya Imam Tahur Anwar, DR Gharib Khalil, di samping mendatangkan pembicara dari Indonesia, yaitu Dr Agus Setiawan, serta aktivis perempuan DR Nursanita Nasution. Sementara dari bidang entrepreurship, panitia menghadirkan DR M Aly sebagai salah satu profesional di Silicon Valley yang sangat kondang di mancanegara.

Di acara akbar tersebut, KABARI berkesempatan berbincang dengan tiga pendiri IMSA: Rudy Himawan, Aria Prima Novianto, DAN Arif Budiman. Berikut petikan wawancara dengan Vincent Leebong:

Kabari: Bagaimana Persiapan Panitia Muktamar?

IMSA: Pak Billy Muchtar dan Pak Yusuf Effendi menjadi seksi repot menyiapkan makan untuk peserta yang sedikitnya ada 1.300 orang. Di setiap muktamar, kami selalu menyiapkan dari setahun sebelumnya, seperti pernah kami lakukan di Dallas, Houston, DC hingga Las Vegas. Begitu juga untuk muktamar tahun esok, kami sudah siapkan dari sekarang. Baik untuk persiapan akomodasinya dan sebagainya.

Muktamar kali ini banyak didukung dari staf lokal Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) San Francisco, khususnya untuk urusan konsumsi yang luar biasa ini. Yang lebih hebat, pada saat muktamar, perserta tidak hanya mendapatkan konsumsi fisik, tetapi juga makanan rohani. Kami mengucapkan terima kasih atas dukungannya.

Kabari: IMSA memakai kata muslim. Orang kerap mengasosiasikannya dengan garis keras. Mohon konfirmasi mengenai hal ini agar tidak rancu.

IMSA: IMSA merupakan organisasi yang bertujuan mendalami nilai-nilai Islam secara umum. Di samping kata ‘Muslim’, kami juga memakai kata ‘Indonesia’, karena kami cinta pada Indonesia. Jadi, kami, sebagai umat Islam yang berasal dari Indonesia, percaya bahwa setiap agama mengajarkan kebaikan. Melalui IMSA, kami ingin membangun insan menjadi orang yang lebih baik.

Karena kami berada di Amerika, maka hal-hal positif di Amerika kami adopsi. Masyarakat muslim Indonesia sejatinya bisa dijadikan role model dari Islam yang moderat. Islam adalah moderat. Jadi, Islam tidak seperti yang terus didengung-dengungkan media massa yang mengacu ke masyarakat Islam di Timur Tengah yang ekstrem. Diharapkan IMSA, masyarakat muslim Indonesia dapat menularkan virus positif kepada individu dan organisasi muslim lainnya.

Kabari: Apa saja kegiatan IMSA selama ini?

IMSA: Kami berkonsentrasi terhadap Indonesia. Setiap tahun kami kirim 80.000-100.000 US dolar yang diperoleh dari pengumpulan zakat, infaq dan fitrah, sadaqah, pengumpulan kurban, dan beasiswa ceria. Tahun ini beasiswa yang diberikan sebesar 14.000 US dolar. Ini merupakan wujud komitmen kami untuk mencanangkan dari awal bagaimana kita bisa memberi sumbangsih secara riil. Selain mengasah moral, kami juga melaksanakan secara nyata untuk membangun Indonesia.

Kabari: Bagaimana hubungan IMSA dengan organisasi muslim dan organisasi Indonesia lainnya di Amerika?

IMSA: Kami punya hubungan dengan organisasi lain di Amerika, tetapi umumnya mereka organisasi yang moderat. Kami tidak bersentuhan dengan organisasi yang ekstrem. Kami juga lebih berhubungan secara individu. Di Amerika, muslim Indonesia dikenal sebagai individu yang moderat, bisa bergaul luas dan senang bekerja sama. Lingkar pengaruh yang ingin kami perluas adalah yang sifatnya lebih personal.

Kabari: Apakah input bagi organisasi lain agar IMSA menularkan cinta damai? Bagaimana hubungan IMSA dengan ormas ekstrim lainnya?

IMSA: Selama ini kami berhubungan dengan organisasi besar dan juga ulama-ulama besar dari Muhammadyah dan Nahdatul Ulama (NU), seperti Ustadz Anwar Sanusi dari Jawa Barat. Kami berharap organisasi massa (ormas) di Indonesia berhati-hati dalam bersikap agar tidak berimbas buruk terhadap muslim lainnya. Ibaratnya, jangan sampai karena nila setitik, rusak susu sebelanga.

Kabari: Apa kontribusi IMSA bagi Indonesia di tahun ke depan?

IMSA: Saya bermimpi, IMSA bisa jadi wadah bagi saudara-saudara kita yang ingin bersekolah di Amerika, karena di tiap negara bagian ada perwakilan IMSA. Aktivitas IMSA banyak diaplikasikan di banyak departemen, di antaranya Departemen Tharbiyah (pendidikan) yang luas, dan juga banyak aspek kegiatan positif lainnya. Anggota kami tersebar di mana-mana dan komunikasi terjaga melalui komunikasi online dan memanfaatkan kecanggihan teknologi komunikasi. Lagi-lagi, IMSA menunjukkan betapa teknologi sangat efektif untuk melakukan hal-hal positif secara luas dan signifikan. (*)

Untuk melihat video part 2, Klik disini

Untuk melihat video part 3, Klik disini

Untuk melihat video part 4, Klik disini

Untuk melihat video part 5, Klik disini

Untuk melihat video part 6, Klik disini

Untuk melihat video part 7, Klik disini

Untuk melihat video part 8, Klik disini

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/74042

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

intero

 

 

 

 

Kabaristore150x100-2