Organisasi internasional lingkungan hidup Greenpeace
mendesak presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono agar memulai langkah nyata
untuk mengatasi pembabatan hutan besar-besaran oleh pihak-pihak yang
bertanggung jawab dalam perusakan hutan.

 “Presiden
Yudhoyono harus memulai masa pemerintahan keduanya dengan memilih
menteri-menteri yang mampu mengubah peran pemerintah dari ‘perusak hutan’ menjadi
‘pelindung hutan’. SBY punya kesempatan bersejarah untuk memimpin upaya global
mengatasi dampak terburuk perubahan iklim pada Negosiasi Iklim PBB di
Kopenhagen Desember mendatang. Juga dengan mendeklarasikan moratorium
(penghentian sementara) penebangan hutan dan pembukaan lahan gambut, membangun
pemerintahan pro-hutan, dan menindak para penjahat hutan seperti Sinar Mas,” kata
juru kampanye Greenpeace Asia Tenggara,  Bustar
Maitar,  di Jakarta, Rabu (12/08).

Sebagaimana dikutip dalam siaran pers yang
diterima redaksi, akhir pekan lalu, Greenpeace, WALHI Kalimantan Barat dan
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), melakukan aksi tanpa kekerasan menentang
perusakan oleh hutan Perusahaan Kelapa Sawit dan Hutan Industri raksasa Sinar
Mas, di konsesi kelapa sawit di sekitar Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan
Barat.

Kelompok Sinar Mas memang mendapat konsesi
lahan disekitar kawasan lahan basah danau Sentarum, padahal kawasan ini adalah
salah satu lahan basah terbesar di dunia, sumber dari sungai terpanjang dan
terbesar Indonesia Kapuas Hulu, serta sumber protein utama bagi 4,5 juta
penduduk Kalimantan Barat.

Dalam aksi tersebut  Sepuluh
aktivis membentangkan banner
berukuran 30×6 bertuliskan “Sinar Mas Penjahat Hutan-Iklim” di tembok hutan
tersisa di wilayah konsesi Sinar Mas.

Kemudian para aktivis berusaha menghentikan
kegiatan pembabatan hutan dengan merantai diri pada eskavator. Ini juga
mengingatkan kembali kepada pernyataan Managing Director Sinar Mas Group Gandi
Sulistiyanto, kepada Reuters saat aksi Greenpeace di kantor Sinar Mas Jakarta
beberapa waktu lalu. “Kami harus ditangkap jika terlibat dalam deforestasi.”
Berlawanan dengan retorika ‘hijau’ ini, Sinar Mas telah mempunyai rencana
ekspansi agresif di Kalimantan dan Papua untuk kelapa sawit dan Sumatra untuk
hutan tanaman industri melalui anak perusahaan mereka, Asia Pulp & Paper (APP).

Hingga detik ini, kebakaran hutan yang
mengakibatkan kabut asap masih terjadi, bahkan selalu terjadi setiap tahun di
hutan Kalimantan dan Sumatera. Menurut laporan
Greenpeace, adanya aksi pembukaan lahan yang mayoritas dilakukan oleh
perusahan-perusahan pemilik konsesi untuk membuka lahan kelapa sawit dan hutan
industri berperan besar dalam memunculkan  titik-titik api.  Di Provinsi Riau saja pada Juli tercatat ada
2.800 titik api dan diperkirakan makin banyak mengingat kini memasuki musim
kemarau.

Selain melakukan aksi menentang deforestasi
oleh perusahan Sinar Mas, sejak Agustus bersama warga setempat, aktivis Greepeace
juga berupaya membantu memadamkan kebakaran hutan di Provinsi Riau.

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?33570

Untuk melihat Berita Indonesia / Nusantara, Klik disini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :