Pulang Kampung Nih..”

Sepenggal kalimat di atas diucapkan Presiden Barack Hussein Obama
dengan fasih pada sebuah wawancara dengan wartawan Indonesia di India,
beberapa hari sebelum kunjungannya ke Indonesia.

Betul saja, kata kampung yang berarti rumah tinggal atau daerah asal,
benar-benar diresapi Obama. “Terima kasih atas nasi goreng, bakso,
emping, kerupuk, semuanya nikmat,” kata Obama tanpa sungkan dalam jamuan
makan malam kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (9/11/2010)
malam.

Rasa sedang pulang kampung, semakin kentara ketika Obama hanya
sesekali memasang alat penterjemah di kupingnya. Ia tampak menyimak
dengan seksama keterangan pers yang disampaikan dalam bahasa Indonesia
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sesekali ia mengangguk, sesekali
ia tersenyum. Sejumlah wartawan di kalangan Istana menduga Obama masih
bisa berbahasa Indonesia, minimal mengerti.

Kunjungan Obama ke Indonesia memang memiliki arti tersendiri. Baik
untuk Obama sendiri maupun untuk masyarakat Indonesia. Bolehlah ini
disebut sedikit sentimentil karena Obama pernah tinggal di Menteng dan
pernah merasakan nikmatnya sate atau rambutan. Tapi kedatangan Obama
pastinya bukan sekadar untuk hal remeh-temeh demikian.

Secara khusus, kehadiran Obama yang dianggap mewakili sosok pluralis,
tak lain seperti epilog persoalan dunia saat ini : toleransi beragama.

Oleh karena itu Obama meresa perlu mengunjungi Masjid Istiqlal,
masjid terbesar se-Asia Tenggara. Ia memberi pesan penting, bahwa
sebagai orang yang dibesarkan dalam lingkungan multikultur, keberagaman
sesungguhnya adalah kekuatan bukan kelemahan.

Pesan itu bahkan dipertegas Obama dalam suratnya kepada Imam Besar Masjid Istiqlal yang berbunyi : “I
am honored to have had an opportunity to visit this magnificent mosque,
which stands as a symbol of the role of Islam in guiding the lines of
millions of Indonesians. I hope my visits promotes greater understanding
between peoples of different countries and different faith for we are
all children of God.

(Saya merasa terhormat memiliki kesempatan untuk mengunjungi masjid yang
mengagumkan, yang berdiri sebagai simbol peran Islam dalam membimbing
jutaan rakyat Indonesia. Saya berharap kunjungan saya mendorong
pemahaman yang lebih besar antara masyarakat dari berbagai negara dan
iman yang berbeda untuk kita semua sebagai putra-putra Tuhan).

Di tengah situasi dunia, khususnya di Indonesia dimana kebebasan
beragama yang telah lama berjalan dan kini sedikit terusik, pesan Obama
merupakan sinyal kuat akan pentingnya kebersaman dalam perbedaan.

Apa yang disampaikan Obama sebenarnya bukan hal baru untuk dirinya.
Karena jauh sebelumnya, ia melakukan hal sama ketika mengunjungi Masjid
di Turki atau berbicara di kampus Al-Azhar Mesir tahun 2009. Tapi
konsistensi Obama memang patut diapresiasi.

Pesan perdamian dari Istiqlal inilah yang harusnya dimaknai.
Keinginan Obama mendekatkan Islam dan barat jauh lebih bermakna
ketimbang kita sudah merasa ‘sok asyik’ dengan ucapan Obama seperti
“Dulu saya main layangan dan menangkap capung” atau “Dulu gedung
tinggi hanya Sarinah dan Hotel Indonesia,”.

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?35896

Untuk
melihat artikel Utama lainnya, Klik
di sini

Klik
di sini
untuk Forum Tanya Jawab


Mohon
beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_______________________________________________________________

Supported
by :