KabariNews – Sebagai bagian dari respons tanggap darurat Ebola yang masih berlangsung di Afrika Barat, Médecins Sans Frontières/Dokter Lintas Batas (MSF) mendistribusikan obat antimalaria secara besar-besaran di Sierra Leone, bersama dengan Kementerian Kesehatan. Tim MSF mendistribusikan 1,5 juta obat antimalaria ke penduduk di Freetown, ibukota Sierra Leone dan lima distrik di sekitar Western Area selama empat hari, guna melindungi penduduk selama puncak musim malaria saat ini.

“Di daerah Ebola, malaria adalah kekhawatiran utama, karena orang-orang yang sakit malaria memiliki gejala yang sama dengan penyakit Ebola,” ujar Patrick Robataille, koordinator lapangan MSF di Freetown seperti dikutip dari siaran pers MSF, Jumat, (12/12) “Akibatnya, banyak orang yang pergi ke pusat penanganan Ebola karena mengira mereka terkena Ebola, padahal mereka terkena malaria. Ini adalah beban besar pada sistem layanan kesehatan, serta menyebabkan para pasien dan keluarga sangat stres.”

Sierra Leone memiliki prevalensi malaria tertinggi kelima di dunia, dan penyakit ini adalah penyebab utama kematian anak balita di negara tersebut. Gejalanya termasuk demam tinggi, pusing, sakit kepala, sakit otot dan kelelahan, banyak yang mirip dengan tahap awal Ebola.

Obat antimalaria artesunate amodiaquine bisa mencegah sekaligus mengobati malaria. Penggunaan dalam skala besar direkomendasikan dalam konteks wabah Ebola oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Ini merupakan distribusi obat antimalaria terbesar dalam sebuah wabah Ebola, dan juga yang terbesar yang pernah dilakukan di Sierra Leone. “Besarnya distribusi ini proporsional dengan skala wabah Ebola – ini adalah distribusi yang sangat besar,” ujar Robataille.

MSF merekrut dan melatih lebih dari 6.000 relawan untuk mendistribusikan obat-obatan. Di bawah supervisi MSF, para relawan mengambil obat antimalaria dari pusat kesehatan setempat sebelum pergi dari rumah ke rumah di sepanjang rute yang telah ditentukan, menjelaskan tujuan distribusi dan bagaimana cara menggunakan obat untuk mencegah malaria. Setiap rumah tangga menerima obat malaria yang sesuai dengan usia untuk setiap anggota keluarga. Kemudian, relawan menandai rumah yang telah dikunjungi dengan kapur.

“Semua anggota keluarga saya akan meminum obat ini – hampir setengah penduduk Sierra Leone terkena malaria,” ujar Humu Rahman Bangura, seorang perawat dari Kroo Bay yang menerima obat untuk keluarganya dari salah seorang relawan. Selama puncak musim malaria ini, 43-46 persen anak di daerah Western Area, Sierra Leone mengalami demam dua minggu lalu.

Kumba Umu Koroma, seorang perawat dan relawan distribusi, juga dari Kroo Bay, berkata bahwa penduduk setempat sangat menyambut pemberian obat antimalaria ini. “Beberapa orang tidak mampu membeli obat malaria. Jika kita membagikan obat dari rumah ke rumah seperti ini, mereka sangat senang karena mereka berkata bahwa mereka tidak punya uang untuk membelinya.”

Distribusi massal obat antimalaria adalah bagian dari tujuan besar MSF untuk melawan wabah Ebola di daerah Western Area yang padat penduduk. “Kami berharap bisa mengurangi malaria sambil mengurangi beban di pusat penanganan Ebola,” ujar Marcus Bachmann, MSF’s Kepala Misi MSF di Sierra Leone.

Distribusi massal kedua obat antimalaria rencananya akan dilakukan MSF pada awal Januari di Freetown dan Western Area. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?73562

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
______________________________________________________

Supported by :

asuransi-Kesehatan