KabariNews – Balet bukan hanya tentang mengajarkan kita bisa menari, tapi juga di situ membutuhkan keahlian dan fisik yang prima. Gerakannya elegan tapi membutuhkan ketepatan dan kekuatan. Itu diceritakan oleh Patricia yang sejak berkenalan dengan balet langsung jatuh cinta. Disusul adiknya pun mengikuti jejak sang kakak.

Kakak beradik putri pasangan Sandra dan Ari Suryanto yang tinggal di Leesburg, Virginia ini menekuni dunia yang sama. “Saya mulai tertarik balet saat ibu mendaftarkan ke dance studio,” aku Patricia yang saat itu berumur enam tahun. Sedangkan Valerie mengaku tertarik karena melihat kakaknya menari. “Saat itu juga saya ingin ikut balet dan jadi sepertinya.” Dan bukan hanya sekedar ikutan tapi diseriusi sehingga prestasi pun tak kalah dengan kakaknya. “Saya melakukan tap dan contemporary dance bareng kakak. It was fun and I feel competitive,” cerita Valerie yang mulai balet sejak umur 4 tahun. Perasaan yang sama juga dialami Patricia. Hubungan keduanya sangat dekat, jadi ketika berada satu panggung, dengan kompak mereka mengatakan sangatlah fun.

Patricia yang merupakan pelajar 11th grade di Heritage High School ini selain balet juga mempelajari contemporary, jazz dan tap. Balet merupakan dasar dari semua tarian jadi kalau dia ingin menjadi penari harus memulai dengan balet. Itulah alasan awalnya tertarik menekuni balet. Meski jatuh cinta dengan balet, apakah Patricia pernah mengalami patah semangat? “Ya, kadang-kadang kalau melihat penari lain yang menari lebih bagus. Tetapi itu mendorong saya untuk melakukan yang lebih baik.” Remaja yang bercita-cita menjadi dokter ini mengatakan
persiapan sebelum pentas atau kompetisi yang terpenting adalah pemanasan, peregangan serta konsentrasi. Dan banyak minum air putih.

Menurut Patricia, prestasi yang paling membanggakan adalah menjadi pemeran utama sebagai Clara, Dew Drop dan lead Flower di The Nutcracker. Kemudian kompetisi the Youth American Grand Prix tahun 2013 dan 2014 serta kompetisi regional. Di kompetisi itu Patricia selalu masuk 5 besar. Beruntung orang tua sangat mendukung. “Mereka mendorong secara mental dan finansial.” Sedangkan Valerie berkomentar, “Mereka mendorongku cukup keras tapi juga mendukungku dengan segala cara.” Ibunya mengakui orang tua menjadi pendukung nomor satu. Mereka mengantar setiap hari ke dance studio, ke berbagai kompetisi dan termasuk membantu menyiapkan segala sesuatu sebelum berkompetisi. Dorongan, dukungan dan kerja keras mereka tak sia-sia. Terbukti Valerie pun meraih prestasi yang membanggakan yaitu menjadi pemeran utama the Nutcracker dan berkompetisi di the Youth
American Grand Prix dan tahun ini Valerie pergi ke New York untuk berkompetisi di ajang final.

Menurut Valerie, balet itu nggak mudah. Kalau nggak fokus dan konsentrasi, tidak dapat melakukan gerakannya dengan baik. “Balet itu juga bisa sangat melelahkan. Kaki dan jempol saya sakit saat melakukan pointe (teknik bertumpu pada jari kaki). Tapi saya abaikan dan terus berlatih.” Pelajar 8th grade di Harper Park Middle School kelahiran 1 Mei 2003 ini mulai berlatih balet usia empat tahun dan empat tahun kemudian mulai mengikuti kompetisi. Saat itu sudah melakukan kompetisi regional dan selalu masuk 10 besar.

Ketika ditanya siapakah idolanya, Valerie dan Patricia yang kelahiran 26 April 2000 sama-sama mengaku tidak memiliki idola. Berbeda dengan Patricia yang ingin menjadi dokter, Valerie bercita-cita menjadi ahli biologi kelautan. Selain balet, keduanya memiliki kegiatan lain yang sama yaitu berenang dan bermain piano. Sebagai kakak beradik, mereka saling mendukung. Misalnya sang adik kerap menanyakan pendapat kakaknya setelah selesai tampil, apakah sudah benar atau belum. Begitu juga sebaliknya. Meski sifat mereka berbeda, Patricia lebih suka bercanda sedangkan Valerie lebih serius, tapi mereka sangat kompak. Mereka berdua juga sangat mandiri. Sebelum berkompetisi, mereka mempersiapkan semuanya sendiri, dari mulai kostum sampai tata rias. Bahkan menata rambut (bun) sendiri. (Kabari1004/foto: kol. pribadi)