KabariNews – Noken dikenal dalam masyarakat Papua sebagai sebuah tas yang dapat membawa barang kebutuhan sehari-hari. Tas tradisional ini dibawa dengan menggunakan kepala dan terbuat dari serat kulit kayu. Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar.

Namun ditangan para relawan Noken Pustaka, noken tersebut digunakan untuk menghantarkan  buku-buku bacaan “bergizi” bagi anak-anak. Sesuai dengan fungsinya sebagai sebuah alat untuk membawa sesuatu, noken pun dapat membawa berbagai jenis buku bacaan.

Noken Pustaka ini merupakan langkah kecil yang dilakukan oleh beberapa orang di Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat, yang peduli terhadap literasi. Mereka percaya pengetahuan yang tertera dalam sebuah buku akan mendatangkan  perubahan walaupun hanya secuil. Minimal dengan buku, anak yang membaca dapat terhibur oleh isi yang ada di dalam buku tersebut

Misbah, Pengelola Noken Pustaka bercerita kepada KABARI beberapa waktu yang lalu , kegiatan  ayo membacanya  ini baru saja diritis. Umurnya pun baru seumur jagung dengan sejumlah relawan yang masih bisa dihitung dengan jari. Misbah memulai  dengan kesadaran atas keprihatinan yang dilihatnya di lingkungan tempat tinggal di Monokwari.

Pikirnya, jika tidak dimulai kegiatan ini siapa lagi yang akan mengawalinya. Ya, gagasan ini sebenarnya sudah muncul di benak pria yang telah lama menetap di Papua Barat ini. Hanya saja terwujudkan baru-baru ini, setelah banyak berkonsultasi dan didukung oleh para penggiat buku di berbagai daerah di Indonesia.

Misbah beserta para relawan membawa noken berisi buku ke tempat anak-anak berkumpul seraya menawarkan buku kepada mereka. “Biasanya satu anak tertarik yang lainnya ikut-ikutan tertarik” kata Misbah.  Soal buku bacaan yang mereka berikan beragam jenisnya. Kebanyakannya berasal dari buku-buku sumbangan daripara relawannya seperti buku bacaan anak-anak Bobo, dan buku lainnya.

Jumlahnya baru sedikit, namun Misbah berharap akan semakin banyak di kemudian hari sejalan dengan keinginannya membawa buku-buku itu  keluar dari wilayah tempat tinggalnya. “Kelurahan Pasir Putih Wonokwari adalah pos pertama, nanti-nantinya akan pos-pos berikutnya” tuturnya.

Nah, relawan Noken Pustaka datang dari berbagai kalangan dan profesi. Dan  satu yang unik  dari beberapa relawannya, yakni sosok Agus Mandowen  yang merupakan atlit Angkat Berat Kelas 105 Kg.  Agus di bidangnya berhasil mengukir prestasi meraih  1 medali emas dan 2 medali Perunggu pada Kerjurnas Angkat Berat 2014 di Jogya. Ia menduduki peringkat 6 Pra PON di Bandung 2015. “ Sebetulnya ada dua atlit angkat berat yang menjadi relawan disini, Agus dan Kristofel Rumfabe” kata Misbah.

noken pustakaAgus menjadi relawan Noken Pustaka setelah melihat perkembangan anak usia sekolah yang banyak melakukan kegiatan yang kurang positif di luar jam sekolah. Ia ingin ikut menawarkan alternatif lain untuk mengisi kegiatan anak-anak sekolah di luar jam sekolahnya, yaitu membaca buku bersama Noken Pustaka.

Agus sadar menjadi  relawan Noken Pustaka itu tidak ada honor. Tapi dia ingin gunakan waktu luangnya agar bermanfaat untuk anak-anak. Semasa sekolah ia jarang memiliki kesempatan untuk membaca buku-buku cerita di perpustakaan sekolahnya yang memang minim koleksinya.. “Saya akan bawa noken, kalau saya tidak sedang latihan angkat berat, atau lagi tidak ada kerja proyek.”katanya

Bila tidak ada kejuaraan ataupun pemusatan latihan, dia kerja serabutan untuk menopang biaya hidupnya sendiri dan membantu biaya sekolah adiknya. Pekerjaan itu antara lain adalah babat rumput halaman kantor atau sekolah, dan jasa pengawalan logistik perusahaan ke daerah lain. Ia berharap suatu saat nanti bisa memiliki pekerjaan tetap, mungkin sebagai pegawai sipil di daerah. Semoga!. (1009)