Sebuah rumah yang asri dan berhalaman luas di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, menjadi saksi sejarah berdirinya republik ini. Dilihat bentuknya, tidak ada yang istimewa. Malah cenderung terlihat kuno dibanding rumah pejabat di daerah Menteng masa itu.

Namun di rumah yang biasa-biasa saja itulah, kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. Tak banyak foto yang merekam seluk beluk rumah bersejarah itu. Kalaupun ada, hanya hitungan jari.

Salah satunya foto Soekarno bersama Ibu Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra yang masih bocah duduk di atas tikar halaman depan. Ibu Fatmawati tampak melambaikan tangan sambil memegang Guntur, sementara Bung Karno dengan pakaian khasnya—safari putih dan berpeci hitam—duduk di sebelahnya mengumbar senyum.

Setelah menjalani pengasingan di Bengkulu, Soekarno memboyong istri keduanya Ibu Fatmawati ke Pegangsaan. Tahun 1944, anak lakilaki pertama Soekarno yang diberi nama Guntur Soekarno Putra, lahir di rumah tersebut.

Debat menegangkan di Pegangsaan Timur

Kekalahan Jepang pada Agustus 1945 yang ditandai pemboman kota Hiroshima dan Nagasaki oleh sekutu, membuat situasi politik Jakarta memanas dan tak menentu. Digambarkan, Jakarta seperti kota tak bertuan. Jepang dalam posisi gamang, sementara Republik belum berdiri.

Menyimak kondisi demikian, para pemuda yang dipimpin Chaerul Saleh melakukan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta (sekarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI) pada 15 Agustus 1945 malam. Rapat itu menghasilkan keputusan: mendesak Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan secepat  mungkin, tanpa campur tangan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang merupakan sokongan Jepang.

Soekarno dan Hatta tidak setuju dengan desakan para pemuda. Dua tokoh golongan tua itu, justru menginginkan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan dibicarakan dalam rapat PPKI. Tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pukul 22.00, para pemuda mendatangi rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Sebagaimana dilukiskan dalam buku Lasmidjah Hardi (1984 hal 58) dan Ahmad Soebardjo (1978 hal 85-87), pemuda Wikana sempat mengancam Soekarno, ”Jika Bung tidak mengeluarkan pengumuman (mengenai proklamasi-red) pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar -besaran esok hari.”

Mendengar ucapan Wikana, Soekarno gusar, ia bangkit dari kursinya dan menantang Wikana ”Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!”

Hatta yang hadir dalam pertemuan turut bicara, “Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu?” tanya Hatta.

Karena perdebatan cenderung buntu, akhirnya Soekarno menjawab bahwa ia tidak bisa memutuskannya sendiri, ia harus berunding dengan para tokoh lainnya. Utusan pemuda mempersilahkan Bung Karno berunding. Para tokoh yang hadir pada waktu itu antara lain, Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro.

Tidak lama kemudian, Hatta menyampaikan keputusan, bahwa mereka menolak usulan para pemuda. Alasannya, perlu perhitungan lebih cermat serta dapat timbul banyak korban jiwa dan harta.

Para pemuda tidak puas. Mereka lalu kembali ke markas mereka dan menyiapkan rencana  baru. Yakni menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok.

Pukul 04.00 dinihari sehabis sahur (saat itu sedang bulan puasa red), tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda dipimpin Sodancho Singgih datang lagi ke Pegangsaan Timur Nomor 56.  Dengan alasan keamanan Soekarno-Hatta terancam jika masih berada di Jakarta, Soekarno-Hatta akhirnya mengikuti kemauan para pemuda untuk dibawa ke Rengasdengklok, Karawang.

Raibnya Soekarno-Hatta membuat Jakarta panik. Apalagi, hari itu seharusnya ada rapat pertama PPKI dimana seluruh anggotanya kecuali Soekarno-Hatta telah hadir di Hotel Des Indes, di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, tempat rapat dilangsungkan.

Achmad Soebardjo, yang malam sebelumnya turut hadir dalam perdebatan antara golongan pemuda dengan Soekarno, berupaya mencari Soekarno-Hatta. Ia berkeliling ke beberapa lokasi termasuk markas tentara Jepang. Tetapi Tidak ada.

Dia curiga golongan pemuda berada di balik raibnya Soekarno-Hatta. Segera ia menghubungi Wikana. Dari mulut Wikana, Achmad Soebardjo mendapat informasi lokasi penyekapan Soekarno- Hatta. Pagi itu juga, Soebardjo menuju ke Rengasdengklok.

Tetapi pemuda masih bersikukuh tak mau melepaskan Soekarno-Hatta, kecuali ada jaminan kemerdekaan harus segera diproklamirkan. Soebardjo lalu menjamin, “Kalau Proklamasi tidak dilakukan, saya bersedia ditembak mati,” katanya.

Setelah hampir seharian ‘disekap’ di Rengasdengklok, baru pada pukul sepuluh malam  rombongan Soekarno-Hatta tiba di Jakarta dan segera menggelar rapat di rumah Laksamana Tashida Maeda, di Jalan Meiji Dori (sekarang Jalan Imam Bonjol) untuk menyusun naskah teks proklamasi.

Setelah melalui perdebatan panjang, teks proklamasi akhirnya selesai dibuat habis subuh. Proklamasi awalnya akan dilakukan di lapangan IKADA (Ikatan Atletik Djakarta-sekarang Monas), namun karena masalah keamanan akhirnya diputuskan dibacakan di halaman rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56.

Pagi itu, hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00, Soekarno keluar dari rumahnya. Di luar, sekira seratus orang telah menunggu dengan perasaan yang campur aduk.

Dengan nada yang berwibawa Soekarno berkata:
“Maka kami, tadi malam, telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia. Permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara-saudara, dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu…. Dengarkanlah proklamasi kami….” (yayat)

Untuk Share Artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?35252

Untuk

melihat artikel Utama lainnya, Klik

di sini

Klik

di sini
untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri
nilai dan komentar
di bawah artikel ini

________________________________________________________________

Supported by :