Pembantu Dubes Kabur, Muncul Tudingan Konspirasi

NASIB Fasih Atun, 27, masih belum menentu. Ia tampak sembab dan tergolek lemas meratapi nasibnya. Wanita asal Demak, Jawa Tengah ini, menjadi perhatian masyarakat Washington DC setelah meninggalkan rumah kediaman Duta Besar RI di Tilden Street, Washington DC.

Kedubes langsung membentuk tim, mencari keberadaan wanita ini. Ia dikhawatirkan jatuh ke tangan oknum yang suka melakukan human trafficking. “Perhatian kita ke sana, menyelamatkan Fasih. Jika ditemukan KBRI siap memfasilitasinya, apakah mau berada di Amerika terus atau pulang,,’’ kata Kepala Bidang Penerangan KBRI Washington, Heru H Subolo, mewakili sang dubes.

Fasih adalah orang keempat yang meninggalkan rumah itu dalam satu bulan terakhir. Sebelumnya, ada tiga pembantu lainnya kabur dari rumah megah tersebut dengan alasan masing-masing. Keempat pembantu yang minggat dari kediaman dinas Duta Besar Dino Patti Djalal itu, adalah sebagian di antara delapan pembantu yang dibawa keluarga duta besar ini langsung dari Jakarta.

Raibnya empat pembantu itu, kontan menjadi sorotan masyarakat Indonesia di  Washington D.C.. ‘’Kami sungguh terkejut sebab ini pertama kali terjadi dalam waktu singkat empat pembantu rumah tangga keluarga duta besar, kabur. Tanpa bermaksud mengganggu kinerja Pak Dubes, kita sampaikan pertanyaan ini ke KBRI,’’ ujar Koordinator KBRI Watch Irwan Rosyadi.

Selain Fasih, pembantu yang meninggalkan rumah Dubes secara diam diam itu adalah Ina (wanita), serta dua lelaki Novian dan Bina. Kasus kaburnya pembantu asal Indonesia ini sebenarnya acap kali terjadi, khususnya mereka yang tak puas dengan gaji.

Masalah ini sebenarnya sederhana jika KBRI tidak kebakaran jenggot. Reaksi kritis dari KBRI Watch, ditanggapinya dengan tudingan adanya konspirasi menjatuhkan nama Dino, yang nota bene belum genap setahun berada di posnya.

‘’Kami mendengar gunjingan bahwa KBRI Watch dicurigai melakukan konspirasi politik untuk menjatuhkan Duta Besar, yang tentunya suatu tuduhan yang sangat-sangat menggelikan. KBRI Watch menilai bahwa tuduhan itu sengaja dilontarkan sebagai upaya untuk mendiskreditkan niat dan tujuan mulia KBRI Watch dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja KBRI dan kantor perwakilan RI di Amerika Serikat,’’ kata Irwan.

Pihak KBRI dan KBRI Watch sudah menggelar pertemuan di lantai tiga gedung kedutaan, pekan lalu. Sayangnya, pertemuan itu diwarnai dengan sikap over acting seorang  iplomat. Diplomat ini adalah Yusron B. Ambary, sekretaris II bidang konsuler yang menyela dengan kata-kata tidak mencermikan seorang diplomat. Ia terang-terangan mengatakan, KBRI siap “menempuh segala cara” untuk menemukan para pembantu yang kabur itu.  Bahkan, kata diplomat ini, kalau perlu KBRI siap “ancur-ancuran” untuk menemukan mereka yang kabur, khususnya Fasih yang sudah lebih tujuh tahun ikut Dino.

Ancur-ancuran yang dimaksud adalah menemukan dalang, pembujuk dan siapa yang membantu kabur sang pembantu, terutama Fasih. Pihak KBRI merasa belum perlu melaporkan ke polisi setempat karena belum melanggar hukum. Implikasinya sangat luas jika sampai lapor ke polisi, karena khawatir dijerat pasal human trafficking jika yang mengajak kabur ditemukan. Jika itu terjadi, maka nama Dino pun sebagai majikan akan terkait meski tidak terlibat.

Karena itu, kata Yusron, hanya tiga pembantu saja yang dilaporkan ke pemerintah AS melalui Department of State –Deplu nya AS. Ketiganya sebenarmya adalah tenaga professional yakni kepala chef dan anak buahnya. Laporan pun didasarkan pada kontrak kerja yang mereka langgar, sedangkan Fasih –sang baby sitter—masih dicari rimbanya.

Ketiga staf lainnya yang kabur, dua di antaranya pernah bekerja di hotel ternama di Jakarta. ‘’Mereka memang professional, dan sudah menunjukkan tanda-tanda ingin kabur,’’ kata seorang staf KBRI lainnya.

Pasaran gaji pembantu (baby sitter) di Washington DC, bisa mencapai 400 dolar per minggu, lima hari kerja. Itu sebabnya, banyak tenaga kerja wanita asal Indonesia yang kabur, khususnya yang diajak oleh majikan mereka yang berasal dari luar.

‘’Kalau ikut majikan Arab, lebih parah, bisa hanya 200 dolar per bulan,’’ kata Marfu, asal Ponorogo, yang sudah delapan tahun menetap di Maryland. Fasih sendiri, sebenarnya digaji lebih tinggi, yakni 500 dolar per bulan. ‘’Sebenarnya bukan masalah gaji. Saya digaji berapa saja tidak masalah, asal saya diorangkan,’’ tutur Fasih lugu.

Dari empat orang yang kabur, hanya Fasih yang terlacak. Ia sementara ditampung oleh warga negara Indonesia yang bersimpati kepadanya. ‘’Soal pekerjaan tidak ada masalah, meskipun di sini saya ketambahan beban, tidak lagi hanya mengasuh anak tetapi juga menyiapkan pakaian ibu,’’ ujarnya.

Ia diam-diam meninggalkan Wisma Duta Tilden setelah ditolong oleh seorang warga negara Pakistan. Ia enggan menyebut perlakuan majikannya, yang menyebabkan dia kabur. ‘’Ya, nggak ada pengertian saja. Bapak lebih sering marah-marah di sini, anak tidak segera naik ke mobil, saya yang dimarahi, ibu terlambat berangkat mendampingi bapak, saya juga dimarahi bapak,’’ kata Fasih, yang sebelumnya sudah lebih tujuh tahun ikut keluarga Dino di Jakarta.

Fasih adalah tenaga kerja berpengalaman. Ia sebelumnya telah bekerja sebagai pembantu rumah tangga setelah bergabung dengan Yayasan Mitra Bunda. Saat di Jakarta, ia sudah mendapat gaji Rp 1,4 juta per bulan dengan uang cuti Rp 140.000 per dua hari setiap bulannya.

‘’Ketika di Jakarta, saya hanya mengurus anak saja,’’ tambah wanita asal desa Wonosalam Demak ini. Ia sebelumnya sudah pernah bekerja di Bogor satu tahun, dan di Jakarta, Kedoya 3 tahun serta Mangga Dua 2,5 tahun.
‘’Jadi saya punya pengalaman ikut majikan cukup lama, karena saya tidak  memperhitungkan gaji, asal cukup,’’ katanya, menjelaskan bahwa kekaburannya dari rumah Dubes bukan karena gaji. ‘’Ada perlakuan berbeda saja dibanding di Jakarta,’’ kata istri Suaeb, tukang mebel di Kalideres Jakarta ini. Menurut dia, dirinya sudah menceritakan semua yang dialaminya ke suaminya tersebut. ‘’Suami saya bilang, ya jangan dipaksakan kalau tidak kerasan,’’ katanya, menirukan ucapan suaminya yang berasal dari Pati itu.

Setelah meninggalkan wisma Duta, ia berencana mencari kerja di Washington dan sekitarnya. ‘’Saya pengen bekerja, dan menabung,’’ kata sulung dengan tiga adik yang masih memerlukan bantuannya itu. KBRI Watch pun siap membantu mencari Fasih. Tetapi, sebagaimana disampaikan Heru Subolo, kejadian ini sebenarnya adalah “permasalahan internal” antara Duta Besar dan pembantunya yang terikat kontrak.

Namun, KBRI Watch bersikukuh persoalan ini tidak lagi persoalan internal keluarga Dubes. Dengan delapan pembantu, plus dua orang yang sudah ada sebelumnya, KBRI Watch menyampaikan, dengan uang apa mereka digaji.

Pihak KBRI Watch menanyakan apakah benar pihak KBRI hanya membayar dua staf rumah tangganya itu dengan dana pemerintah (APBN). Sebab, menurut perhitungan setidaknya ada 10 orang, ditambah seorang sopir yang bekerja untuk keluarga Duta Besar.

Menurut KBRI Watch, seorang Duta Besar RI hanya mendapat jatah anggaran untuk tiga orang, sedangkan Wakil Dubes atau DCM (Deputy Chief of Mission) dua orang.
Dalam pertemuan itu pun, KBRI mengatakan bahwa urusan staf rumah tangga lainnya yang di luar tanggungan KBRI, dan itu urusan internal Duta Besar.

‘’Menurut perhitungan kami, jumlah gaji staf di luar tanggungan KBRI bisa mencapai sekitar 5.000 dolar per bulan,’’ kata Irwan.  Jumlah ini, menurut dia, cukup besar, meskipun itu ditanggung oleh seorang Duta Besar sekalipun. Pejabat selevel Menteri di AS pun, tidak mempunyai staf rumah tangga sebanyak itu. ‘’Apalagi seorang Duta Besar dari negara berkembang seperti Indonesia yang anggarannya tentu serba terbatas. Ini pula yang menjadi pengaduan dan keluhan anggota masyarakat yang masuk kepada KBRI Watch,’’ tegas Irwan, yang belum lama ini ditolak masuk ke acara pesta di kediaman dinas Dubes.

Lalu, berapa gaji seorang Dubes sendiri pada perwakilan sekelas AS? ‘’Untuk itu, tanya langsung saja ke Departemen Keuangan,’’ kilah Heru Subolo.

(B. Indra Kusumawanto, wartawan Jurnal Nasional di Washington DC)

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?36623

Untuk Melihat artikel Amerika / KBRI-KJRI lainnya, Klik disini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :