Klik Disini Untuk Baca Artikel ini di Majalah Kabari April 2008 ( E-Magazine )

Mulai 11 Mei 2008, Pemerintah federal akan memberlakukan undang-undang “Real ID”. Undang-undang ini memuat aturan-aturan baru yang ketat dalam pengurusan ID dan SIM. Jutaan imigran di Amerika terancam kesulitan membuat ID dan driver license, termasuk imigran dari Indonesia. Apalagi mereka yang berstatus imigran tidak jelas.

Untuk membuat ID atau driver license AS di DMV (Department of Licensing atau apapun namanya di negara bagian), seseorang harus melampirkan kartu Social Security(SS) dan kartu identitas lain, seperti paspor atau akte kelahiran.Tutur merasakan kegelisahan yang dialami para imigran tak berdokumen, Kabari terdorong untuk menghubungi agen-agen pembuatan surat ijin mengemudi(SIM) dan kartu tanda pengenal (KTP) di AS. Dorongan tersebut semakin kuat karena di tengah ketatnya persyaratan pembuatan kartu identitas diri di AS, mereka justru menawarkan “kemudahan” jasa pengurusan ID dan SIM. Tidak sulit menemukan nomor telepon mereka karena mereka pasang iklan di berbagai media cetak berbahasa Indonesia di AS.

Berulangkali Kabari menghubungi sebuah agen pembuatan “USA Driver License” (SIM) serta “Original American ID Card”(KTP) di kota hujan di pantai barat AS. Ada dua nomor yang tersedia.Satu telepon langsung tersambung dengan mesin penjawab. Nomor telepon  lain berawal dengan instrumen lagu “O Come All ye Faithful”, kemudian pesan si empunya telepon dalam Bahasa Inggris dan Indonesia agar meninggalkan pesan. Belakangan sambungan telepon berakhir dengan nada tulalit.

Januari lalu terakhir kalinya Kabari masih melihat iklan agen tersebut di sebuah majalah Indonesia. Karena sudah seminggu pesan yang ditinggalkan tidak dijawab, Kabari menduga agen tersebut tidak lagi beroperasi karena hukum yang sudah berubah, seperti bunyi iklannya.

Kemudian, Kabari menghubungi sebuah agen lain dengan nomor kode area 312 (Chicago).Iklannya terpampang di majalah Indonesia di California dan Pennsylvania bulan Maret lalu. Bunyinya iklannya meyakinkan, bahwa driver licensedan ID yang mereka buat sama-sama “asli”. Malah ditulis juga sebagai pemanis, “kesempatan terbatas”. Pemilik telepon genggam berucap dalam Bahasa Indonesia agar penelpon meninggalkan komentar. Karena tidakdibalas, Kabari tidak bisa berkomentar.

Satu nomor lagi dengan kode area 267 (Philadelphia) Kabari coba kontak. Semula Kabari sedikit canggung karena nomor telepon yang diberikan ada 8 angka. Kabari tinggalkan SMS. Lagi-lagi, tidak dibalas. Mungkin calo ini hanya melayani Philadelphia dan sekitarnya. No comment !

Hampir putus asa, Kabari berharap semoga usaha terakhir ini tembus. Kabari mengkontak satu nomor di Chicago Metro Area. Iklannya berbahasa Indonesia dan terdapat di suatu majalah Indonesia di Pennsylvania.Pengiklan yang namanya berinisial MW menjanjikan driver license “asli”yang berlaku lima tahun dan ID card “asli” yang berlaku enam tahun.Tidak harus menyediakan dokumen, begitu bunyi iklan. Bahkan, disediakan juga transportasi gratis dari bandara atau dari stasiun bus di Chicago.

Singkat cerita, Kabari berbicara dengan pengiklannya. Di seberang sana, seorang lelaki berbahasa Inggris logat Mandarin menyapa singkat. Kemudian, langsung kemasalah. Kabari mengaku paspor sudah mati dan hanya punya kartu Social Security (SS). Berikut petikannya :

+ By the way, SS saya tidak valid buat bekerja
– Oh itu gak masalah, saya bisa bantu Anda. Di Chicago buat SIM masih gampang
+ Oh ya ? Gimana dengan penginapan dan mobil untuk ujian praktek
– Well, you datang hari Sabtu saja. Kita ketemu di airport. Aku jamin sehari pasti semuanya jadi.
+ Berapa ongkosnya ?
– Kita charge cuma $ 1000
+ Asli tidak ?
– “Original”
(Dalam riset, Kabari mendapati “Enhanced ID” dengan pegamanan berlapis sudah diterapkan di Chicago, Illinois).

Kurang puas, kini Kabari mengaku paspornya sudah mati dan sama sekali tidak punya kartu SS.

+ Wah, gimana dong kawan saya ini ?
– Does he look like Chinese ? (Saya sangat kaget mengapa dia menanyakan ini dan apa rencana MW)
+ I guess so
– No problem, nanti kita buatkan dulu SS-nya di Chicago.
+ Oke deh, aku kontak lagi nanti. Thanks.

Masih kurang jelas dengan pembicaraan terakhir, Kabari benar-benar minta staff perempuan untuk menelpon si MW langsung di hari yang berbeda. Dia mengaku dengan cerita yang sama. Tak ada SS dan paspor sudah mati.

+ Berapa harganya nih ?
– Untuk kasus ini, saya akan charge you $ 1900. Sehari jadi !
+ Lalu, gimana dengan mobilnya ?
– No problem, kita pinjamin waktu di Chicago
+ Syaratnya gimana nih ?
– Karena gak ada SS, you musti ganti nama (penelpon tidak mengerti apa maksudnya)
+ Terus ?
– SS-nya bisa buat kerja
+ So, ini SS & SIM asli ya ?
– Ya, dua-duanya “asli”.

Begitu kontak dengan MW di Chicago berakhir, Kabari menghubungi beberapa orang yang mengerti seluk beluk pembuatan driving license dan ID card di Amerika Serikat.

Tyler Moran dari National Immigration Law Center,sebuah lembaga imigrasi independen yang disegani di Amerika Serikat berkomentar, “Terus terang, saya tidak heran jika ada orang yang melihat “dollar sign” di antara 12 juta imigran ilegal yang mati-matian memperoleh status legal di Amerika Serikat. Saya mencium bau “scam” dan“document fraud” di sini. Hanya Social Security Administration saja yang bisa memproses nomor Social Security. Juga, hanya DMV masing-masing negara bagian saja yang bisa mengurusi driving license”.

Oktodorinus Manik, Kepala Konsuler Konsulat Jendral RI San Francisco yang sering membantu penanganan deportasi warga Indonesia diAS mengatakan, “Susah juga sih, kadang situasi orang Indonesia terdesak. Hati-hati buat warga Indonesia jangan gampang tergoda dengan pembuatan dokumen palsu. Kalau ketahuan, konsekuensinya ditangkap oleh pihak Imigrasi AS, selain kena tuduhan pelanggaran imigrasi, yang bersangkutan akan terkena tuntutan kriminal karena ada unsur penipuan.Sebelum dideportasi bisa dipenjara dulu.”

Iklan yang jelas-jelas bernada scam atau penipuan, terus diulang-ulang di berbagai televisi AS yang beriklim liberal. Kabari jadi ingat iklan TVRI jaman dulu, “Teliti Sebelum Membeli”.
(peter phwan)