Di Indonesia, Pilot kini disorot. Bukan karena prestasinya.
Tapi karena seorang pilot salah satu perusahaan penerbangan lokal,
ditangkap pihak berwenang karena membawa 0,4 g sabu-sabu berikut alat
hisap yang siap pakai, di sebuah hotel di Surabaya. Padahal esoknya dia
harus menerbangkan pesawat ke Makassar.

Pihak managemen perusahaan penerbangan itupun tergesa mengadakan
jumpa pers dan segera mewajibkan petugas pesawat termasuk pramugari
dan teknisi untuk melakukan pemeriksaan air seni secara rutin. Diapun
membantah jika pilot di perusahaannya harus terbang di atas 100 jam
perbulan.

Media di Indonesia memberitakan bahwa 60 persen pilot di Indonesia,
terbiasa memakai narkoba. Alasannya macam-macam. Karena tekanan
pekerjaan, gaya hiduplah atau malah memperjualbelikan barang tersebut.

Tahun 1996, ada kejadian besar yang mencoreng pilot Indonesia.
Mohammad Said Badeges, pilot yang 20 tahun berkarir di Garuda dan
mengantongi 20 ribu jam terbang, ditangkap di Bandara Schiphol,
Amsterdam Belanda. Ia langsung diborgol di depan petugas Garuda lainnya
ketika di tubuhnya ditemukan 8.000 ekstasi yang dililitkan di pinggang.
Diyakini telah beberapa tahun dia menjadi semacam kurir dan
memperjualbelikan untuk beberapa pihak di luar negeri.

Peristiwa memalukan seperti itu ternyata tak berhenti sampai disitu.
Lima belas tahun kemudian, muncul lagi pilot yang gemar menelan pil
ekstasi. September 2011, pilot maskapai Lion Air, Moh Nasri, pemakai narkoba jenis sabu serta pil ekstasi dan sudah diadili. Pada 10 Januari 2012, Han, pilot Lion Air
juga ditangkap di Makassar ketika pesta sabu-sabu bersama temannya.
Ironisnya, Han mengaku sebelum memakai sabu-sabu ia pun mengonsumsi
ekstasi dalam waktu yang cukup lama. Puncaknya ya seperti cerita di
atas, pilot Lion Air ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN) di Surabaya. Kejadian ini menimbulkan cercaan dari masyarakat.

Setelah melalui proses hukum, masyarakat tentu berharap pemerintah
dan perusahaan penerbangan bisa memperketat perilaku pilot. Perusahaan
harus terus memeriksa kondisi kesehatannya. Tentu ini merupakan sebuah
harapan yang wajar, mengingat pekerjaan pilot butuh konsentrasi tinggi
dan juga tanggung jawab terhadap puluhan hingga ratusan jiwa penumpang.

Pekerjaan Terhormat

Memang, tak ada yang lebih membanggakan orang tua di Indonesia bila
anaknya menjadi : Dokter, Pilot, Perwira Militer, dan staf yang bekerja
pada perusahaan minyak dan gas. Gaji besar ? Ya. Tunjangan ? Ya.
Setidaknya hati orang tua akan tentram karena masa depan anaknya
terjamin.

Apakah hal itu masih berlaku untuk masa sekarang ? Sebagian ya,
sebagian tidak. Sekarang banyak profesi di luar Dokter, Pilot, Militer
dan Perminyakan yang juga menjanjikan kesejahteraan yang baik. Bidang
perdagangan, periklanan dan seni jika berprestasi dengan baik, hasilnya
membanggakan juga. Namun tak dapat dipungkiri, profesi Pilot memang
menjanjikan ruang kesejahteraan yang cukup bagi seseorang. Setidaknya
pendapatannya di atas rata-rata orang Indonesia umumnya.

Kita lihat gambarannya. Garuda memberikan gaji pokok kepada seorang
pilot sekitar Rp 33 juta dan tunjangan terbang Rp 10 juta. Sementara
itu, kapten pilot asing diberi gaji pokok US$ 9.000 plus biaya akomodasi
US$ 1.200. Itu nilai tertinggi. Karena ada beberapa perusahaan
penerbangan Indonesia, menggaji kurang dari itu. Banyak juga pilot
Indonesia yang lebih memilih bekerja di luar negeri karena gajinya jauh
lebih tinggi dibanding gaji lokal.

Sebagian besar pilot Indonesia bekerja di luar negeri memilih bekerja di perusahaan penerbangan Malaysia. Di Air Asia
(Malaysia), jumlah orang Indonesia sekitar 71 orang. Semua kapten A320
dengan gaji RM 12.000 (1 Ringgit Malaysia = sekitar Rp 2.990). Honor
tambahan (per jam terbang) RM 195/jam. Tiap bulan, rata-rata mereka
membawa uang RM 28-29 ribu sebelum pajak.

Di MAS (Malaysian Airlines), jumlah
pilot Indonesia hanya 8 orang karena sudah banyak yang pindah ke Air
Asia. Semua kapten 737-400 dengan gaji RM 13.000. Penghasilan tiap bulan
mereka rata-rata RM 21 ribu sebelum pajak. Pilot Indonesia ada juga di MAS Wing (anak perusahaan MAS),
sebanyak 8 orang: 3 kapten Twin Otter, gaji RM 12.000 ditambah honor
lain-lain dan mereka tiap bulan rata-rata memperoleh RM 21 ribu sebelum
pajak.

Maskapai Etihad – di Abu Dhabi memberikan gaji kapten pilot US$
10.500 selain tunjangan sekolah anak US$ 10.000/anak ditambah tunjangan
rumah US$40.000 setahun. Tambahan honor terbang sekitar US$ 2.000. Untuk
pensiun disediakan satu bulan gaji setiap tahun dan fasilitas bonus dan
asuransi serta tiket gratis. Ketika masuk pertama kali ke perusahaan
itu sebagai First Officer (FO) gaji US$ 7.000 dengan fasilitas relatif sama dengan seorang kapten.

Kedengarannya memang menyenangkan. Sehingga tak salah jika banyak
orang memuja profesi ini. Pekerjaannya beresiko tinggi; membawa puluhan
bahkan ratusan nyawa. Karena itu, pada jaman sekarang tak murah untuk
menjadi seorang pilot. Tapi tetap banyak yang menginginkannya, karena
‘kembali modalnya’ juga cepat. Para orang tua bahkan rela melepaskan
tabungan dan meminjam kiri-kanan untuk cita-cita anaknya menjadi pilot.

Namun, memakai obat-obatan terlarang atau bahkan menjadi kurir ketika
bertugas menerbangkan pesawat, memang menjadi hal yang memalukan.
Penggunaan narkoba oleh pilot, tak lepas dari gaya hidup eksklusif dan
glamor yang melekat di pilot.

“Tidak menutup kemungkinan pilot mabuk-mabukan, lalu asusila. Itukan
karena pergaulan. Dalam etika profesi pilot itu tidak boleh,” ujar Ketua
Forum Transportasi, Soeharto Abdul Majid. Menurut Soeharto, seorang
pilot mudah mendapat barang terlarang tersebut karena perjalanan lintas
daerah dan negara. Dengan perjalanan lintas negara ini, pergaulan para
pilot menjadi lebih luas. “Teman-teman mereka banyak, dari Belanda dan
negara Eropa lainnya,” terangnya.

Dengan eksklusivitas tadi, tambahnya, kehidupan para pilot seperti
tak terjamah. Kehidupan mereka bahkan terkesan sulit dimasuki orang
luar. “Dalam setiap perjalanan, peluang amat terbuka. Mereka (pilot)
memiliki akses yang lebih dari orang awam, baik itu di imigrasi
dll.Sehingga kejahatan sering dimanfaatkan ketika mendapatkan peluang
seperti itu,” tambahnya.

Dia menegaskan, tak dipungkiri jika para pilot dan petugas
penerbangan menjadi pengguna, bahkan menjadi jaringan internasional
dalam mengedarkan barang haram ini. Karena itu, dia berharap BNN dapat mengungkap kasus narkoba terhadap semua pilot.
“BNN kan punya wewenang untuk ini, tentu harus ditelusuri sampai tuntas.
Apakah memang mereka termasuk jaringan internasional,” katanya.

Memang, meski banyak kejadian, pekerjaan pilot masih banyak
diimpikan. Dipuja karena kesejahteraannya. Dan sama dengan profesi
lainnya, yang akan dicerca bila harus berkait dengan obat-obat
terlarang.(Indah)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?37857

Untuk melihat artikel Utama lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_______________________________________________________________

Supported by :