KabariNews – Presiden Joko Widodo, Selasa, 10 Januari 2017, menghadiri peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-44 PDI Perjuangan. Peringatan HUT partai pendukung pemerintah tersebut digelar di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat.

Memasuki ruangan acara sekitar pukul 10.00 WIB, Presiden yang saat itu tampak mengenakan pakaian batik merah dengan didampingi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Wakil Presiden Jusuf Kalla langsung disambut dengan gemuruh tepuk tangan dari para kader PDIP yang hadir.

Di hadapan para kader PDIP serta sejumlah petinggi partai politik dan anggota Kabinet Kerja yang hadir, Kepala Negara memaparkan capaian pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Pekik merdeka diteriakkan lantang oleh Presiden saat mengawali sambutannya.

Persoalan kondisi perekonomian merupakan yang pertama kali dipaparkan oleh Presiden Joko Widodo dalam sambutannya. Di tengah perlambatan ekonomi dunia seperti sekarang ini, Presiden menyebut bahwa Indonesia sepatutnya berbangga karena bila dibandingkan dengan negara-negara lain, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada pada angka yang dapat dibanggakan.

“Kita patut berbahagia bahwa pada tahun 2016, di triwulan dua, ekonomi kita 5,18. Pada triwulan ketiga turun sedikit menjadi 5,02. Kita harapkan pada tahun ini ekonomi akan tumbuh paling tidak minimal 5,1 persen. Saya kira sebuah angka yang patut kita banggakan karena dalam pertumbuhan ekonomi dunia yang sangat berat seperti sekarang ini angka ini adalah sebuah angka yang sangat baik,” ujar Presiden.

Meski demikian, Kepala Negara mengakui sendiri bahwa Indonesia memiliki tantangan besar di tengah pertumbuhan ekonomi tersebut. Ketimpangan perekonomian merupakan tantangan yang dimaksud.

“Inilah tantangan terberat kita. Pada beberapa tahun yang lalu angka gini ratio kita adalah 0,41. Pada dua tahun ini bisa diturunkan, tapi hanya sedikit, menjadi 0,397. Tetapi kalau kita bandingkan dengan negara lain, misalnya Tiongkok, India, Filipina, Malaysia, dan Thailand angka kita masih lebih baik di sisi gini ratio. Tapi tetap harus kita waspadai,” imbuhnya.

Tantangan kedua yang dihadapi bangsa Indonesia ialah mengenai tingkat pengangguran. Meski angka pengangguran hanya dapat diturunkan dalam jumlah yang kecil, menurut Kepala Negara hal tersebut tetaplah harus disyukuri.

“Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, ada penurunan angka pengangguran yaitu 0,31%. Meskipun turun sedikit ini juga adalah sebuah prestasi yang perlu kita sampaikan karena negara-negara yang lain semuanya pada angka yang naik,” paparnya.

Demikian halnya dengan masalah kemiskinan. Data yang disebut Presiden menunjukkan bahwa angka kemiskinan dapat diturunkan sebesar 0,36 persen hingga berada pada angka 10,86.

“Kemudian yang berkaitan dengan kemiskinan, ini juga menjadi tantangan. Tapi patut kita syukuri bahwa angka kemiskinan pada Maret 2016 saat dihitung berada pada angka 10,86. Turun meskipun sedikit 0,36 persen. Ini juga patut kita syukuri,” ucapnya. (Kabari1009/foto:ist)