Siapa yang menyangka, bahwa kedelai yang digunakan untuk bahan utama pembuatan tempe dan tahu di Indonesia ternyata berasal dari Amerika. Perajin tahu dan tempe di Indonesia sangat bergantung dengan kedelai impor dari Amerika, namun karena harganya terus melonjak perajin tempe pun mengeluh dan memutuskan untuk berhenti memproduksi.

Tingginya harga kedelai disebabkan oleh karena Amerika dilanda kekeringan, hal ini disampaikan Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi. “Di AS saat ini sedang terjadi kekeringan yang diperkirakan membuat produksi kedelai di AS menurun” ungkapnya.

Tak hanya Amerika saja, kondisi serupa pun terjadi di dua Negara produsen dan importir kedelai di dunia, yaitu Brasil dan Argentina yang juga mengalami masalah penurunan produksi namun tidak separah Amerika.

“Masalah yang terjadi di tiga Negara penghasil kedelai terbesar membuat tekanan terhadap harga kedelai dalam negeri meningkat” ujar Bayu.

Indonesia masih harus mengimpor sekitar 60 persen kebutuhan kedelai dari luar negeri. Padahal Indonesia memerlukan sekitar 2,5 juta ton kedelai untuk kebutuhan makanan, namun baru bisa menghasilkan 800.000 ton produksi kedelai dalam negeri.

Dalam Rapat Koordinasi Menko Perekonomian telah diputuskan bahwa pemerintah akan membantu perajin tempe dan tahu dengan beberapa kebijakan: Pertama, pemerintah akan membebaskan biaya masuk impor kedelai, kedua, pemerintah akan memfasilitasi dan mendorong koperasi perajin tahu tempe untuk mengimpor sendiri. Ketiga pemerintah akan mendorong produksi dalam negeri.

Ketiga kebijakan ini dilakukan untuk membantu perajin tahu dan tempe dalam mengatasi situasi yang saat ini terjadi.

 Tempe dan tahu langka di pasaran

Beberapa hari belakangan ini tahu dan tempe sulit ditemukan di pasaran. Pedagang tempe yang biasanya memajang tempe dan tahunya di meja, kini tampak kosong. Bahkan kebanyakan pedagang tempe dan tahu memilih untuk tidak berjualan. Kondisi ini sebagai bentuk protes atas kenaikan harga kedelai.

Karena langka di pasaran, banyak ibu rumah tangga mengeluh. Tempe dan tahu merupakan pelengkap bagi kebutuhan makanan harian, belum lagi harga daging dan ayam melonjak, untuk itu alternatif untuk pelengkap gizi selain ikan, pilihannya jatuh pada tempe dan tahu. Kondisi ini membuat banyak konsumen kehilangan.

Seiring kenaikan harga kacang kedelai, sebagai bahan dasar tempe dan tahu banyak pabrik dan perajin tempe tahu berhenti berproduksi. Harga kedelai mulai naik drastis Mei lalu. Dari sekitar Rp 5.500 menjadi diatas Rp 8.500 setiap kilogram. (1001)

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?47363

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :