KabariNews – Pada 25 Juni nanti, usia Joey Alexander baru genap 11 tahun. Masih kanak-kanak, memang, tetapi sebagai pianis, anak kedua dari dua bersaudara ini telah mengukir prestasi dunia. Kabari khusus memburunya ke studio tempatnya berlatih, dan sempat berbincang dengan orang tuanya—Denny Sila (40) dan Fara Leonora (43). Berikut petikannya!

Jari-jemari Joey bermain dengan lincah di atas tuts piano. Alunan lagu bertempo cepat terdengar indah mengalun. Sesaat satu lagu selesai dimainkan Joey, lalu dengan senyum ramahnya, ia bergegas menyambut Kabari.

Berlatih piano setiap hari adalah kegiatan rutin Joey, agar ia selalu siap tampil prima di berbagai ajang musik di dalam dan luar negeri. Di Java Jazz Festival (JJF) 2014 yang bergengsi awal Maret lalu, misalnya, ia menikmati sekali tampil di panggung, bermain solo dan juga berkolaborasi. Diketahui, JJF adalah festival jazz terbesar di dunia yang diproduksi orang Indonesia. Tampil di ajang ini berbarengan dengan musisi jazz kondang dunia, bagi Joey, adalah sebuah pengakuan sekaligus pemicu semangat untuk lebih giat lagi mengasah keterampilannya bermusik.

Sebenarnya sebelum itu, Joey telah berhasil memenangkan Grand Prix Award di Festival Musik di Ukraina. Pehobi menonton film ini menyisihkan kontestan dari 43 negara. Joey juga tercatat sebagai musisi peserta termuda, dan prestasi ini tentu sangat membanggakan bangsa Indonesia.

“Target saya ikut itu sebenarnya buat tambah pengalaman, bukan cari menang. Lagi saya paling muda, mereka ada yang berumur 40-50 tahun, dan juga bermainnya bagus. Tidak pernah sangka saya dapat Grand Prix Award,” kata Joey. “Seleksinya sendiri lama, 6 bulan lewat youtube, mesti mainkan berbagai style music: Bebop, Latin, Modern Jazz dan sebagainya, lalu masuk final, tampil di festival Ukraina. Senang sekali.”

Kepekaan Sang Papa

Joey Alexander Sila

Penemuan talenta Joey dalam bermusik bermula dari sebuah piano kecil Casio yang dibeli Denny, sang Papa. Kebetulan ia seorang penikmat musik jazz dan juga bermain instrumen musik. Sejak Joey bayi, ia sudah memperdengarkan genre musik jazz. Setiap saat, dari bangun tidur, di rumah atau di mobil tak lepas dari musik jazz. Rupanya ini ikut mempercepat terkuaknya talenta istimewa putra bungsunya dalam bermusik, khususnya jazz.

“Sepulang kantor saya terkejut mendengar Joey, waktu itu umur 6 tahun, bisa main not-not musik jazz yang cukup sulit dengan baik. Feeling saya, anak ini punya something special yang harus dibagikan kepada dunia. Tidak boleh disimpannya sendiri” kisah Denny.

Akhirnya, tanpa ragu ia segera memboyong keluarganya pindah dari Bali ke Jakarta. Ia ingin mendukung Joey menggali kemampuan bermusik yang ada di dirinya. Untuk itu ia megantar putranya belajar musik jazz dari para musisi legendaris di Tanah Air, di antaranya Indra Lesmana, Benny Likumahuwa, Idang Rasjidi dan masih banyak lagi.

Selanjutnya, ia didukung sang istri terus mencari tahu perkembangan musik di dalam dan luar negeri, serta mencari peluang bagi anaknya untuk bertemu musisi jazz dunia. Misalnya, bertemu Herbie Hencock beberapa waktu lalu di Jakarta. Joey melihatnya bermain, lalu mendapat dorongan semangat, dan ini penting sekali untuk membuka wawasannya. Selaku orang tua, Denny dan Fara mesti menyiapkan itu semua.

“Kesempatan belajar itu berharga sekali dan penting untuk menggali bakat dan kemampuan bermusik Joey. Sebagus apa pun bermain, penting bagi dia fokus bermusik dan berlatih untuk menjadi yang terbaik. Sekarang Joey belajar mencipta lagu, salah satunya yang dia mainkan kemarin berjudul Ma’ Blues, sebuah happy blues, bicara tentang musisi-musisi jazz yang memengaruhi musik Joey,” ujar sang Ayah.

Tip Untuk Para Orang Tua

Denny kebetulan juga bermain musik, sehingga ia dapat berperan menjadi partner bermusik bagi anaknya. Ketika ditanya tip untuk orang tua dalam menggali bakat anaknya, Denny menyampaikan, bagus sekali bila sedini mungkin anak dikenalkan pada instrumen musik, kamera atau olahraga. Kegiatan apa saja yang positif sehingga orang tua dapat melihat talenta yang tersembunyi dalam diri anaknya. Adakah tantangan dalam mengelola bakat Joey?

“Anak saya ini ramah, bersahabat, supel, periang, penyayang, pendiriannya kua,t kalau dia tahu dia benar. Keseluruhannya, menyenangkan. Asyik. Hanya kadang keras kepala. Untuk bisa masuk ke dunianya, kami mesti ikut membaharui pengetahuan. Tidak boleh diam. Tiap hari kami mencari referensi materi untuk dia ketahui, bertanya dengan sumber-sumber kompeten di dalam dan luar negeri akan apa yang mesti ditambahkan atau dibenahi,” lanjut Denny. “Utamanya, bagaimana kami dapat membawa Joey ke lingkungan kondusif yang dapat memupuk subur talenta bermusiknya. Karena itu, kami ingin sekali Joey bisa lebih lama dan lebih banyak belajar di Amerika, karena musik jazz ‘kan lahir di sana.”

Joey A sila

Denny dan Fara bersyukur sekali, Mei nanti Joey diundang tampil di Jazz At Lincoln Center bersama Wynton Marsalis. Diharapkannya, Joey bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk belajar lebih dari musisi-musisi maupun pencipta lagu di sana. Ini akan jadi momen bersejarah bagi Joey, katanya. Terlebih Brent Fischer, peraih Grammy Award, telah membuka pintu untuk Joey, beberapa musisi juga mengajak bekerja sama. Sekarang Joey berkomunikasi dengan peraih Grammy Award juga yakni Gil Goldstein, seorang pencipta lagu, pengaransir, pianis/akordion. Ini akan menjadi momen bersejarah bagi Joey.

Sebagai orang tua, Denny ingin memberikan yang terbaik bagi Joey. Namun tidak kalah pentingnya adalah menjaga ‘segi anak-anak’ pada diri Joey tetap terjaga. Ditambahkan masukan dari musisi papan atas Indonesia, Idang Rasjidi, yang sempat ditanyai Kabari juga waktu itu, bahwa Joey adalah anak Indonesia yang luar biasa. Talenta dan minat pada music jazz begitu kental dan prestasinya luar biasa di usia yang masih sangat muda. Ini suatu keistimewaan, katanya, untuk itu jangan biarkan beban itu pada Joey Alexander sendiri. Semua pihak, tak hanya orang tua, harus mendukung agar talenta music jazz Joey dapat tumbuh dengan subur.

“Satu hal, let him play his own, biarkan Joey Alexander bermusik dengan segala orisinalitas dirinya. Musik Joey Alexander adalah style Joey Alexander. Semua potensi musikalitas sudah ada di dalam diri Joey. Tinggal kita membantu menggali anugerah istimewa yang ada di dalam dirinya itu.” Bagaimana pendapat Joey sendiri?

Music is my life, musik adalah hidup saya. Saya akan bermain musik untuk mengagungkan dan memuliakan Tuhan, to worship the Lord,” ujar Joey, mantap dan penuh syukur atas talenta bermusik yang dianugerahkan Tuhan. “’Saya juga bersyukur pada Papa Mama yang selalu membantu dan mendukung saya di musik. Saya masih kecil, 25 Juni nanti baru 11 tahun. Saya masih harus belajar banyak, dan saya juga akan berkarya terus di musik untuk bawa harum nama Indonesia.” (1003)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?62235

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

lincoln