Sebelumnya, Irwansyah Andi
Idrus ‘hanya’ seorang Ketua Rukun Warga (RW) biasa di wilayah yang
membawahi 14 RT di Kelurahan Petojo Utara, Jakarta Pusat. Sebagai ketua
RW, Irwansyah berusaha menjalankan tugas dan fungsinya sebaik-baiknya.
Upaya pertamanya adalah melakukan revitalisasi menuju lingkungan yang
bersih dan sehat.

Maka sejak tahun 1997 ia melakukan upaya
penghijauan dengan modal pribadi. Ia membeli 1.000 bibit tanaman yang
harganya Rp 2.500 per bibit lalu menjual kepada warganya dengan harga
Rp 1.000 per bibit agar warganya dapat membeli dan menanam pohon
dirumahnya masing-masing. Dia mengaku rela menomboki demi memupuk
kesadaran warganya untuk peduli kepada lingkungan. Usahanya tak
sisa-sia, sekarang suasana di lingkungan RW 08,
Petojo Utara, cukup asri dan teduh. “Tapi yang terpenting, kesadaran
warga akan kebersihan lingkungan sudah meningkat drastis.” imbuh
Irwansyah.

Selangkah Demi Selangkah

Irwansyah
tak berhenti sampai disitu. Setelah kesadaran warganya akan kebersihan
lingkungan meningkat, pada tahun 2004 Irwansyah kembali menggebrak
dengan menggelar kampanye ”zero waste”. Kampanye ini berupa
gerakkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pengelolaan sampah rumah tangga. Dengan pengelolaan sampah yang benar
maka berdampak terhadap pengurangan timbunan sampah dilingkungan RW 08.
Implementasinya, Irwansyah dibantu staf mengajak masyarakat untuk
melakukan pemilahan sampah tingkat rumah tangga, yaitu dengan cara
memisahkan sampah basah dan kering.

Kesadaran masyarakat
akan perlunya pemilahan sampah ini, telah menghasilkan banyak
keuntungan bagi warga. Salah satunya dijadikan kompos. Kompos yang
berguna sebagai pupuk itu dipanen dan dikumpulkan. Sebagian untuk
dipakai sendiri dan sebagian dijual. Selain itu, mereka juga mengolah
limbah sampah dari plastik atau kertas menjadi aneka kreasi yang punya
nilai jual serta dapat dijadikan mata pencaharian.

Namun satu prestasi yang paling membanggakan warga RW 08 dibawah kepemimpin Irwansyah adalah kemampuan mereka melakukan perbaikan sanitasi lingkungan melalui pembangunan MCK++ (Mandi Cuci Kakus Plus-Plus).

Atas
usahanya ini Irwansyah diganjar hadiah berupa penghargaan Kalpataru
2009 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Saya tidak pernah
bercita-cita atau ingin dapatkan Kalpataru, yang saya inginkan adalah
warga saya sehat, bersih dan nyaman. Tapi Alhamdullilah, mendapatkan penghargaan tinggi dari pemerintah, penghargaan ini untuk seluruh warga petojo utara,” ujarnya tersenyum.

MCK++

Sebelum dibangun MCK++, sebagian warga yang tidak memiliki MCK biasa menggunakan kali krukut untuk mandi, cuci bahkan buang air. Ada 80 KK ( Kepala keluarga) atau sekitar 200 jiwa warganya yang tidak mempunyai MCK. Dari situlah awal diwujudkannya pembangunan MCK++, untuk mamfasilitasi warga agar tidak lagi mencemari kali krukut. MCK ini bukanlah MCK biasa, tidak hanya untuk mandi, cuci, kakus tapi bisa untuk masak.

Kelebihan dari MCK++ adalah dalam hal penggunaan teknologi biogas dan buffled reactor yang ramah lingkungan. Biogas Degester berfungsi sebagai tempat penampungan tinja yang diolah secara an aerob
menghasilkan gas metan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
memasak. Teknologi ini juga memberikan kontribusi besar terhadap
pengurangan pencemaran limbah rumah tangga ke kali krukut, karena
teknologi buffled reactor berfungsi untuk menyaring air kotoran sehingga tidak mengandung bakteri E-Coli.

MCK++ ini menggunakan teknologi Dewats (Decentralized Wastewater Treatment System). Seluruh limbah dari kakus, kamar mandi, dan tempat mencuci diolah menggunakan biodigester (biogas) dan baffled reactor.
Teknologi ini diadopsi dari sebuah kontraktor lokal nonpemerintah Bina
Ekonomi Sosial Terpadu yang sudah berpengalaman membangun proyek serupa
di Tanggerang. Baffled reactor seluas 9×4 meter itu dibangun bersekat di bawah bangunan MCK. “Jadi, untuk sisa buangan air cucian, dan pengguna MCK,
air sabun dimasukin ke dalam, ada 9 main hall, di-treatmen di situ.
Buangannya tetap di kali, tetapi sudah tidak mengandung bakteri dan
tidak mencemari air kali,” ujar pria bertubuh besar ini.

Tinja
diolah dengan menggunakan teknologi biogas, “Biogas ini mengolah
kotoran yang ditampung dalam sebuah wadah berbentuk seperti kubah
diameternya 4,5 meter, jadi nggak rembes ke tanah. Kotoran kita itu
mengandung gas. Gas itu diolah sedemikian rupa di sini, menghasilkan
gas metan. Nah, gas metan itu disalurkan melalui pipa ke ruang
posyandu, ke dapurnya. Itu untuk bahan bakar memasak,” ujar Irwansyah
bersemangat.

Irwansyah menuturkan, penggunaan teknologi
biogas ini juga sebagai energi alternatif. “Dengan adanya dapur komunal
tersebut, masyarakat juga terbantu dari segi ekonomi, jika biasanya
mereka mengeluarkan uang lebih dari 50 ribu untuk membeli gas atau
minyak tanah perbulannya, kini mereka hanya mengeluarkan uang sepuluh
ribu rupiah saja, untuk setiap KK,” lanjutnya.

Fasilitas MCK++ ini dibangun April 2007 dengan dana hibah USAID
sebesar 360 juta rupiah. Selain itu, juga bantuan dari berbagai lembaga
riset. “Dan kontribusi dari masyarakat. Ada swadaya masyarakat di sini,
tidak sekadar kita menerima bantuan gitu. Ada tenaga dari masyarakat
yang siap membantu tanpa pamrih, menyediakan tanah dengan status pinjam
pakai.” ujar ayah dua putra ini

MCK++
punya 11 kamar yang terdiri dari enam toilet, empat kamar mandi, serta
satu kamar mandi ibu dan anak. “Kamar mandi ibu dan anak dibuat khusus
ada showernya, untuk sekalian memandikan anak,” tambahnya.

Ditengok Hillary Clinton

Setelah satu dekade lebih Irwanyah memimpin warga RW 08,
kini kawasan tersebut mulai berubah. Menjadi lebih bersih, sehat, serta
asri. Akhirnya kawasan itu malah menjadi tujuan bermacam penelitian
atau proyek percontohan pemukiman. Kawasan ini kerap dikunjungi
universitas-universitas terkemuka seperti Universitas Hiroshima-Jepang,
Universitas Indonesia, ITB, Trisakti, dan Universitas Diponegoro.

Beberapa kali kawasan ini juga dikunjungi oleh perwakilan pemerintahan luar negeri seperti
dari Pakistan, Philipina, Jepang, dan India. Namun yang paling menarik adalah ketika
Menteri Luar Negeri Amerika Hilary Clinton, berkunjung kesini Februari lalu.

Bukan
apa-apa, Hillary sangat antusias begitu melihat keasrian kampung ini.
Meski padat tapi terlihat asri dan bersih. Maka wajar dia tampak
sumringah sepanjang kunjungan selama kurang lebih lima belas menit itu.
Sayang karena padatnya jadwal, Hillary urung mencicipi pisang dan tempe
goreng yang dimasak dari gas tinja. Padahal panitia menjamin bahwa
makanan itu tidak beracun dan tidak berbau, tapi akhirnya suguhan itu
habis dilahap para wartawan peliput. (pipit)

Nama : Irwansyah Andi Idrus
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 1 Januari 1967
Nama istri : Hera Yunita
Nama Anak : M. Andi Doni Ilhamsyah, M Andi Rafli Ramadhan
Pendidikan : Sarjana Informatika
Alamat : Jl Petojo Binatu Raya No. 28 Rt o4 rw 08 Kelurahan Petojo Utara, Kecamatan Gambir, Jakarta pusat.

<object width=”425″ height=”344″><param name=”movie” value=”http://www.youtube.com/v/NKBeb94iqq8&hl=en&fs=1&”></param><param name=”allowFullScreen” value=”true”></param><param name=”allowscriptaccess” value=”always”></param><embed src=”http://www.youtube.com/v/NKBeb94iqq8&hl=en&fs=1&” type=”application/x-shockwave-flash” allowscriptaccess=”always” allowfullscreen=”true” width=”425″ height=”344″></embed></object>

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33483

Untuk melihat Berita Indonesia / Profil lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :