KabariNews – Dalam kunjungannya ke provinsi Papua minggu ini, Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan meresmikan sekolah penerbangan pertama di Biak. Ini merupakan kunjungan kerja ke-5 sang RI 1 ke provinsi paling timur di Indonesia. Sekolah tersebut diharapkan dapat melahirkan pilot asli Papua.

Kabar gembira dari Tanah Papua tidak berhenti di sana. Setidaknya ada 6 putra-putri Papua mengharumkan nama tanah kelahirannya melalui beasiswa yang berhasil mereka raih untuk melanjutkan studi mereka di negara bagian California, AS.

Dalam sebuah acara di Los Angeles, kontributor Kabari News berkesempatan untuk bertemu dan bercakap dengan mereka. Dua di antaranya Serly Enumbi dan Qhendy Tabuni.

Serly Enumbi ASerly Enumbi merupakan salah satu penerima beasiswa Seribu Doktor Anak Papua dari Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Papua. Selain melalui santunan program beasiswa, ia mengakui pemerintah kian memperhatikan tanah kelahirannya. Misalnya, melalui proyek pembuatan jalan. Kini, Serly sedang menjalani program pelatihan Bahasa Inggris di California State University (CSU), San Bernardino. Selain untuk mendapat pengalaman dalam hal pendidikan, mahasiswi kelahiran Kota Mulia (Kabupaten Puncak Jaya) ini juga berharap bisa mendapatkan kawan baru dari berbagai negara dan mempelajari budaya mereka. Menurutnya, bahasa, perubahan musim, makanan, dan perbedaan budaya merupakan tantangan terbesar yang dihadapi selama masa studinya di Negeri Paman Sam. “Jangan malu untuk bertanya ketika engkau menganggap itu benar. Jatuh mencoba lagi dan tidak ada kata terlambat ketika engkau mau untuk terus berusaha sampai engkau mendapatkannya,” ujarnya sembari menitipkan pesan bagi generasi muda yang kelak mengikuti jejaknya.

Qhendy TabuniQhendy Tabuni juga merupakan salah seorang penerima beasiswa Seribu Doktor Anak Papua dari BPSDM Provinsi Papua. Senada dengan Serly, ia pun melihat banyak perubahan di daerah asalnya. Pemuda asal Kabupaten Lanny Jaya ini mengungkapkan bahwa bupati daerahnya telah membuat jalan yang menghubungkan kabupaten ke distrik-distrik. Sekolah unggulan di daerah tersebut juga belakangan mendatangkan guru-guru terlatih dari luar Papua. Ia mengaku tantangan terbesar yang dihadapinya selama belajar di Amerika Serikat mencakup penyesuaian diri dalam hal makanan dan juga kendala bahasa. Meski demikian, mahasiswa CSU San Bernardino ini mengaku mulai terbiasa berkomunikasi dengan Bahasa Inggris setelah lebih dari 6 bulan tinggal di Negeri Paman Sam.

Setelah lulus, ia berencana kembali ke Tanah Air untuk ikut membangun Papua dengan membawa serta ilmu yang didapatnya dari AS, terutama untuk mengubah pola pendidikan. Qhendy juga berharap agar ke depan pemerintah Papua dapat terus mengirimkan putra-putri terbaiknya untuk belajar di luar negeri demi menyelesaikan persoalan yang ada di sana.

Berita-berita gembira dari tanah Papua ini tentu bukanlah sebuah kebetulan. Hal ini sejalan dengan cita-cita Presiden Jokowi, generasi baru Papua yang tidak menjadi penonton tetapi aktor utama pembangunan tanah tumpah darah mereka dalam kerangka NKRI.