KabariNews –Sudah jamak diketahui, bayi disaat masuk inkubator pastilah ada biaya tambahan yang harus keluar dari  kantong orang tua. Lantas bagaimana dengan nasib orang tua yang uangnya pas-pasan? Akankah bayinya dapat tertolong mengingat biaya yang harus dikeluarkan terkadang tidaklah sedikit? Seorang Raldi Koestoer membuat suatu gebrakan dengan membuat sekaligus meminjamkan inkubator secara cuma-cuma atau gratis  kepada masyarakat yang kurang mampu.

Tentu, kegiatan ini bisa dibilang satu-satunya di Indonesia bahkan di dunia. Raldi mengatakan tujuannya hanya demi kemanusian dan mengurangi angka kematian bayi yang lahir prematur. “Kita menyelamatkan bayi prematur sekarang untuk menyiapkan mereka menjadi pemimpin Indonesia kelak” katanya. Nah, bagaimana serpak terjang Raldi  dengan inkubator gratisnya. Simak  wawancara kabarinews.com dengan Prof Dr Ir Raldi Artono Koestoer, DEA di Lt. 2 Gedung Teknik Mesin, Universitas Indonesia, Depok, beberapa waktu yang lalu.



Kabari: Bisa diceritakan bagaimana awalnya mengembangkan inkubator, lantas menyalurkannya secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan, terutama mereka yang miliki bayi prematur?

Berawal dari teknik mesin dimana disana ada laboratorium perpindahan kalor. Sudah sejak lama melakukan riset, kemudian menjadi produk generasi pertama di tahun 2001.  Lalu terus dikembangkan, bahkan ingin bersaing dengan produk dari luar negeri. Dan tahun 2006, saya bersama beberapa murid mendirikan UKM. Semakin berkembang sempat juga joint venture dengan pihak lain namun pecah kongsi. Dan di Tahun 2010 ada proyek dari World Bank, melalui DIKTI lalu ke universitas kemudian ke masing-masing departemen. Proyek itu dibagi menjadi sub proyek yang salah satunya bernama ATI (Adcance Technology Implication), jadi kita mengimplikasikan hasil-hasil dari laboratorium. Dapatlah saya salah satu,  lalu kita buat inkubator kemudian  disumbangkan ke rumah-rumah sakit bersalin.

Nah, sisa uang proyek tersebut saya buatkan inkubator lagi versi yang besar kemudian saya sumbangkan ke bidan-bidan. Tersisa hanya dua dan suatu saat ada rekan senior saya datang untuk meminjam inkubator itu untuk cucunya. Saya pinjamkan, dan satu bulan kemudian cucunya sehat. Dan dari situ saya berpikir, kenapa tidak dipinjam-pinjamkan saja ke masyarakat inkubatornya. Mulai lah dari situ saya membuat blog dan orang mulai membaca. Tetapi kemudian, berhubung versi awal inkubator itu besar bentuknya, muncullah problem. Banyak orang yang tidak mampu, rumahnya jauh dari jalan.  Inkubator susah untuk dihantarkan. Barulah setelah beberapa bulan di tahun 2012, saya buatkan yang kecil bentuknya, portable dan hemat energi. Tidak terlalu berat apabila diangkat karena hanya 13 Kg beratnya.

raldi artono koestoer

Kabari:Jadi Inkubatornya Anda buat atau build sendiri?

Saya buat sendiri dari dulu, yang namanya buat sendiri sekarang kita punya smart workshop yang  Artinya no workshop. Kita merancang inkubatornya dan proses pengerjaannya kita serahkan ke vendor di luar. Seperti inkubator yang bawahnya dari kayu kita serahkan ke mereka yang ahli kayu, sedangkan yang atasnya inkubatornya terbuat dari arkrelik kita serahkan ke mereka yang ahli membuatnya. Vendor itu  UKM juga jadi semuanya terbantu terutama bayi prematur. Karena seperti diketahui bayi masuk ke ruang ICU itu tidak murah biayanya, perharinya sekian rupiah, dan lagi bayi tidak dirawat oleh ibunya di rumah.



Kabari: Jika ada yang ingin meminjam inkubator, bagaimana caranya?

Disini ada center SMS jadi tinggal SMS  saja, dan untuk daerah Depok ini kami masih bisa meng-cover. Namun jika letak rumahnya jauh, saya tanyakan bisa ambil atau tidak ke Gedung Teknik Mesin Lt 2, Universitas Indonesia? Apa punya saudara yang tinggal di wilayah ini atau tidak? Jika punya saudara, biarlah saudaranya yang mengambil inkubatornya. Jika tidak punya saudara , datang saja kesini nanti ongkos pulang saya yang bayar.

Kabari:Adakah perbedaan inkubator yang Anda buat dengan inkubator lain yang sudah ada?Bisa dijelaskan?

Tidak ada perbedaannya namun inkubator ini lebih bagus. Inkubator itu fungsinya untuk menghangatkan bayi. Jadi begitu bayi itu keluar kemudian berada di temperatur  ambient, dia kaget apalagi untuk bayi prematur yang jaringan-jaringan tubuhnya belum sempurna. Pengatur tubuhnya belum sempurna, beberapa jam saja bayi tersebut bisa meninggal. Jadi kita harus hangatkan bayi tersebut, artinya temperatur didalam inkubator harus sedikit turun dari temperatur saat masih di dalam kandungan ibu. Hal ini untuk menyempurnakan jaringan-jaringan tubuh bayi yang belum sempurna.

Kabari: Sekarang ini sudah berapa banyak Inkubator yang Anda buat? Dan intensitasnya keluar masuknya inkubator yang dipinjamkan berapa banyak? Untuk daerah mana saja inkubatornya dipinjamkan?

Saat ini ini ada sekitar 30 buah inkubator yang hampir ke-30 inkubator itu semuanya dipinjamkan. Untuk daerahnya tersebar di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Targetnya untuk 34 propinsi inkubator ini menyebar. Dan untuk wilayah yang tidak bisa dijangkau, saya ajarkan cara membuat inkubator darurat yang dapat mereka buat sendiri, contohnya ada di blog saya.

Kabari:Untuk mereka yang dipinjamkan inkubator, kira-kira butuh berapa lama mereka dapat dipinjamkan?

Kalau bayinya beratnya hanya 1 kg hampir dua bulan mereka meminjamkan, beda dengan bayi yang berat badannya lebih dari1 kg. Naik sampai 2 kg, satu bulan peminjaman sudah biasa. Sampai bayinya sehat, jika bayinya sudah 2.3 saya bilang latih bayinya di luar.

Kabari: Inkubatornya dipinjamkan? Adakah problem tertentu yang berkaitan dengan itu misalnya yang meminjamkan tidak mengembalikan inkubatornya?

Setelah dua tahun berjalan, problem itu akhirnya muncul. Sejauh ini ada 30 inkubator, masing inkubator sudah beroperasi sekitar dua kali, ya katakanlah apabila ada yang  hilang satu atau tidak dikembalikan itu tidak menjadi soal karena kita terus membuat inkubatornya.



Kabari: Kabari pernah mendengar, ada juga cabang yang meminjamkan inkubator gratis ini , maksudnya cabang itu seperti apa bisa dijelaskan?

Cabang itu kita namakan agen relawan dan sudah tersebar ke 14 kota di Indonesia, dari Magelang, Kalimantan Barat, Bali, Malang, Aceh, Cilegon, Jember, Yogyakarta, Kerawang dan tempat lainnya. kita bilang mereka  agen relawan, mereka sendiri yang menyatakan dirinya untuk membantu kita. Suatu saat kita pernah masuk TV dan saya bilang inkubator Ini unuk disebarkan di seluruh Indonesia. Gayung pun bersambut, banyak yang bersedia untuk menjadi agen relawan meminjamkan inkubator gratis

1502569_327051374101624_922802562_n

Kabari:Bisa dikatakan apa yang Anda lakukan dengan meminjamkan inkubator gratis kepada masyarakat sepertinya tidak ada yang pernah melakukan sebelumnya?

Tidak ada, bahkan di dunia juga tidak ada. Dan inilah caranya untuk mengurangi angka kematian bayi langsung ke rumah masing-masing. Bayar masuk ke ruang ICU saja bisa jutaan rupiah, bagaimana dengan mereka yang tidak mampu dan bagaimana nasib bayinya? Jadi jika ada yang membutuhkan inkubator gratis tinggal hubungi kita dan kita akan mengusahakan untuk membantunya dengan meminjamkan inkubator secara gratis kepada mereka.

Kabari: Inkubator yang Anda buat tidak dipatenkan?

Saya tidak patenkan, dapat dikatakan saya ini anti-paten. Seperti halnya open source, inkubator ini bebas semua orang untuk membuatnya. Semakin banyak inkubator ini dibuat maka akan semakin banyak bayi tertolong jadi maksudnya memang untuk kemanusiaan.

Kabari: Untuk kedepannya, apa langkah pengembangan selanjutnya yang Anda akan lakukan terkait dengan peminjaman inkubator gratis kepada masyarakat? 

Rencana kedepannya nanti inkubator ini bisa dilipat dan mudah dibawa kemana-mana seperti furniture yang built in, jadi inkubator itu  dapat dipasang di tempat dengan petunjuk yang sudah ada. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?72307

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

____________________________________________

Supported by :

asuransi-Kesehatan