KabariNews – KJRI Los Angeles menyelenggarakan Resepsi dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI pada tanggal 10 September 2015. Resepsi tersebut berlangsung di Wisma Indonesia dan dihadiri oleh sekitar 250 orang tamu dari korps konsuler, pejabat pemerintah setempat, mitra kerja, para pelaku bisnis, kalangan akademisi, media, dan entertainment.

Umar Hadi, Konsul Jenderal Republik Indonesia di Los Angeles mengatakan penyelenggaraan resepsi HUT ke-70 Indonesia ini bertujuan mempromosikan Indonesia “baru” sebagai kekuatan demokrasi, kekuatan ekonomi, dan kekuatan perdamaian dunia. Indonesia yang semakin kuat dan bersatu dalam kebhinekaan. Indonesia dengan peradaban semakin tinggi, didasari semangat saling menghargai, toleransi dan gotong royong. Indonesia yang semakin maju dan modern, dengan sandaran tradisi dan kebudayaan yang unggul. Indonesia yang semakin sejahtera, dengan keadilan sosial yang semakin merata.

Resepsi di Wisma Indonesia ini sangat kental bernuansa Indonesia, khususnya Bali. Memasuki Wisma, para tamu sudah disambut dengan gapura dan dekorasi khas Bali, serta iringan musik oleh dua orang penabuh alat musik tradisional Bali terbuat dari bambu. Dekorasi bernuansa Bali terus menyelimuti ruang-ruang di dalam Wisma hingga ke halaman belakang, di mana terdapat panggung yang dipenuhi gamelan Bali lengkap. Semerbak wangi dupa di dalam Wisma dan wangi bakaran sate di halaman belakang melengkapi suasana Indonesia.

Terdapat pameran 10 lukisan koleksi Rob Lemelson, yang merupakan bagian dari koleksi “early modern Balinese paintings” yang dikumpulkan oleh antropolog terkenal Margaret Mead pada era tahun 1930-an. Koleksi lukisan tersebut untuk pertamakalinya diperlihatkan kepada publik. Rob Lemelson juga berkesempatan memberikan paparan singkat mengenai koleksi lukisannya. Selain kolektor lukisan dan benda-benda seni Bali, Dr. Lemelson juga adalah dosen antropologi di UCLA, peneliti dan pembuat filem dokumenter, dan pemimpin “The Lemelson Foundation” yang cukup banyak berkiprah di Indonesia dalam bidang inovasi dan pemberdayaan masyarakat pedesaan.

Selain itu, terdapat pula pameran foto-foto hasil kompetisi fotografi KJRI Los Angeles yang difokuskan pada gedung KJRI Los Angeles sebagai bangunan bergaya art deco yang cukup signifikan dalam perjalanan sejarah kawasan Wilshire Boulevard dan kota Los Angeles. Di ruangan yang sama juga diputar film dokumenter 15 menit mengenai sejarah gedung KJRI Los Angeles yang diproduksi secara mandiri oleh staf KJRI. Film tersebut juga dapat disaksikan di Youtube dengan judul “3457 Wilshire Boulevard: A Brief History.”

Tidak ketinggalan pula adalah pameran produk-produk ekspor unggulan Indonesia yang sudah masuk pasar Amerika Serikat, seperti furniture, home décor, accessories, garment, makanan dan minuman olahan, kopi, teh, alat-alat musik, dan sebagainya. Pelabuhan Los Angeles adalah pintu masuk terbesar bagi produk-produk ekspor Indonesia ke pasar Amerika Serikat, yang pada tahun 2014 tercatat hampir senilai US$ 8 milyar.

Tentu sajian makanan pun khas Indonesia. Gado-gado, asinan Jakarta, dan “sushi” rendang Padang disajikan dalam bentuk “canape” sebagai penggugah selera para tamu undangan. Minuman jus buah-buahan produksi Indonesia menyegarkan para tamu di tengah suhu udara yang cukup panas. Hidangan khas Bali disajikan dengan cantik, berupa sate lilit, ayam suwir bumbu matah, lawar, dan tum ayam. Halal Foodtruck “Gowess” milik perantau Indonesia menyajikan sate ayam, sate kambing, sate sapi, dan bakmi goreng. Selain itu, sejalan dengan tradisi kuliner Indonesia yang sangat terbuka, disajikan pula makanan asal Jepang oleh salah satu jaringan terbesar penyedia sushi di Los Angeles, yaitu “Kikka Sushi” yang dimiliki oleh perantau Indonesia dengan pegawai lebih dari seribu orang asal Indonesia. Tidak ketinggalan pula Panda Restaurant Group, yang pimpinan dan ratusan pegawainya adalah para perantau Indonesia, menyajikan menu makanan asal China yang tidak asing lagi untuk orang Indonesia.

Tentu saja kopi dan teh yang disajikan adalah produk Indonesia yang cukup bersaing di pasar Amerika Serikat. Kopi Sumatera diimpor dan dipasarkan oleh perusahaan roaster “Blue Flame” yang dimiliki oleh seorang perantau Indonesia. Teh dengan merek “Arum Tea” dari perkebunan “Harendong” di Jawa Barat juga diimpor dan dipasarkan oleh pengusaha asal Indonesia.

Para tamu dan undangan juga menikmati alunan musik gamelan Bali oleh kelompok “Krama Bali / Burat Wangi Los Angeles” yang beranggotakan baik orang Indonesia maupun orang asing dibawah asuhan Bapak Nyoman Wenten, seorang maestro seni tari dan musik Bali yang sudah puluhan tahun mengajar di California Institute of the Arts (CalArt). Maestro Nyoman Wenten juga tampil menarikan “Topeng Tua” yang mengundang decak kagum para tamu. Selain itu, tarian “Panyem Brahma”, “Topeng Keras”, dan “Oleg Tambulilingan” juga dibawakan oleh para penari asuhan Pak Wenten. (1009)