KabariNews – Masuk ke kota Kudus dari Demak, kita akan disuguhi banyak warung soto Kudus. Keberadaannya bahkan bisa dibilang seperti warteg di Jakarta. Ada dimana-mana.

Ada Soto Kudus Pak Denuh dan Soto Kudus Karso Karsi di Jalan AKBP Agil Kusumadya, dekat Rumah Sakit Mardi Rahayu. Ada juga Soto Kudus Ramidjan di sekitar alun-alun.

Kemudian Soto Kudus Mbok Jatmi di daerah Panjunan, Soto Kudus Bu Mul di Jalan Jenderal Sudirman. Lalu Soto Kudus Kauman dekat Masjid Menara Kudus, dan masih banyak lagi.

Saking banyaknya, para pelancong biasanya memerlukan petunjuk warung soto mana saja yang dianjurkan baik untuk dikunjungi..

Mana saja boleh, yang jelas semua warung soto Kudus pasti menyediakan dua jenis soto. Soto Kudus daging ayam dan soto Kudus daging kerbau. Tapi tentu saja yang favorit soto Kudus daging kerbau.

Semangkuk soto Kudus daging kerbau terdiri dari irisan daging kerbau, mie putih, tauge, kol, butiran kacang kedelai dan taburan daun seledri serta bawang goreng.

Bahan utama itu kemudian disiram kuah kaldu kerbau yang hangat, dengan bumbu dan aroma rempah-rempah yang khas. Untuk melengkapi citarasa, bisa ditambahkan kecap, perasan jeruk limau, atau sambal sesuai selera.

Harga seporsi soto Kudus daging kerbau, umumnya berkisar Rp 8.000 hingga Rp 10.000 sudah lengkap dengan sepiring nasi dan segelas teh manis.

Seempuk Persahabatan

Soto Kudus daging kerbau, rupanya memiliki sejarah tersendiri yang berkaitan dengan toleransi beragama. Di saat sebagian dari kita masih gagap memaknai toleransi beragama, masyarakat Kudus telah fasih menjalankannya sejak ratusan tahun lalu melalui tradisi kuliner ini.

Tak usah repot-repot mencari contoh nyata bagaimana masyakarat Kudus menghormati perbedaan agama, karena jawabannya mudah saja. Ada dalam semangkuk soto kerbau.

Pada semangkuk soto kerbau itulah terangkum filosofi sederhana bagaimana masyarakat Kudus menyiasati dan menikmati perbedaan.

Cerita mengkomsumsi daging kerbau dimulai ketika Sunan Kudus menyebarkan agama Islam di daerah tersebut pada abad ke-14. Saat itu warga setempat masih banyak menganut agama Hindu-Budha yang sangat menghormati sapi.

Untuk menghormati mereka, Sunan Kudus memerintahkan warga muslim Kudus tidak mengkonsumsi daging sapi, meski dihalalkan dalam syariat Islam.

Sejak itulah masyarakat Kudus umumnya menggunakan daging kerbau sebagai menu makanan. Mulai dari soto kerbau, sate kerbau, pindang kerbau, empal kerbau, sampai lidah kerbau. Pokoknya serba kerbau.

Sebagian orang masih belum begitu paham perbedaan sapi dan kerbau sebagaimana . membedakan cow dengan buffalo di negeri barat. Tapi orang Kudus membedakannya mudah saja. Sapi untuk jenis betina, kerbau untuk jenis jantan.

Dari campuran dagingnya, soto Kudus terdiri dari dua macam, daging ayam dan daging kerbau. Tentu saja yang favorit daging kerbau.

Soal rasanya jangan ditanya, sungguh lezat. Daging kerbau yang katanya agak alot, ternyata terasa lembut dan empuk. Selembut dan seempuk persahabatan. (yayat)