Rasanya tak salah bila Putu Fajar Arcana datang ke Teater Garasi menawarkan membuat pementasan ceritanya yang diadaptasi dari novel, Gandamayu. Kenapa ? Teater Garasi selalu menawarkan kejutan-kejutan. “Kalau saya datang ke teater lain, saya tahu saya akan dapat apa,” demikian ucap Putu Fajar, pengarang novel Gandamayu yang juga editor ‘Kompas Minggu Ini’.
Penulis teater Garasi, Gunawan Maryanto diberi kebebasan sepenuhnya dalam menterjemahkan ulang kisah Gandamayu dari novel Putu itu dan kemudian dibuat sebagai naskah lakon yang ditampilkan teater ini, di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), 4-5 September 2012 .
Menggunakan pendekatan kontemporer, lakon yang mengambil judul “Repertoar Gandamayu” : Persembahan bagi Perempuan, Ibu Sejati Langit dan Bumi”, yang di antarkan teater Garasi, mengalir dengan menyenangkan.

Menyenangkan dalam artian, jika dibandingkan dengan versi novelnya, versi pertunjukan teaternya menjadi lebih berarak, hidup, dan mengasyikkan. Tapi sebagai bagian dari sejumlah lakon teater Garasi, “Gandamayu” menjadi biasa. Bahkan dalam beberapa gramatika gerakan dan tarian, terdapat beberapa repetisi dari sejumlah pementasan mereka sebelumnya.
Teater ini menampilkan Ine Febrianti dan Ayu Laksmi sebagai dua tokoh utama. Teater Garasi berpusat di Yogyakarta dan memiliki pola latihan yang tak mudah, ternyata mampu mengasah dua artis ini menampilkan kemampuannya berperan.

Setelah bolak balik Jakarta-Yogyakarta (Ine) dan Bali-Yogyakarta (Ayu) sebelum seminggu penuh mematangkan konsep pertunjukan bersama di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), para pemain teater Garasi sudah menyatu dengan Ine dan Ayu. Dengan dukungan keaktoran dari Landung Simatupang, Whani Darmawan, dan sejumlah pemain teater Garasi lainnya seperti Sri Qadariatin, Verry Handayani, Theodorus Christanto, M Qomaruddin, Tomomi Yokosuka, dan Rendra Bagus Pamungkas membuat “Gandamayu” menjadi tontonan yang patut disimak.

Terlebih secara artistik, Ignatius Sugiarto selaku penata artistik mampu mengubah panggung GKJ menjadi hutan Gandamayu dengan cara yang elok. Dengan menghadirkan lima batang kayu yang dijulangkan di beberapa tempat, sebuah batu besar dan dedaunan kering yang disebar di seantero arena pertunjukan, serta tembok miring yang disangga dua batang kayu. Yang kemudian ditabrakkan dengan keberadaan ranjang rumah sakit yang penuh dengan selang dan botol infus, menjelaskan nuansa misteri di sana. Belum lagi musik dari Yennu Ariendra dan Rizky Summerbee, serta Danang Pamungkas selaku penata koreografi menghadirkan segala kemungkinan bunyi dan gerak di tempat yang sama.

Maka, menonton lakon, yang secara garis besar berkisah tentang ujian kepatuhan Dewi Uma pada suaminya, Dewa Siwa, seperti menonton dunia fantasi teater Garasi yang memenangkan mata.

Sinopsis

Gandamayu adalah novel yang mengambil sepenggal kisah Mahabharata, dengan latar cerita dari sebuah tempat bernama Setra (Kuburan) Gandamayu, tempat paling angker di muka bumi. Kuburan paling menyeramkan dan tempat paling ditakuti untuk disinggahi, bukan hanya oleh manusia namun Dewa sekalipun enggan untuk kesana.

Novel Gandamayu bercerita tentang Dewi Uma yang dikutuk oleh suaminya ( Dewa Siwa). Dewi Uma dikutuk oleh Dewa penguasa kahyangan itu menjadi Dewi Durga; seorang Dewi kematian yang buruk rupa dan kejam. Dewi Uma yang perangainya lembut dan penurut, harus menjalani perannya sebagai Dewi Durga yang bengis, kejam dan tak punya hati. Dikutuknya Dewi Uma bukan karena kesalahannya sendiri, melainkan bentuk pengorbanan yang dilakukannya untuk memenuhi permintaan Dewa Siwa yang sedang mengujinya sebagai istri.

Saat mengutuk Dewi Uma menjadi Dewi Durga, Dewa Siwa memberitahu bahwa hanya Sahadewa yang merupakan keturunan ksatria Pandawa yang dapat meruwatnya kembali menjadi Dewi Uma. Karena hal inilah Dewi Durga melalui pelayannya Kalika–yang juga seorang penghuni kahyangan, namun dikutuk menjadi setan yang buruk rupa akibat membunuh suami dan empat puluh orang lainnya,membawa paksa Sahadewa dari kediamannya di Kerajaan Indraprasta.

Kalika merasuki tubuh Kunti–ibu madu Sahadewa–yang membawa paksa Sahadewa ke Setra Gandamayu. Kemudian Sahadewa diancam akan dibunuh oleh Dewi Durga, apabila tidak meruwat dirinya kembali menjadi Dewi Uma. Sahadewa yang tidak tahu apa-apa, hampir saja dibunuh oleh Dewi Durga andai Dewa Siwa tidak menolongnya dengan merasuk ke dalam dirinya dan membacakan mantra untuk meruwat Dewi Durga menjadi Dewi Uma.

Setelah Dewi Durga kembali menjadi Dewi Uma, Setra Gandamayu yang tadinya merupakan tempat paling menyeramkan berubah menjadi padang bunga yang indah dipenuhi oleh bunga-bunga indah. Selepas kisah peruwatan Dewi Durga menjadi Dewi Uma, Gandamayu bercerita tentang perang antara Pandawa dan Korawa. Dimana pihak Pandawa hampir kalah akibat Korawa dibantu oleh dua raksasa Kalantaka dan Kalanjaya yang bahkan, Bima dan Arjuna sekalipun sebagai ksatria terkuat tak dapat mengalahkannya. Lalu keteguhan hati Nakula yang merupakan saudara kembar Sahadewa untuk mencari Sahadewa ke Setra Gandamayu, yang percaya bahwa saudara kembarnya itu masih hidup dan tidak mati dibunuh oleh Dewi Durga.(1002)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?48899

Untuk melihat artikel Seni lainnya,Klik disini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :