Sejak di Play Group hingga taman kanak-kanak (TK), pelajaran
keterampilan melipat kertas sudah diajarkan, mulai dari melipat kertas
menjadi kipas, bunga, sampai hewan. Tapi beranjak dewasa, seni
keterampilan itu tidak lagi dipelajari di sekolah, lambat laun orang
mulai melupakan seni lipat ini. Namun diluaran, seni melipat kertas
justru berkembang pesat, bahkan menjadi nilai tersendiri yang bernilai
seni.

Seni melipat kertas yang sangat populer di negeri sakura ini, merujuk pada seni melipat kertas menjadi suatu bentuk atau gambaran tertentu. Bentuk yang dimaksud bisa berupa hewan, tumbuhan, ataupun benda tertentu. Dalam membuat origami dibutuhkan ketelitian, kesabaran, dan ketekunan.

Anda bisa menciptakan berbagai bentuk sesuai keinginan melalui teknik origami. Seni origami sangat menyenangkan. Tidak hanya anak-anak, kaum muda dan orangtua pun banyak yang menyukai kegiatan ini. Hal itu membuat origami sebagai salah satu seni kerajinan tangan yang berkembang cepat di dunia.

Selain menyenangkan, kegiatan ini memiliki banyak manfaat lain, di  antaranya dapat meningkatkan kreativitas dan motorik halus anak. Pasalnya, membuat origami membutuhkan ketelitian dan imajinasi sehingga saraf otak akan bekerja dengan baik. Tentu saja, dampaknya akan positif bagi perkembangan otak.

Semakin tinggi ketelitian dan kreativitasnya, semakin baik dan menarik pula bentuk yang dihasilkan. Anda akan mencapai kepuasan besar. Hanya bermodalkan kertas, Anda pun bisa menciptakan banyak kreasi model origami, misalnya kreasi model binatang.

Sejarah Origami

Origami merupakan seni melipat kertas yang berasal dari Jepang.  Berasal dari kata “ori” yang berarti melipat dan “kami” yang berarti kertas. Sejarah origami bermula sejak manusia mulai memproduksi kertas. Kertas pertama kali diproduksi di Tiongkok pada abad pertama dan diperkenalkan oleh Ts’ai Lun. Kemudian pada abad  keenam seorang biksu Buddha bernama Doncho (Dokyo) yang berasal dari Goguryeo (Semenanjung Korea) memperkenalkan kertas dan tinta di Jepang pada masa pemerintahan kaisar wanita Suiko. Sejak itu origami mulai berkembang dan menjadi begitu populer di Jepang sampai hari ini.

Salah satu keunikan origami terletak pada hasil akhir pelipatan. Lipatan kertas yang dibentuk sedemikian rupa bisa terlihat menarik dengan berbagai jenis obyek yang diingini. Origami sudah menjadi aspek yang penting dalam perayaan-perayaan di Jepang sejak periode Heian. Jimat yang dipercaya dan dibawa oleh para Samurai (noshi) pun juga berupa origami. Selain itu origami kupu-kupu juga digunakan di dalam upacara perkawinan adat agama Shinto.

Perkembangan Origami

Di Indonesia sendiri origami bisa dikatakan memiliki ruang khusus bagi penggemarnya. Salah satunya Iva (33) seorang pengajar origami yang sampai saat ini masih tekun menggeluti origami. “Saya sejak kecil sangat menyukai seni lipat dan sampai sekarang. Mulai dari membuat burung sampai membuat kotak tiga demensi” ujarnya

Keasyikan melipat kertas menjadi suatu bentuk yang diinginkan adalah salah satu kepuasan membuat origami, dengan obyek dan berwarna kepuasan bisa didapatkan. Iva mengaku dirinya bisa rileks saat membuat origami.

“Ada kepuasan tersendiri saat membuatnya. Rasanya rileks, sabar,  apalagi melihat bentuknya yang lucu dan warnanya yang menarik. Rasanya rileks, sabar pas melipat, jadi hasil akhirnya bisa bagus,” ungkapnya.

Meski berprofesi sebagai pengajar origami, Iva mengaku masih ingin banyak belajar, sebab seni lipat origami termasuk seni yang masih banyak yang perlu digali. Iva belajar origami secara otodidak, berawal dari melihat teman sampai akhirnya mencoba sendiri hingga saat ini.

“Awalnya belajar dari teman, sampai akhirnya ketagihan. Ada sensasi tersendiri saat membuat kertas lipat biasa jadi bentuk yang kita mau. Apalagi kalau bisa mengajari anak-anak itu ada kesan tersendiri, puas rasanya,” ujarnya. (pipit)

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?34321

<!–
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
a:link, span.MsoHyperlink
{color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{color:purple;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-Untuk melihat Berita Indonesia / Seni lainnya, Klik
disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :