“Seorang Eropa di bilangan Meester Cornels soeda pindjam oewang
pada seorang Tjina di Pasar Baroe dengan menaruh gade doea erlodji
emas.Kemoedian tiada brapa lama maka njatalah jang satoe dari doea
erlodji itoe boekan emas, tapi hasil sapoean sadja.Dari sebab ittu maka
itoee orang Tjina laloe membri taoe politie. Dianya diverhoer di sectie
(Pembrita Betawi, 3 November 1879).”

Sejak masih
bernama Batavia (Betawi, red) hingga berulang tahun yang ke 482 pada
Juni kemarin, kota Jakarta memang diisi oleh penduduk yang multi etnis.
Bisa dimaklumi karena selain sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda,
kota Jakarta juga awalnya berada di sekitaran pelabuhan Sunda Kelapa,
dimana banyak orang dari berbagai macam suku dan ras datang untuk
berdagang termasuk orang-orang dari daratan China.

Photobucket

Dan artikel
yang dipetik dari harian “Pembrita Betawi” diatas meneguhkan pembauran
mereka dengan penduduk kota Batavia lainnya. Seperti dikutip dari budayawan Betawi, Ridwan
Saidi, cikal bakal kebudayaan Betawi telah ada pada masa
prasejarah. Yakni dengan adanya temuan arkeologis di Kelapa Dua, Condet
dan Kali Ciliwung.

Sementara para ahli berpendapat yang dimaksud orang
Betawi adalah keturunan dari unsur-unsur campuran sejak 400 tahun lalu.
Masyarakat Betawi dan budayanya adalah hasil pembaruan berbagai unsur
bangsa dan budaya. Seperti berasal dari Jawa, Bali, Bugis, Sunda,
Melayu, maupun bangsa Cina, Arab, Portugis dan Belanda.

Namun terlepas dari asal-usul suku Betawi, tak dipungkiri sangat kental sekali bahwa budaya Betawi terpengaruh oleh budaya-budaya lain, terutama budaya masayarkat Tionghoa. Hal ini tak dibantah oleh Ketua
Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Emma Agoes Bisri yang mengatakan kebudayaan Tionghoa cukup dominan dalam perkembangan kebudayaan
Betawi. “Kita tidak bisa bilang seberapa besar Tionghoa pengaruhi budaya
Betawi, karena banyak kebudayaan lain yg masuk ke Betawi. Tapi memang
dominan dari Tionghoa itu.” katanya.

Kosa Kata

Dalam
kosa kata sehari-hari banyak istilah China yang sudah dianggap
‘punyanya’ orang Betawi. Padahal bukan. Seperti sebutan bilangan cepek
(100), gopek (500), seceng (1000), atau panggilan engkong (kakek),
sebutan Wa (yang diserap menjadi Gua, saya), dan Lu (kamu).
Kata-kata
sebutan itu identik sekali dengan bahsa Betawai. Menurt sejarawan, hal
itu karena memang jaman dahulu orang-orang Betawi dan China sudah
bersosialisasi, baik sebagai teman,sahabat, relasi bisnis atau hubungan
pembantu-majikan.

Pakaian

Pun demikian
dengan busana, terutama busana tradisional Betawi. Busana tradisional
kaum pria Betawi, menurut Ridwan Saidi, terdiri dari celana batik, baju
tikim warna putih, kain plekat yang disampirkan di bahu, penutup kepala
atau ikat batik. Baju tikim itulah yg berasal dari Tionghoa. Pakaian
pengantin tradisional Betawi juga demikian, banyak dipengaruhi
kebudayaan Tionghoa.

Kabari Juli 09, Seni, Tanjidor Betawi

Kesenian

Bidang
lain yang mendapat pengaruh dr Cina adalah kesenian.Salah satunya
gambang kromong, sejenis orkes tradisional Betawi yg memadukan gamelan
dan musik Barat bernada pentatonis bercorak China. Begitu juga Cina
memperkenalkan petasan dan kembang api sudah berlangsung lama di
Betawi. Tahun 1721 dilaporkan ada gudang petasan yang meledak di daerah
Pecah Kulit.

Arsitektur

Di bidang
asrsitektur, pengaruh Tionghoa juga cukup kuat mempengaruhi orang
Betawi ketika membangun rumah. Bagian depan rumah Betawi diberi hiasan
pembatas berupa langkan (China: lan-kan, red). Lalu agar tampak indah
dan tidak kusam, pintu dan jendela harus dicat (chat) ulang setiap
tahun.

Di dinding tergantung lonceng (lo-ceng). Penghuni rumah tidur di
pangkeng (pang-keng) ‘kamar tidur’. Sebelum tidur orang tentunya ingin
kongko (kong-kou) atau ‘mengobrol’ terlebih dahulu sambil minum teh
(te) dan makan kuaci (koa-ci). Sementara Ta’pang (tah-pang)
‘balai-balai’ atau ‘dipan’ dipakai untuk rebah-rebahan sambil bersantai.

Photobucket

Untuk
memasak di dapur ada langseng (lang-sng) yang artinya kurang lebih
‘dandang’, anglo (hang-lou) ‘perapian dengan arang’. Meja bisa
dibersihkan dengan topo’ (toh-pou) atau ‘lap meja’, atau pakai kemoceng
(ke-mo-cheng) ‘bulu ayam’ untuk menghilangkan debunya. Untuk
mengumpulkan sampah yang sudah disapu ada pengki (pun-ki). Sementara di
tempat-tempat becek dulu orang suka memakai bakiak (bak-kiah).

Makanan

Di
bidang makanan ada nama kecap yang berasal dari kata ke-ciap. Lalu nama-nama jenis bahan makanan seperti,  Mi (mi), bihun (bi-hun), tahu (tau-hu), toge
(tau-ge), tauco (tau-cioun), kucai (ku-chai), lokio (lou-kio), juhi
(jiu-hi), ebi (he-bi), dan tepung hunkwee (hun-koe) tak terpisahkan
dari kuliner Betawi. 

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?33298


Untuk melihat Berita Indonesia / Seni lainnya, Klik
disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket