KabariNews – Tidak hanya kekayaan alam yang menjadi pesona Indonesia. Fenomena di Pulau Kalimantan ini juga mulai menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara.

Tepat pukul 11.55, puluhan petasan merah yang diletakkan di tengah sebuah panggung berbentuk segi delapan, meletus. Dengan bantuan panas matahari yang dipantulkan oleh kaca pembesar dan kemudian menghasilkan api, sumbu petasan langsung terbakar dengan mudah. Tepuk tangan ratusan warga yang mengelilingi panggung langsung bergemuruh, ikut meramaikan bunyi petasan yang masih belum berhenti beradu. Letusan petasan sekaligus menjadi tanda bahwa kulminasi matahari telah terjadi di bumi Khatulistiwa, Pontianak, Kalimantan Barat.

Bulan September memang selalu menjadi bulan istimewa bagi kota Pontianak. Pada bulan ini, tepatnya tanggal 21 – 23 September, ibukota Kalimantan Barat ini menyambut peristiwa alam, yakni kulminasi matahari. Dengan posisinya sebagai salah satu kota yang dilintasi garis Khatulistiwa, warga berkesempatan untuk merasakan bagaimana posisi matahari yang tepat berada di garis Khatulistiwa menjadikan bayangan semua benda tidak serong kiri atau kanan seperti biasanya, melainkan tepat berada di bawahnya seolah benda tidak berbayang.

JFenomena langka pun memikat warga untuk menyaksikan perayaan kulminasi di Tugu Khatulistiwa, Pontianak. “Ini pertama kalinya saya ke sini diminta pihak sekolah. Ternyata lucu juga, hehe,” ucap Siti Hudawiya, siswa SMA Mujahiddin Pontianak. Tidak hanya warga lokal, wisatawan asing juga tidak mau ketinggalan.

Salah satu di antaranya adalah rombongan profesor dan mahasiswa asal Kochi University, Jepang, yang sedang melakukan kunjungan ke Pontianak. “Saya baru tahu kalau ada peristiwa seperti ini di sini,” ujar Sihomaoka Kota, 22, mahasiswa jurusan pertanian. Merasakan posisi matahari yang tepat berada di atas kepala kita, rupanya membuat Kota kagum sekaligus tercengang. “It feels strange hehe,” ucapnya seraya tertawa.

Kota dan kawan-kawan bukanlah satu-satunya rombongan asal Jepang. Delapan warga Jepang lainnya yang tengah melakukan kunjungan wisata ke Indonesia, juga sengaja menyempatkan diri untuk singgah di kota Pontianak untuk melihat kulminasi matahari. “Saya sangat terkesan dengan kota Pontianak. Acaranya, warganya, semuanya sangat menarik. Peristiwa seperti ini juga tidak pernah saya rasakan,” ucap Yoshikazu Hayashi, yang juga seorang fotografer profesional di Jepang. Lebih lanjut, Yoshikazu juga menyatakan kekagumannya terhadap kekayaan alam dan tempat wisata di Indonesia. “Orang Indonesia sangat berbeda, ini yang membuat saya senang. Saya akan berkunjung lagi ke Indonesia tahun depan,” tuturnya sambil tersenyum.

Ditemui pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pontianak, Hilfira Hamid, mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan jumlah wisatawan dari tahun ke tahun. “Tiap tahun, yang datang untuk melihat Kulminasi semakin bertambah,” terang Hilfira.

Sejak hari pertama penyelenggaraan, yakni 21 September, Hilfira menyatakan bahwa jumlah wisatawan yang datang sudah mencapai lebih dari 1.000 orang. Angka ini juga mencakup jumlah wisatawan asing. “Banyak juga yang dari Amerika, Malaysia, Jepang, Thailand,” paparnya. Di samping untuk wisata, sebagian wisatawan juga membidik peristiwa ini sebagai bahan studi banding. “Biasanya politeknik dari seluruh Indonesia pasti berkumpul di sini untuk melihat Kulminasi. Kemarin ada juga kelompok sejarah dari Kuala Lumpur, Malaysia”.

Dengan semakin banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Pontianak, Hilfira berharap sektor pariwisata di Pontianak akan semakin berkembang di masa mendatang “Mudah-mudahan tahun berikutnya bisa lebih ramai lagi,” harapnya.

Selain Pontianak, wisatawan juga bisa menikmati pesona kulminasi di kecamatan Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat. Bulan September merupakan kali kedua perayaan kulminasi, sebab fenomena serupa juga terjadi di tanggal 21-23 Maret. Tertarik berkunjung tahun depan?
(Hervinny Wongso)