Jakarta, KabariNews.com – Kasus penipuan yang menimpa puluhan calon TKI yang rencananya berangkat ke Amerika semakin menarik ditelusuri. Ditemukan bukti bahwa sertifikat BP3IP (Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran) Departemen Perhubungan Laut RI  yang digunakan PT BBM adalah palsu.

Sertifikat ini merupakan sertifikat keterampilan yang baru bisa didapatkan pemohon setelah melalui sejumlah pelatihan. Biasanya diberikan kepada mereka yang berkecimpung di dunia pelayaran, seperti nahkoda, teknisi kapal, juru mesin, dan sebagainya.

Saat Kabari mengecek langsung keasliannya, pihak BP3IP menyatakan  sertifikat tersebut palsu. “Tandatangan pimpinan saya tidak begitu” ujar staf  BP3IP seraya melirik cap tanda tangan pada sertifikat yang ditunjukan Kabari. “Saya bisa pastikan surat ini palsu” ujarnya tegas, Selasa (29/09), di Jakarta.

Sertifikat ini sendiri berjumlah tujuh lembar dan semuanya harus ditandatangani oleh calon TKI.  Dadang, salah satu calon TKI mengatakan, “Waktu saya datang ke sini saya diminta tanda tangan sertifikat itu sebanyak tujuh lembar. Sertifikat itu mirip asli. Ada gambar garudanya, ada kop departemen perhubungannya., pokoknya kayak asli.” kata Dadang.

Sertifikat menyatakan bahwa yang bertanda tangan disana telah berhasil melalui beberapa jenis pelatihan dan berhak menyandang sebagai seorang yang memiliki ketrampilan tertentu oleh Dephub.

Padahal kenyataannya, jangankan ikut pelatihan, ke kantor Dephub di Jakarta saja mereka belum pernah.

“Kata Pak Hardi, ini sertifikat dari orang ‘dalem’, jadi  nembak langsung, kita enggak perlu ikut pelatihan segala.” ujar Dadang menirukan ucapan Hardi.

Lebih menarik lagi, beberapa karyawan PT BBM yang mengaku sama sekali tidak terlibat dengan ‘ulah’ bosnya,  mendapati bahwa alamat pada KTP si bos adalah fiktif. “Saya sudah cari alamatnya di daerah Menteng, ternyata alamatnya fiktif.” kata Fredo.

Fredo yang baru bekerja satu bulan mengaku hanya melihat bos beberapa kali saja. “Dia jarang datang ke kantor, datangnya cuma kalau ada calon TKI yang mendaftar dan menyetor uang saja. ” katanya.

Sementara Henny karyawan lain yang bertugas sebagai administrasi, mengaku sama sekali tak pernah pegang uang perusahaan. “Semua uang, dipegang bos, kita sama sekali tidak dikasih petty cash. Pembayaran calon TKI juga dilakukan atas rekening pribadi bos, bukan rekening perusahaan ” ujar Henny yang hingga kini tak tahu bagaimana nasib pekerjaannya.

Dengan bukti ini Hardi bisa diancam  dengan pasal  berlapis,  selain diduga melakukan penipuan dia juga melakukan pemalsuan dokumen.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33813

Untuk melihat Berita Indonesia / Utama lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :