Baru-baru ini tepatnya di hari Natal pada tanggal 25 Desember 2009 hari Jumat pemerintah AS “kecolongan” lagi oleh teroris. Seorang mahasiswa warga negara
Nigeria berusia 23 tahun bernama Umar Farouk Abdulmutallab mencoba meledakkan dirinya dengan sebuah alat peledak yang terikat di celana panjangnya. Umar pada saat itu berada dalam pesawat Northwest penerbangan 253 menuju kota Detroit di Michigan dan datang dari Amsterdam. Untungnya, bom itu tidak meledak, dan akhirnya seluruh penumpang di pesawat itu pun selamat. Insiden terorisme ini merupakan sebuah “tamparan” bagi administrasi pemerintahan Presiden Barack Obama. Otomatis, pemerintah AS memperketat keamanan peraturan dan prosedur penerbangan internasional tujuan Amerika. Sekretaris Homeland Security Janet Napolitano mengatakan, bahwa penerbangan domestik juga akan ikut mengetat. Dia juga menghimbau agar masyarakat bersiap-siap untuk mengikuti prosedur-prosedur baru di seluruh Amerika. Sayangnya Sekretaris Janet Napolitano tidak memberi informasi secara detil mengenai peraturan-peraturan baru apa saja yang akan digalakkan untuk memperketat keamanan airport dan penerbangan pesawat Amerika Serikat.

Masyarakat pun harus ikut waspada dan siaga akan tindakan-tindakan apa saja yang harus di lakukan ketika sampai di airport dan naik pesawat. Hilangkan rasa takut dan panik, karena sudah pasti pengawasan dan keamanan airport sangat diperketat. Menurut para petinggi airport lokal di kota-kota AS, cara yang baik
untuk lebih siap menangani situasi ini adalah tetap mengikuti peraturan dan prosedur lama yang ditentukan setelah tragedi 9/11.

Para penumpang pesawat di anjurkan untuk belajar dan lebih familiar dengan peraturan serta prosedur, khususnya untuk tas carry-on dan koper yang di check-in yang ditetapkan oleh Transportation Security Administration. (TSA). Selain itu, barang-barang seperti cairan, makanan, dan kado tidak boleh dibungkus, untuk ini penumpang wajib melaporkannya. Juga disarankan untuk mengecek seluruh barang yang dibawa selama antri sebelum security checkpoint.

Melalui media kota New York, seorang wakil dari airport Detroit Metropolitan Wayne County bernama Michael Conway menyarankan publik untuk menaruh tas plastik Ziploc paling atas, keluarkan laptop yang di bawa dan taruh di ember abu-abu sebelum discan oleh security. Dengan ini, akan mempercepat antrian. Bagi yang bepergian sekeluarga, seorang perwakilan dari Dallas Fort Worth International Airport bernama David Magana menganjurkan para orang tua, untuk memberi pelajaran ke anak-anak tentang peraturan dan prosedur security checkpoint, contohnya seperti melepas sepatu, menaruh alat-alat elektronik seperti gameboy ke dalam ember abu-abu. Para ahli tersebut juga menegaskan, agar penumpang pesawat untuk tidak datang terlalu dini, karena jika datang empat jam sebelum terbang, tidak hanya membuang waktu dan juga tidak akan mempercepat. Bahkan, hal ini akan membuat airport menjadi terlalu ramai dan seolah-olah tim keamanan harus menambah jumlah staf keamanan. Lewat sebuah koran Los Angeles, seorang wakil TSA bagian Los Angeles International Airport mengingatkan para penumpang, untuk tidak membawa barang-barang yang dilarang masuk kabin, seperti pisau lipat, alat-alat berburu, mancing, atau untuk camping. Disamping itu, barang-barang mainan atau aksesori yang berbentuk alat-alat yang dilarang juga tidak diperbolehkan masuk kabin termasuk pistol mainan atau aksesoris berbentuk granat atau pisau, gunting pun tidak boleh. Untuk mencegah kecurigaan dan pemeriksaan yang lebih lama, masyarakat harus pintar memakai aksesoris dan memilih barang yang akan dimasukkan ke dalam kabin.

Seperti yang disebut diatas, TSA tidak bisa menyebutkan secara terperinci peraturan dan prosedur baru apa saja yang akan dikeluarkan. Seorang perwakilan TSA Lauren Gaches berkata, “Para penumpang harus lebih siap siaga akan peraturan serta prosedur TSA, khususnya bagi penerbangan internasional tujuan AS, karena kami tidak akan memberi informasi lebih lanjut tentang ini. Yang pasti, bagi penumpang penerbangan internasional tujuan AS, diwajibkan melewati dua kali pemeriksaan sebelum masuk pesawat, yaitu di bagian security checkpoint, dan juga di gate. Pernyataan tersebut dikonfirmasikan oleh Olivier Jankovec, direktur Airports Council International Europe. Dia juga mengatakan, bahwa langkah ini merupakan sebuah solusi emergensi seperti situasi sekarang ini. Akan tetapi, ketika seluruh penumpang sudah berada di dalam pesawat terbang, keputusan dan tindakan berpindah tangan ke pilot, khususnya dalam hal menangani situasi bahaya. Beberapa perusahaan penerbangan menggunakan taktik untuk tidak menyalakan in-flight audio dan program video navigasi demi memberitahu penumpang, bahwa situasi dalam bahaya. Baru-baru ini, menurut Federal Flight Deck Officers, TSA juga mengeluarkan perizinan kepada ratusan pilot senior untuk membawa senjata api dan pistol dalam pesawat. Beberapa pilot pesawat terbang melakukan semacam penyambutan kepada seluruh penumpang di pintu pesawat. Dengan cara ini mereka dapat melihat wajah penumpang dan kontak mata, sehingga jika ada yang berlaku tidak normal dan mencurigakan, mereka langsung melapor kepada tim keamanan.

Penggunaan Full Body Screening Meningkat

Melalui sebuah media di Eropa, menurut Judith Sluiter, seorang juru bicara Dutch National Coordinator for Counter-Terrorism, sang teroris Abdulmutallab yang bertujuan ke kota Detroit di negara bagian Michigan tidak diperiksa seluruh badannya ketika masuk Bandar Udara Schiphol. Seorang demokrat dari Negara bagian Mississippi yang juga ketua House Homeland Security Committee bernama Bennie Thompson, melalui media New York menghimbau pemerintah AS untuk bekerja sama secara diplomatis dengan bandar-bandar udara di luar negeri guna memasang mesin monitor keamanan dengan teknologi paling mutakhir dan efektif.

Sejauh ini, pihak TSA sudah menghabiskan biaya sebesar US$ 25 juta untuk membeli sekitar 150 mesin full body screen merek Rapiscan. Biaya ini merupakan sebagian kecil dari anggaran biaya keamanan Bandar udara US$1 miliar, yang di dapat dari bagian US$ $787 miliar anggaran paket stimulus ekonomi. Akan tetapi pihak TSA menegaskan, mereka tidak akan memaksa semua penumpang untuk melewati mesin full body screening. Para penumpang yang tidak mau, mereka cukup melewati pemeriksaan metal detektor dan secara manual. Walaupun begitu, pemeriksaan seluruh badan banyak di kritik oleh grup-grup advokasi karena menurut mereka dengan cara ini para penumpang akan terganggu kebebasan pribadinya. Apalagi, dengan mesin itu para petugas keamanan Bandar udara dapat melihat bagian pribadi seseorang. Menanggapi isu ini, salah satu perwakilan dari perusahaan Rapiscan menjamin, bahwa mesin body screen mampu memburamkan bagian-bagian pribadi tubuh seseorang, jadi penumpang  tidak perlu khawatir.  (inna/berbagai sumber)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?34496

Untuk melihat Berita Amerika / Amerika / Misc. lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :