KabariNews – Umurnya masih muda, namun kreasinya dalam mengolah air limbah membawanya menjadi salah satu dari pemenang Kompetisi Smart Living Challenge, sehingga ia berhak mengikuti Winner’s Trip Smart Living Challenge Program di Stockholm, Swedia.

Sore itu, wajahnya tampak sumringah saat KABARI berkunjung ke tempatnya mengajar. Edwin Permana, nama dosen muda Politeknik Kesehatan Menkes Jakarta II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ini. Ia tidak menyangka inovasi pengolahan limbah sederhana yang dibuatnya, sekaligus murah biaya pembuatannya pula dapat mengantarkan dirinya pergi ke Swedia. Lawatannya ke negara maju di tanah Skandinavia ini tentu bukan plesiran biasa. Ia datang sebagai salah satu pemenang Kompetisi Smart Living Challenge yang diadakan oleh Swedish Institute.

Saat menerima penghargaan di Swedia

Saat menerima penghargaan di Swedia

Smart Living Challenge adalah sebuah kompetisi inovasi terbuka internasional yang dirancang untuk menghasilkan peluang usaha dan ide-ide yang mendorong gaya hidup berkelanjutan di lingkungan perkotaan. Antara Januari dan Juni 2014, waktu itu, terdapat lebih dari 300 ide masuk ke panitia dari Swedish Institute. Pada Desember tahun yang sama, 15 pemenang dari 12 negara dan lima benua itu diundang ke Swedia. Mereka diminta membawa ide-ide yang mereka riset. Selama kunjungan di Swedia, para pemenang mengambil bagian dalam pertemuan dan lokakarya dengan beberapa eksponen terkemuka inovasi di negara tersebut.

“Kebetulan saya mempunyai teknologi pengolahan limbah dengan teknologi sederhana dan menggunakan materi yang sederhana, mudah ditemukan di mana saja dan hasilnya luar biasa. Di kompetisi itu saya terpilih menjadi juara satu,” kata Edwin kepada KABARI.

Inovasi yang diusung oleh Edwin dalam kompetisi ini adalah metode pengolahan air limbah (the wastewater treatment process). Metode teknik menggunakan bak sederhana dan bahan-bahan lokal, seperti tempurung kelapa dan botol bekas plastik sebagai media pembiakan bakteri. Ini untuk membersihkan limbah, termasuk limbah rumah sakit. Penggunaan bahan-bahan murah dan mudah didapat tersebut dan memakai teknologi sederhana membuat biaya pengolahan air limbah menjadi lebih murah. “Di sinilah letak pembeda antara teknologi pengolahan air limbah yang sudah ada, karena metode pengolahan limbah saya ini dapat dibuat oleh semua orang,” katanya.

Pria asli Bengkulu ini melanjutkan, penerapan pengolahan limbah diawali dengan membuat bak tangki sederhana dari beton, bukan fiber. Beton, katanya, material yang lebih kuat dibandingkan fiber yang mudah sekali rusak. Tapi sebagai pengecualian, jika fiber itu diimpot dari luar negeri biasanya lebih kuat. Nah, pengerjaan tangki betonnya ini dilakukan oleh tukang-tukang atau pekerja bangunan biasa.” imbuh Edwin.

Jadi pembicara di banyak seminar lingkungan

Jadi pembicara di banyak seminar lingkungan

Lantas air limbah itu dialirkan secara gravitasi dengan perhitungan yang sistematis. Banyaknya bak tangki sekitar enam buah, dan ada tangki khusus untuk limbah dapur, dan juga bak tangki air limbah laundry, dan limbah septic tank. Air limbah itu kemudian didiamkan selama delapan jam. Setelah itu air limbah dialirkan ke tangki ekualisasi yang berfungsi untuk mencampurkan mutu air limbah yang berbeda-beda tersebut. Setelah itu disedimentasikan dan diendapkan, lantas mulailah air limbah itu masuk ke biofilter anaerob, anoxic, dan aerob. Di dalam bak tangki biofilter itu telah diisi oleh materi sederhana seperti tempurung kelapa dan botol bekas plastik.

Edwin mengatakan, komposisi yang dimasukkan di biofilternya itu diambil dari materi-materi skripsi S1 yang pernah dibuatnya. Langkah terakhir dalam pengolahan limbah, jika ternyata masih mengandung bakteri, maka akan dilakukan desinfeksi, yaitu proses yang dilakukan dengan menginjeksi chlorine yang bertujuan membunuh bakteri-bakteri. Tak ketinggalan dalam pengolahan air limbahnya ini Edwin menggunakan blower akuarium kecil yang membutuhkan daya listrik yang kecil. “Beda dari pengolahan air limbah di Stockholm yang membutuhkan blower dengan daya listrik yang besar.”

Alhasil, air dari pengolahan itu sangat bersih sampai mendekati kualitas air minum. Hanya saja hasil akhir dari pengolahan limbahnya tidak bisa diminum langsung. Dibutuhkan proses, seperti perijinan soal haram atau tidaknya, karena sumbernya berasal dari air kotor septic tank dan yang lainnya. Namun semua air limbah domestik, kata Edwin, dapat didaur ulang melalui proses pengolahan limbahnya. Tetapi untuk limbah B3, logam dan oli karena tidak bisa dimakan oleh bakteri. Ke depan, Edwin mengatakan tidak tertutup kemungkinan akan mengolah oli menjadi material yang bersahabat, seperti air.

Semua Orang Dapat Mengolah Air Limbah

Edwin di tempat pengolahan limbah, karya inovasinya

Edwin di tempat pengolahan limbah, karya inovasinya

Kenapa pria yang lahir 11 Maret 1990 ini tertarik dengan pengolahan limbah? Edwin mengatakan, awalnya setelah lulus sekolah menengah ia tidak “ngeh” terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan pengolahan limbah. Namun, ia mulai tertarik pada pengolahan air limbah sejak duduk di bangku kuliah. Lulus kuliah Diploma 3 Politeknik Kesehatan Menkes Jakarta II, jurusan teknik lingkungan, ia kemudian dipercaya untuk mengajar tentang pengolahan air limbah sekaligus melanjutkan kuliah Strata 1 (S1) di Universitas Sahid.

“Setiap harinya saya hanya belajar air limbah saja, dari baca-baca buku sampai mempraktekkan sendiri atau bersama mahasiswa/i. Sejauh ini pengolahan air limbah yang saya lakukan telah diaplikasikan di beberapa rumah sakit, Kesibukan saya selain mengajar, saya juga mengambil freelance sebagai konsultan lingkungan,” kata Edwin melanjutkan.

Edwin pun menaruh harapan kepada inovasi sederhananya ini. Ia berharap semoga semua masyarakat dapat mengerti tentang cara pengolahan limbah, Menurutnya, semakin banyak orang mengerti cara mengolah air limbah, maka secara langsung mereka dapat secara mandiri menjaga kualitas air di lingkungan tempat tinggal mereka.

Menurutnya, untuk urusan mengelolah limbah, khususnya limbah rumah tangga atau domestik, tidak harus memerlukan biaya mahal untuk membuatnya. Dan, pada dasarnya, semua orang juga dapat melakukannya, karena dana yang dibutuhkan untuk pembuatan prasarana dan sarana pengolahan limbah ini murah.

Hasil pengolahan limbah

Hasil pengolahan limbah

Nah, berbicara soal limbah khususnya di ibukota Jakarta, Edwin merasa sedih melihat pengolahan limbah yang pernah dia temui di Jakarta. Edwin sering dipanggil oleh insitusi tertentu untuk memperbaiki instalasi pengolahan limbah. Namun yang banyak dijumpainya sistem pengolahan limbahnya banyak yang rusak dan tidak pernah membuat sistem instalasi yang baru.

“Saat saya tanya mana konsultannya, mereka menjawab banyak yang kabur,” imbuhnya.

Tebersit di benak Edwin saat berada Swedia, ia ingin menyurati Gubernur DKI Jakata, Basuki Tjahaja Purnama, seraya mengatakan, untuk pengolahan air limbah, cara pengolahannya cukup sederhana, yakni menggunakan tukang atau pekerja bangunan biasa dan material yang mudah ditemukan di mana saja dan murah pula. Seperti tempurung kelapa dan botol bekas plastik. Semua bahan itu bisa didapatkan di lingkungan sekitar. Jadi, sangat mudah membuatnya, bukan? Anda berminat? (1009)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/74604

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

lincoln

 

 

 

 

kabari store pic 1