Feby Yulianda sekarang ditahan Kepolisian Daerah Bengkulu karena merakit bom buku. Dia terinspirasi setelah membaca buku jihad berjudul “Mengungkap Berita Besar dalam Kitab Suci” karangan Abdul Wahab terbitan Tiga Serangkai- Solo.

Siswa kelas 2 SMPN 2 Kabupaten Kepahiang, Bengkulu ini mengaku mengambil buku itu dari dari perpustakaan SD Negeri 18 Desa Taba Tebelet yang tak jauh dari rumahnya. ”Sebelum merakit bom itu Feby sempat membaca buku setebal 444 halaman itu,” kata Kapolres Kepahiang AKBP Chaerul Yani di Kepahiang, kepada Antara, Rabu.

Kepada penyidik Polres Kepahiang, Feby juga mengaku mengambil buku itu dari perpustakaan SDN 18 pada awal Mei 2011. Feby sempat pusing setelah membaca buku itu, lalu dia ingat dengan berita di televisi tentang bom buku sehingga merangkai bom itu. Rangkaian kabel dan komponen elektronik dari joycstick Play Station (PS) itu ditumpuk dalam buku.

”Memang tidak ada bahan peledak dan batere yang bisa membuat rangkaian itu meledak,” tambahnya. Siswa yang dikenal baik dan rajin di mata guru di sekolahnya ini membuat rangkaian bom buku di rumahnya disaksikan teman sepermainannya. Setelah bom buku selesai ia kerjakan layaknya bom buku yang ia lihat di televisi, Feby mengaku ketakutan sendiri dan menyimpannya di loteng rumah.

Rakitan bom buku itu secara tidak sengaja ditemukan ayahnya, Imron Joni dan melaporkan temuan tersebut ke Polres Kepahiang. ”Dari laporan itulah kami memeriksa buku yang dilapisi lakban bening itu dan menemukan rangkaian sirkuit joystik Playstation dan kabel-kabel,” paparnya. Kapolres belum berani memastikan apakah tindakan Feby iseng atau ada pihak yang mendalangi.

Polisi juga memeriksa seluruh anggota keluarga Imron dan teman sepermainan Feby. Kepala SMP Negeri 2, tempat Feby bersekolah Anelia Risa mengatakan Feby adalah sosok yang rajin dan berlaku selayaknya anak normal seusia dia. ”Hobinya bermain sepak bola dan kami sama sekali tidak tahu kalau Feby merakit bom. Kami baru tahu setelah baca berita,” katanya.

Anelia mengatakan dalam keseharian di sekolah Feby juga tergolong anak yang pintar tetapi tidak suka membaca dengan nilai rata-rata rapor tujuh. Orang tua Feby terlihat menangis karena kesedihan mendalam, merasa tidak percaya jika anaknya sampai merakit bom buku. Apalagi disebutkan ia terinspirasi setelah membaca buku jihad tersebut.

”Anak saya itu tidak suka membaca buku, kalau mau belajar dia harus saya pukul dulu. Lalu jika ia membuat rangkaian bom karena terinspirasi dari membaca buku itu, saya tidak habis pikir,” ungkapnya.

Ditambahkan Imron, selama ini ia tidak pernah melihat tingkah laku aneh anaknya apalagi sampai membaca buku yang bersampul merah muda itu. ”Saya baru tahu dari polisi bahwa anak saya membuat rangkaian bom karena terinspirasi setelah membaca buku,” tambahnya.

Penuh Buku Tasawuf

Ada yang menarik dan aneh ketika mengunjungi perpustakaan SDN 18 Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Pantauan di lapangan, perpustakaan tempat Feby mendapat buku “Mengungkap Berita Besar dalam Kitab Suci” karangan Abdul Wahab terbitan Tiga Serangkai masih dipajang di sana. Buku yang ditengarai telah menginspirasi Feby membuat rakitan bom buku, yang notabene sudah ditarik dari peredaran masih bisa dijumpai di perpustakaan itu.

Perpustakaan tersebut berada di sebuah ruang kelas yang tidak terpakai, kotor dan berdebu. Sekilas, ruangan ini layak disebut gudang bukan perpustakaan. Dari luar terlihat berjejer tumpukan buku-buku bacaan anak.

Di antara jejeran buku terdapat sekitar lima tumpukan buku bertingkat dengan beragam judul antara lain ”Buku Tasawuf Hitam Putih” karangan Muhammad Izzudin Taufik terbitan Tiga Serangkai.

Ada juga buku berjudul Dalil A Faq (Al quran dan Alam Semesta, Memahami ayat-ayat, Penciptaan dan Syubhat) karya Muhammad Izzudin Taufik. Para guru SD dan pengelola perpustakaan mengaku jika buku-buku tersebut dikirim dari Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Kepahiang pada 2006.

“Kami tidak tahu kenapa buku-buku yang berat dan untuk kalangan dewasa ini dikirim ke SD kami,” kata pengelola perpustakaan Emalia. Ia menambahkan, sejak diterima pada 2006 buku-buku tersebut tidak pernah disentuh oleh siapa pun sehingga dibiarkan tertumpuk begitu saja di sudut ruangan termasuk buku “Mengungkap Berita Besar dalam Kitab Suci” yang dibaca Feby.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?36799

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :