Setelah mengalami kejutan dengan tidak adanya survey yang sama dengan hasil Pilkada DKI putaran pertama lalu, beberapa perusahaan survey mengemukakan prediksinya.

Direktur Riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Arman Salam menyatakan pemenang Pemilukada DKI Jakarta yang akan dilaksanakan pada 20 September 2012 tidak bisa diprediksi.

Dari hasil survei terdapat 6 alasan mengapa pihaknya tidak bisa memprediksi siapa pemenang Pemilukada nanti. Pertama yaitu respon rate yang kecil. Yaitu, responden terpilih secara acak pada survei yang dilakukan kurang merespon yang dilakukan oleh LSI ini.

“Besarnya prosentase responden yang tidak merespon sebesar 32 persen, membuat prediksi yang akurab sulit dilakukan,” kata Arman kepada para wartawan Selasa (18/9/2012).

Alasan kedua, sulitnya prediksi dikarenakan persaingan yang ketat antara kedua pasangan calon sangatlah ketat. “Secara statistik tidak dapat dikatakan siapa yang unggul. Sekalipun jika Pilkada dilakukan hari ini karena jaraknya sangat ketat, massa mengambang masih tinggi sebanyak 33,5 persen,” jelas Arman.

Alasan ketiga, ialah kedua pasangan calon sama- sama kuat ditiap segmen pemilih. “Seperti contoh, masing- masing calon punya basis tertentu, misalnya Jokowi unggul di kalangan muda dan pendapatan tinggi, sedangkan Foke unggul pada pemilih tua, pendapatan bawah serta pendidikan rendah,” lanjutnya.

Lebih lanjut Arman menjelaskan alasan keempat adalah angka golput yang cukup tinggi dan tidak menentu. Faktor Golput ini menurutnya cukup mempengaruhi perolehan suara kedua calon namun membuat sulit prediksi pasangam mana yang akan menjadi pemenang.

“Golput di DKI kami prediksi sekitara 30- 40 persen tersebar pada aneka segmen demografi pemilih. Jika lebih banyak pendukung Jokowi Golput, Foke bisa menang, begitupun sebaliknya,” kata Arman.

Sedangkan kelima adalah maraknya dukungan, sosialisasi atau saling serang yang terjadi di media. Baik itu media massa ataupun media sosial.”Pembaca sosial media seperti twitter, Facebook lebih banyak ke Jokowi- Ahok, sementara pembaca koran lebih condong ke pasangan Foke Nara,” ujar Arman.

Yang terakhir, adalah faktor tingkat pengenalan masyarakat terhadap kedua pasangan cagub dan cawagub tersebut. “Ada tiga variabel untuk hal ini, tingkat pengenalan, kesukaan, dan kepantasan. Berdasarkan survei kami Foke lebih populer sebanyak 95,8 persen sedangkan Jokowi 88,7 persen,” katanya. (1002)

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?48984

Untuk melihat artikel Jakarta lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
_____________________________________________________

Supported by :