KabariNews – Berbicara mengenai desainer Indonesia yang satu ini, pastilah tak terlepas dari kiprahnya melestarikan kain tradisional Indonesia. Ya, dialah Samuel Wattimena, desainer yang pernah merancang busana Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) di era Suharto  ini Rabu kemarin, (12/11) mengelar gelar karya Evolusi Tenun Tenggara di Museum Tekstil, Jakarta.

Tentu, perhelatan yang  dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani ini adalah untuk melestarikan tenun Maluku Tenggara. Sammy, panggilan akrab Samuel Wattimena mengatakan,  di seluruh dunia tidak ada negara lain yang memiliki kekayaan seni tenun seperti Indonesia. Dan tenun Maluku tenggara merupakan produk lokal genius masyarakat Maluku Tenggara yang harus dilestarikan dan dikembangkan supaya nanti dapat dinikmati oleh anak cucu kedepannya.

Bukan upaya yang baru karena persentuhan Sammy dengan tenun sudah dimulai sejak lama, tepatnya di tahun 1985. “ Awalnya Tenun Tanimbar dengan Tenun Timor Timur. Saya memberi masukan soal pewarnaan kepada para penenun. Dari penanganan sekaligus pembinaan di daerah tersebut  saya dianugerahi penghargaan Upakarti oleh pemerintah Suharto saat itu” katanya.

Nah, dari situ Sammy semakin semakin percaya diri dan mulai masuk ke berbagai propinsi, seperti Papua sampai dengan Aceh. Tidak hanya kain  tenun saja dia garap melainkan juga Endep Bali, Ulos, Sulam, kemudian Lurik semua kain-kain daerah termasuk Songket Sumatera Barat. “ Proyek berikutnya tenun Wakatobi dan Tapanuli Utara” kata Sammy di sela acara.

Namun ada satu kendala, selintingan kata terdengar bahwa serpak terjangnya didaerah  mengobrak-abrik tatanan budaya yang sudah ada. Sammy bilang anggapan itu mengemuka secara ibu-bu yang suka menenun, gaya hidupnya tiba-tiba berubah. Membuat tenun terutama dari daerah timur seperti yang diketahui proses  pengerjaannnya sangat lama.

Lamanya waktu  pengerjaannya,  Sammy bilang mereka tidak fokus menenun saja melainkan sering diselingin kegiatan di luar menenun. Alhasil,  pembuatan tenun pun ngaret lantas Sammy berupaya mengatur manajemen produksi seraya berkata kepada para penenun “Mau empat bulan dapat 500 ribu atau satu minggu dapat 500 ribu. Saya terjun langsung dan bilang  kenapa tidak kita bagi toh waktunya juga ada.” ujarnya.

Akan halnya dengan teknologi printing yang dulunya merupakan dilema tersendiri bagi dirinya untuk melestarikan kain tradisional. Sammy mengatakan, dia yang awalnya anti printing karena pikirnya dapat mematikan ekonomi rakyat, kemudian berubah menakala terbesit  bahwa printing dapat juga membuat harga jual kain dikonsumsi oleh masyarakat umum. “Sepuluh tahun terakhir ini saya pun mulai dengan printing.” katanya

Menurutnya,  kalau bertahan dengan di tenun asli ruang lingkup kecil dan mensiasti mereka yang secara umum membeli printing dengan motif yang tersosialisasi. “Motifnya komersial jadi bukan motif adat, seperti motif untuk kelahiran, penguburam, perkawinan dan yang lainnya” tuturnya.  Pun dengan  pergerakan informasi mengenai kain-kain di dunia begitu masif. Akhirnya harus simultan antara keduanya, yaitu printing diperuntukan bagi masyarakat luas, sedangkan yang tenun asli diperuntukkan untuk mereka yang apresiatif dengan kain tenun.

Sammy menambahkan persoalan pembuatan kain tenun juga terkait dengan ketersediaan benang sebagai bahan bakunya. Sampai sekarang kain ini lebih banyak dibuat dari benang sintetis dibandingkan dengan kapas. Ketersediaan benang di pasaran lebih banyak didominasi benang sintetis dibandingkan benang kapas. Kapas, baginya adalah cerita lama dan Sammy pun memilih menggunakan sutera.

Alasannya selain untuk menjangkau pasar internasional, bahan sutera tergolong ringan sehingga tidak menyebabkan kelebihan berat saat dimasukkan ke dalam koper.  Kalau kapas memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan sutera sehingga dapat menyebabkan overweight ketika dibawa menggunakan pesawat. Hingga saat ini, para penenun masih memerlukan latihan untuk membuat tenun dari sutera. Mereka dituntut memiliki tingkat ketelatenan yang lebih tinggi mengingat kain sutera lebih tipis. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?72703

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Asuransi Kesehatan