Kamis sore, 20 September 2012 ada kesedihan yang dalam. Saat Jokowi -Ahok merayakan kemenangan di markas tim suksesnya, gubernur Jakarta saat ini,Fauzi Bowo (Foke) tampak kecewa.

Awalnya, sorak sorai berkumandang di rumah dinas Foke di jalan Taman Suropati. Saat itu hitung cepat masuk sekitar 3 persen. Namun setelah 6 persen dan seterusnya, sorak sorai itu menjadi senyap. Di ruang tamu, Foke dan timnya dekat-dekat menatap layar monitor besar yang memampangkan hasil hitung cepat oleh Jaringan Suara Indonesia (JSI). Selain Nachrowi Ramli, hadir bekas Menteri Otonomi Daerah Ryaas Rasyid dan tokoh pendidikan Arif Rachman Hakim, besan Fauzi. Suasana hening.

Jam menunjukkan pukul 13.30 ketika jumlah suara sampel yang masuk melewati 20 persen. Foke berseru mengagetkan banyak orang ”We lose” (kita kalah). Ia lalu memanggil tiga anak dan menantu serta tujuh cucunya. Kepada mereka, Fauzi berkata, ”Kokong kalah, this is a very sad moment, but we must looking forward” (Kokong kalah, ini momen yang paling menyedihkan, tapi kita harus tegar menatap ke depan). Anak-anak 2-7 tahun itu bergantian merangkul kakek mereka. Ada yang menangis. Sedih, tapi keluarga ini merasa tak bisa berbuat apa-apa.

Berbeda dengan reaksi anggota tim sukses Foke. Banyak yang tidak bisa menerima kekalahan itu. ”Betul, mungkin ada yang salah di tim kita,” kata Fauzi. Ia lalu meminta Widdi Aswindi (Direktur Eksekutif Jaringan Suara Indonesia -JSI) menelepon Jokowi. Ketika itu, jumlah suara masuk hitung cepat hampir 80 persen. ”Mas Jokowi, selamat atas kemenangan ini. Saya berdoa semoga Anda dan Pak Basuki sukses. Ini kembang demokrasi. Saya titip Jakarta, semoga lebih baik dan lebih maju,” kata Fauzi, seperti dituturkan Widdi.JSI adalah lembaga peneliti yang disewa Foke untuk kepentingan riset dan hitung cepat Pilkada ini.

Ia lalu berbalik ke timnya dan minta disediakan kertas dan pulpen untuk mencatat poin-poin pidato yang akan ia sampaikan di hadapan wartawan. Setelah ganti baju, Fauzi dan timnya meluncur ke markas mereka di Jalan Diponegoro 61. Di sana, ia mengumumkan kekalahannya.

Buah Kerja keras

Sebaliknya, di markas tim sukses Joko Widodo – Basuki Tjahaya Purnama (Jokowi-Ahok) di jalan Borobudur 22 – dekat dengan kediaman keluarga Ali Sadikin- , semua pendukung pasangan nomor urut 3 ini bersuka ria. Lagu terkenal milik Queen, We Are The Champions terdengar. Sebagian besar dari mereka memakai baju kotak-kotak.

Di pojok halaman, ada mobil Innova putih bernomor B 1 JKW. Ini adalah hasil iuran simpatisan Jokowi- Ahok. “Kami menerima sumbangan dari Rp 10 ribu sampai Rp100 ribu untuk mobil ini,” kata Tanto, seorang simpatisan pasangan ini. Para simpatisan berharap Jokowi nanti akan memakai mobil ini untuk masuk kampung-kampung sempit di Jakarta, seperti yang dijanjikannya dalam kampanye. Namun, karena khawatir niat baik dari simpatisannya dianggap suap, Jokowi menolak mobil putih seharga Rp. 300 juta itu.

Namun, mereka merayakan semua kemenangan ini dengan santun. “Energi kemenangan jangan diobral,” kata seorang pendukung yang memakai baju kotak-kotak. Tak ada arak-arakan kemenangan dengan mobil atau motor, tak ada perayaan berlebihan.

Jokowi yang hari itu diserang pilek mengatakan, bahwa ini adalah buah dari kerja keras. “Cara merayakan kemenangan itu adalah dengan bekerja dengan tanggungjawab. Kotak-kotak artinya beragam dan siap bekerja” kata calon gubernur Jakarta yang berencana tak ambil gajinya sebagai gubernur ini (pendapatan Gubernur Jakarta sekitar 800 juta perbulan-red). Di sudut barisan tim suksesnya, ada Boy Bernardi Sadikin anak Ali Sadikin mengusap matanya yang basah.

Semua bagian di tim Jokowi memang bekerja keras. Ada beberapa intelektual mendukung dia; Eep Saifulloh Fatah, Andrianof , Hasan Nasbi dan tentu saja Boy Sadikin. Di kalangan artis ada Camelia Malik, Arswendo Atmowiloto, Gading Martin, Rieke Dyah Pitaloka dll. Bahkan seorang ipar Foke bernama Harie, menjadi tim inti pendukung Jokowi-Ahok. “Saya sudah menduga kemenangan ini,” kata Harie.

Mesin politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) juga bekerja sangat keras. Maklum partai pendukung Jokowi –Ahok ini jauh lebih besar ketimbang partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) pimpinan Prabowo yang menyorongkan Ahok menjadi calon wakil gubernur.

Eep Safulloh Fatah yang juga Direktur PolMark Indonesia, menjadi konsultan politik Jokowi. “Isu agama dan ras memang tak berpengaruh di kelas menengah, tapi berpengaruh di kelas bawah, kata Eep. Etnis Cina dan Kristen yang disandang oleh Ahok, jadi sasaran tembak kampanye hitam politik lawan.

Persaingan di putaran kedua memang lama kelamaan jadi keras. Sejak Agustus, kampanye hitam mulai mengkhawatirkan kubu Jokowi-Ahok. Berkembang juga isu, bahwa Jokowi hanya sementara saja menjadi gubernur karena ia berniat mencalonkan diri menjadi Presiden. Jadi nanti, Ahoklah yang akan menjadi Gubernur Jakarta. Saat itu, Jokowi sempat tersinggung dan minta kampanye hitam dari lawannya, segera dihentikan.

Tapi, kampanye hitam itu tetap jalan terus. “Maka segera diputuskan menyiapkan langkah menghadang isu-isu itu,” kata seorang tim sukses. Salah satu langkah itu adalah, ketika Jokowi dan keluarganya menjalankan ibadah umroh pada bulan puasa lalu. Foto perjalanan umroh itu disebar di seluruh penjuru Jakarta. Jokowi juga bertemu habib-habib (pemimpin kelompok kecil Islam).

Saling mengintip kekuatan masa dengan menanam orang di kubu lawan, juga diklakukan oleh dua calon itu. Hasilnya ? Seringkali risalah rapat keduanya bertukar meja. Risalah rapat tim Jokowi di meja Foke dan risalah rapat Foke di meja kubu Jokowi.

Tapi dari semua itu yang paling dinilai cerdas adalah, kepribadian dan prestasi dari keduanya dan marketing strategi baju kotak-kotak. Ketika akan maju pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Jokowi memang menolak dibikinkan spanduk, baliho dan stiker. Megawati sampai berkata,”Ini pilkada Jakarta lho.. barometer Indonesia masak gak mau bikin spanduk,” kata Megawati. Tapi Jokowi tetap menolak, alasannya, dia tak mau Jakarta jadi kotor.

Maka, sejak April lalu dia memakai baju kotak-kotak yang awalnya dia beli di pasar Tanah Abang seharga sekitar 100 ribu. Jokowi lantas meminta penjahit di Solo membuat ribuan baju kotak-kotak. Biaya pembuatan Rp. 40 ribu – Rp.60 ribu, dan dijual seharaga Rp. 100 – Rp. 150 ribu. Keuntungannya dipakai untuk biaya kampanye; biaya revolusi menjadi Gubernur dan wakil. “ Baju kotak-kotak itu, ide yang cemerlang dan marketing strategi yang cerdas, ”kata Ahok memuji ide cerdas sang walikota Solo itu. Tapi seperti biasa, yang dipuji merasa biasa-biasa saja.

Maka, baju kotak-kotak itu menjadi alat yang sangat ampuh dan murah. Sebagai gambaran, tim relawan Jokowi –Ahok memodali para relawan dengan modal sekitar Rp.400 juta. Mereka menjual baju kotak-kotak di semua kalangan. Untungnya? Mencapai Rp. 1 milyar. “ Ini pembiayaan mandiri,“ kata Kris Budiharjo, Koordinator Sekretariat Bersama Relawan Jokowi-Basuki. Dan atas semua peluh itu, kemenanganlah yang mereka raih.

Menang Tanpa Menyorak yang Kalah

Setelah diputuskan sebagai pemenang, keduanya tetap rendah hati. Jokowi-Ahok malah meminta Foke untuk membantu mereka ikut menyumbangkan pikiran bagi kemajuan Jakarta.” Saya minta beliau membantu “ kata Jokowi yang dielu-elukan masyarakat Solo, ketika dia ke kota itu usai Pilkada. Tak ada sorakan melecehkan atau menganggap kecil lawan.

“Tidak jauh dari apa yang sudah saya duga sebelumnya, suara masyarakat kelas menengah mendongkrak suara Jokowi,” kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Dodi Ambardi. Kemenangan Joko Widodo, kata Dodi juga membuktikan, bahwa suara partai tidak efektif dan tidak sejajar dengan suara pemilih.

Golongan Putih (Golput) yang berkisar antara 11 persen dari seluruh hak suara yang ada, memberi sumbangan besar bagi pasangan Jokowi-Ahok. Golongan putih yang bersifat apatis soal perubahan Jakarta ini, bertahun-tahun tak pernah memilih, namun ‘bangkit’ dan akhirnya memilih Jokowi-Ahok’. Mereka menyumbang 7 persen suara, karena ingin Jakarta benar-benar berubah.
Perubahan melalui revolusilah yang amat dibutuhkan oleh kota ruwet seperti Jakarta. Penduduk Jakarta yang kurang lebih 11 juta, berharap banyak pada pasangan ’kotak-kotak’ ini untuk mengubah Jakarta. Dan sebuah perjuangan akan dimulai. (1002)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?49727

Untuk melihat artikel Utama lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_______________________________________________________________

Supported by :