Dalam debat sebelumnya semua capres terlihat ‘hati-hati’
saat diminta saling mengomentari visi dan misi masing-masing. Tapi kali ini,
debat yang dilaksanakan di stasiun televisi MetroTV Kamis (25/06) malam,  suasananya lebih cair dan lebih terbuka untuk
saling melempar kritik.

Capres JK yang diusung partai Golkar dan Hanura seolah
memanfaatkan benar momen debat kali ini. Dalam kesempatan saling melempar
pertanyaan, JK dengan lugas  memberi
penekanan soal adaptasi iklan mie instan “Indomie” milik SBY di televisi.

JK
mengkaitkan iklan tersebut dengan soal impor gandum. Membalas kritikan JK soal
mie instant , SBY mengatakan bahwa mie instan bisa dicampur dengan singkong,
atau sagu, tidak melulu harus impor gandum.

Dalam kesempatan lain, JK juga berkali-kali mengkritisi visi
dan misi para pesaingnya. Termasuk mengkomentari soal lambannya tim SBY
terkait harga jual gas dari sumur Tangguh yang dinilainya murah. “Tapi entah
kenapa tim SBY lambat sekali.” ujar Kalla yang langsung disambut tepuk tangan
penonton.

Debat yang dipandu pakar ekonomi Aviliani ini memang
berlangsung agak berbeda, masing-masing capres dipersilahkan ‘keluar’ dari
podium dan berjalan-jalan di panggung ketika menyampaikan visi dan misinya.
Hanya JK yang memanfaatkan kesempatan itu, sementara Megawati dan SBY tetap
berdiri di podium masing-masing.

Kritik lain disampaikan JK adalah soal imbal balik sukuk
syariah. “Yield sukuk 11 persen itu terlalu tinggi, saya sudah bilang di
kabinet, maaf Pak kita sama-sama di pemerintahan, tapi 11 persen terlalu
tinggi.” kata JK.

Ketika membahas soal utang, saling kritik pun
terjadi. Megawati dengan tegas menolak utang sebagai pembiayaan defisit
anggaran. Menurut Megawati, Pemerintah semestinya menggenjot pengelolaan sumber
daya alam. Sedangkan SBY dan JK sepakat bahwa secara bertahap utang luar negeri
harus ditekan.

Tetapi JK masih sempat mengkritik bahwa Pemerintah menetapkan
imbal hasil yang terlalu tinggi saat menerbitkan obligasi global beberapa waktu
lalu.

Perbedaan pendapat juga terjadi saat Aviliani
melempar pertanyaan seputar Undang-Undang Investasi. Megawati mengatakan UU tersebut
harus segera diubah demi kemandirian eknomi bangsa.

Sementara SBY justru enggan
melakukan revisi. Kata dia, Pemerintah lebih baik menggenjot pembangunan
industri manufaktur, infrastruktur, dan pertumbuhan investasi dalam negeri
ketimbang merevisi UU. “Langkah ini bisa menciptakan lapangan
pekerjaan,” katanya.

Sama dengan SBY, 
JK mengatakan UU Investasi tak perlu direvisi, yang perlu diubah justru
UU Tenaga Kerja. Megawati menambahkan dirinya sepakat jika UU Tenaga Kerja
diubah. Terutama soal penghapusan sistem outsourcing.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33282

Untuk melihat Berita Indonesia / Utama lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket