Berdiri diatas lahan 37,7 hektar, SMA Negeri Unggulan (SMANU) Mohammad Husni Thamrin, Jakarta Timur, memang tampak mentereng dan megah.

Sekolah
yang dibangun sejak tahun 2007 dan selesai akhir 2008 ini adalah
sekolah negeri pertama bertaraf internasional yang dibangun pemerintah
Daerah DKI Jakarta. Dan pada tahun ajaran
2009 sekolah ini baru dioperasikan. Anggaran pembangunan sekolah ini
diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI.

Sekolah negeri biasa tentu bukan tandingan SMANU MH. Thamrin ini. Karena fasilitasnya benar-benar komplit. Ada kolam renang, auditorium, fitness centre, gymnasium,
lapangan olah raga terbuka, perpustakaan, laboratorium Fisika dan
Kimia, hingga ruangan multimedia. Ruang kelasnya sendiri berbasis
Teknologi Informasi Komputer (TIK) dan tentu saja, berpendingin
ruangan. Pokoknya dari segi fasilitas, segala prasyarat sekolah
internasional sudah dipenuhi.

Dengan slogan mencetak
pemimpin-pemimpin bangsa, sekolah ini memiliki visi membentuk perserta
didik yang unggul dan berdaya saing global. Kurikulum SMANU MH Thamrin
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan penguatan
mata palajaran Hard Sciene (Matematika, Kimia dan Biologi). Selain itu
sistem beban belajar juga menggunakan beban Satuan Kredit Semester
(SKS) seperti di perguruan tinggi.

Dengan sistem SKS,
maka mata pelajaran dibagi menjadi dua, mata pelajaran wajib dan mata
pelajaran pilihan. Sementara dalam proses belajar bahasa pengantar yang
digunakan adalah bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

Kerjasama Dengan Cambridge

SMANU MH Thamrin
termasuk boarding school dimana siswa juga menginap di asrama yang
disediakan di dalam kompleks sekolah. “Ini agar siswa lebih
berkonsentrasi belajar, faktor pengawasan yang relatif mudah dan untuk
memudahkan siswa-siswa asing yang ingin bersekolah disini.” kata
Djumadi, caretaker Kepala Sekolah SMNU MH Thamrin.

Dengan porsi siswa 95 pelajar DKI dan 5 pelajar non DKI, memang memungkinkan SMANU MH Thamrin
menerima siswa asing. Menurut Djumadi, sekolah ini nantinya akan
bekerja sama dengan sekolah-sekolah internasional luar negeri dalam
bentuk kerjasama sister school. “Saat ini masih baru rencana, tapi
dengan Cambridge University kami sudah melakukan komunikasi membangun
kerjasama. Nanti mungkin Cambribdge akan memberikan sertifikasi kepada
siswa-siswa disini.” ujar Djumadi yang juga pernah menjadi Kepala
Sekolah SMAN 78, Jakarta.

Djumadi mengatakan “Yang perlu diingat, meski bertaraf internasional sekolah ini tetap sekolah negeri yang tidak komersil!”

Staf pengajar di SMANU MH Thamrin
adalah tenaga pendidik yang profesional dan memiliki ijazah minimal
Master (S-2) atau Doktor (S-3). Itupun harus lulusan dari universitas
terkemuka yang berakreditasi A.

Syarat dan Biaya

Namanya
juga sekolah internasional, syarat menjadi menjadi siswanya juga tak
main-main. Selain nilai rapor untuk mata pelajaran Bahasa Inggirs, IPA, dan Matematika minimal delapan selama di SMP, calon siswa juga harus lulus bermacam tes. Siswa juga harus memiliki IQ minimal 120.

Setelah
dalam persyaratan administrasi dinyatakan lengkap, siswa akan menjalani
Tes Potensi Akedemik (TPA). Lalu menghadapi tes Bahasa Inggris,
Matematika, Fisika, dan Biologi yang disusul psikotes. Setelah lulus
semua tahap, yang terakhir adalah tahap wawancara.

Dengan daya tampung 216 siswa, dipastikan persaingan untuk masuk sekolah ini lumayan ketat. Deo Bungaran, pelajar SMPN 259
yang ditemui saat sedang mendaftar mengatakan tidak terlalu yakin bisa
diterima. “Saingannnya pasti banyak dan pintar-pintar. Tapi yang
penting dicoba dulu.” kata Deo. Deo sendiri merupakan salah satu siswa
terbaik SMPN 259. Selain selalu menempati rangking pertama, nilai rapor Deo selama enam semester rata-rata sembilan koma sekian.

Selain
harus memiliki kemampuan akademik yang ciamik. Siswa juga harus
menyiapkan dana yang tak sedikit. Menurut Djumadi, uang pangkal di
sekolah ini sebesar Rp 15 juta yang dibayar hanya satu kali. Uang SPP
atau biaya akademik per bulan Rp 1 juta. Lalu biaya mondok atau
penginapan sekitar Rp 1 juta perbulan. Ditambah biaya lain-lain seperti
pratikum, maka sedikitnya menghabiskan Rp 30 juta per tahun.

Memangnya tidak disubsidi Pemda DKI? Djumadi mengakui pasti ada subsidi dari Pemda DKI
tetapi tidak serta merta mengratiskan sekolah ini. “Yang jelas sekolah
ini tidak akan mengeluarkan siswa kalau cuma gara-gara ekonomi.” ujar
Djumadi menekankan.

Soal biaya, Ibu Retno Wijaya yang
sedang mengantarkan anaknya mendaftar mengatakan, “Namanya juga sekolah
internasional, saya kira wajar ya kalau biayanya mahal. Dimana ada
harga kan ada mutu.” ujarnya. Ibu Retno mengaku jika anaknya, Agus
Mulyono berhasil diterima maka ia berusaha sekeras mungkin menyediakan
biayanya. “Pokoknya demi pendidikan anak Mas.” katanya singkat.

Nah
seiring dengan berkembangnya dunia pendidikan. Saat ini memang banyak
bermunculan istilah-istilah baru dalam pengklasifikasian pendidikan.
Mulai dari yang namanya home schooling, sekolah alam, kelas akselerasi, sekolah standar nasional, sekolah unggulan, sekolah percontohan, sampai sekolah internasional.

Pendidikan
memang sangat penting karena investasi masa depan. Meski agak
terlambat, pemerintah Indonesia pada tahun 2009 ini mulai menganggarkan
20 persen dana APBN untuk sektor pendidikan seperti diamanatkan amandeman UUD’45.

Dan sampai disini kita cuma bisa berharap, semoga hasilnya bisa kita petik di masa depan. (yayat)

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?32982

Untuk melihat Berita Indonesia / Utama lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket