Pernikahan adalah upacara
sakral, disanalah sebuah prosesi mengikat janji dua anak manusia
disaksikan langsung oleh Tuhan. Karena kesakralannya itu, sejatinya
pasangan pengantin tak perlu repot mengurus pernak-pernak pernikahan
yang membuang energi. Mereka seharusnya konsentrasi pada hal-hal besar
saja. Soal persiapan atau resepsi, biarlah diurus orang lain. Bisa
diurus keluarga yang dibantu teman-teman atau menggunakan jasa Wedding
Organizer. Ya betul, Wedding Organizer.

Mengapa Wedding Organizer?

Wedding Organizer (WO) atau pengatur upacara pernikahan, menurut Anne Meriance dari United Organizer,
merupakan profesi yang tujuan utamanya membantu calon pengantin
melangsungkan upacara pernikahan. “Demi mencapai kesucian dan
kesakralan pernikahan, sehingga calon pengantin tak perlu repot
mengurus hal-hal kecil ” ujar Anne.

Apakah si calon
pengantin tak bisa mengurus sendiri? Anne menjawab diplomatis, “Saya
yakin mereka mampu, cuma persoalannya apakah mereka punya waktu?
Apalagi bagi pasangan yang dua-duanya bekerja dan sibuk,” kata wanita
yang mendirikan United Organizer sejak tahun 2001 ini.

“Upacara
pernikahan, selain sakral juga memerlukan persiapan yang detail dan
matang. Banyak hal-hal kecil yang mesti dikerjakan. Mulai dari mencetak
dan menyebar undangan sampai memilih gedung dan katering.” ungkap Anne.

Anne
mengatakan, ketika hal itu sulit dilakukan oleh calon pengantin yang
sibuk, disanalah muncul WO. “Dalam bekerja, kami umpamakan pernikahan
klien adalah pernikahan kami sendiri, jadi kami benar-benar terasa involve
untuk mencapai hasil yang terbaik.” ujar wanita yang sebelum membuka
usaha WO, pernah menjadi konselor pernikahan di sebuah Gereja. “Tapi
hasil terbaik hanya bisa dicapai jika klien mau terbuka dan bekerjasama
dengan kita.” ujar Anne sembari menambahkan hanya menerima kontrak
minimal enam bulan sebelum hari-H untuk upacara pernikahan yang
bersifat tematik.

Anne mengaku meski masih terbilang usaha kecil-kecilan, bisnis yang dijalaninya ini cukup menjanjikan. Lewat bendera United Organizer,
Anne berhasil ‘menikahkan’ 39 pasangan selama tahun 2008. Anne juga
mengaku baru mendapat klien pertama setelah satu tahun usahanya. Meski
begitu, Anne juga pernah memegang klien dengan kontrak Rp 1 miliar.

Apa Saja Yang Dikerjakan Wedding Organizer?

Seperti dituturkan Denny, pemilik usaha DeWa! Organizer,
pekerjaan WO bukan semata urusan dapur sebuah acara pernikahan, tapi
lebih dari itu. “Kami juga mengkonsep, mendesain, dan meng- organize secara keseluruhan. Tentu saja setelah fix diputuskan bersama klien.” ujar Denny.

Menurut Denny ada tiga tahapan—masing-masing memiliki Standart Operation procedure (SOP) tersendiri—yang dikerjakan perusahaannya ketika sudah sign kontrak dengan klien. Pertama tahap Preparation,
berupa pengumpulan informasi dari klien sebanyak-banyaknya. “Pertama
kita tanyakan adalah, temanya mau seperti apa? Etnik? Modern? atau
tradisional? Lalu konsepnya mau bagaimana? Indoor atau outdoor?” imbuh
Denny.

Dari informasi yang terkumpul, Denny dan timnya lalu membuat rencana desain dan estimasi budget. Setelah disetujui, barulah mereka bekerja berdasarkan SOP yang sudah menjadi panduan DeWa! Organizer. “Kami menyodorkan nama-nama vendor
kepada klien, misalnya vendor salon, gaun pengantin, dan sebagainya.
Kami hanya rekomendasikan, keputusan tetap di tangan klien.” kata Denny
yang mengaku mengedepankan asas tranparansi hingga dia enggan menerima
titipan uang pembayaran dari klien kepada vendor.

“Setelah klien setuju, kami lalu menghubungi vendor
dan menjadi kepanjangan tangan dari klien.” kata Denny. Untuk
pernikahan yang bersifat tematik dan mewah, Denny menyarankan
menggunakan jasa WO setahun sebelum hari-H. Dibawah waktu itu, niscaya
persiapannya jadi terkesan terburu-buru, ungkap Denny.

Semua pernak-pernik pernikahan, mulai dari cetak undangan, booking
lokasi, menyiapkan souvenir, mengatur jadwal pemotretan studio, sampai
menjadi penghubung antara calon pengantin dengan masing-masing keluarga
mempelai, menjadi pekerjaan WO di tahap persiapan.

Setelah semua siap, maka tahap selanjutnya adalah execution
pada hari-H. “Minimal kami menurunkan enam personil pada hari-H,
masing-masing bertugas mengawasi jalannya acara agar berlangsung
lancar.” kata Denny.

Setiap personil diberi tanggung jawab
berbeda, ada yang bertugas di depan pintu untuk menghitung jumlah tamu
yang datang. Ada yang bertugas di ruang dinning mengawasi
distribusi makanan. Ada pula yang bertugas di dapur mencatat berapa
porsi makanan yang sudah keluar. “Pada tahap pelaksanaan, kami tak
kalah sibuk, kami benar-benar mengawasi jalannnya acara agar berjalan
lancar dan sukses.” ungkap Denny.

Jika ada satu masalah?
Baik Denny maupun Anne mengatakan, mereka akan melihat dulu kapasitas
masalah itu sebesar apa sebelum memutuskan sebuah tindakan. “Kalau cuma
salah meletakan bunga misalnya, kami gak mungkin ribut-ribut dengan
vendor kan, jika tak memungkinkan untuk diubah, kami foto dan kami
laporkan kepada klien setelah acara selesai.” ujar Denny.

Anne bahkan menambahkan, personilnya yang bertugas di bagian dapur memegang chek list apakah seluruh menu yang disediakan sesuai dengan pesanan. “Kami menghitung langsung di dapur bersama vendor
katering. Misalnya berapa porsi kambing guling, atau berapa tusuk sate
ayam yang dipesan, apakah sesuai dengan pesanan?” imbuh Anne. Jika tak
sesuai dan vendor tak bisa menutup kekurangannya, akan dicatat WO. “Kami bisa saja memberi penalti atau membayar dengan harga diskon kepada vendor akibat kekurangan itu.” tambah Anne.

Tahap selanjutnya adalah Report
atau pelaporan, dimana WO akan melaporkan semua keberlangsungan cara
secara detail kepada klien. “Kami laporkan berapa tamu yang datang,
jumlah karangan bunga yang diterima, berapa hadiah yang berbentuk kado,
dan sebagainya.” kata Denny.

Sambil memperlihatkan draft
laporan yang biasa dia sampaikan kepada klien, Denny mengatakan,
laporan itu dibuat sangat detail, termasuk jam-jam kejadiannya.
“Misalnya, kami catat jam berapa tamu mulai ramai dan jam berapa
makanan di food stall sudah mulai habis.” semua itu kata Denny ditulis dalam report yang biasanya diserahkan kepada klien maksimal tiga hari setelah acara.

Berapa Biaya Jasa Wedding Organizer?

Mengenai
harga yang harus dibayar klien kepada WO, Denny tak bisa menyebutkan.
Dia hanya mengatakan bahwa servis yang diberikan perusahaannya selalu
sama dan terbaik. “Jadi dalam soal servis, kami tak membedakan klien
yang ber budget 1 miliar rupiah dengan klien yang punya 100
juta rupiah. Semua sama, kami layani dengan senang hati.” ujar Denny.
Didesak berapa kira-kira margin yang dimbil dari nilai kontrak, Denny
mengatakan tergantung dari negosiasi.

Berbeda dengan Denny, Anne menyatakan setidaknya dia mengambil margin sebesar 10 sampai 20 dari budget
yang disetujui klien. Lalu berapakah kira-kira yang mesti disiapkan
klien jika ingin menggunakan jasa WO? Anne menjawab setidaknya mulai
dari budget Rp 50 juta rupiah untuk layanan full preparation atau layanan dari awal hingga akhir acara.

Sementara Denny mengatakan, soal budget sebetulnya bisa diakali. Misalnya klien hanya punya budget Rp 25 juta rupiah, maka biasanya WO akan mendesain acara sesuai budget. Tinggal bagaimana kesepakatan anatara WO dan klien.

Bisnis Wedding Organizer memang perlahan tapi pasti terus bertumbuh. Lima tahun belakangan bisnis ini malah semakin menjamur. Anne dengan bendera United Organizer dan Denny dengan bendera DeWa! Organizer sama-sama yakin bisnis ini akan berkembang pesat.

Hanya
saja Denny menambahkan sebagai penutup, pelaku binis ini punya
pekerjaan rumah yakni mengubah kebiasaan calon pengantin di Indonesia
“Kalau di luar negeri, orang mau menikah langsung cari WO, sementara di
Indonesia calon pengantin baru cari WO setelah pusing dan tidak sanggup
menangani sendiri.” ungkap Denny.(yayat)

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33660

Untuk melihat Berita Indonesia / Utama lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :