Suatu kali Andre Tanujaya (18)
menulis status di laman facebooknya, “Kuliah di Aussie atau UK?”.
Status yang juga bermaksud meminta masukan dari teman-teman facebooknya
itu, langsung disambut berbagai komentar. Tapi yang menarik, tak ada
satupun komentar menyarankan memilih kuliah di dalam negeri.

Menurut
berbagai lembaga survei pendidikan, meragukan kualitas pendidikan dalam
negeri menjadi satu dari tiga alasan terkuat mengapa mereka memilih
kuliah di luar negeri. Dua alasan lain adalah agar lebih mudah mencari
pekerjaan serta karena gengsi.

Survey juga mengatakan
mayoritas mahasiswa yang kuliah di luar negeri berangkat dari latar
belakang ekonomi yang mapan. Jika ada dari kalangan menengah, biasanya
karena mendapat beasiswa.

Di Singapura, jumlah mahasiswa
Indonesia mencapai 18.341 orang (Kompas, 20/04), di Malaysia sekitar
10.000 orang (Pikiran Rakyat, 18/04). Di Thailand sekitar dua ribu
orang. Sementara di Jepang ada 1.450 orang dan di Belanda 1.450 orang.

Di
negara tujuan favorit seperti Australia dan Amerika jumlah mereka juga
cukup besar. Di Australia Indonesia diperkirakan lebih dari delapan
belas ribu orang. Sementara menurut data akademik 2007-2008 jumlah
mahasiswa Indonesia yang belajar di AS mencapai 7.692 atau naik 12
persen sejak tahun 2001 (Aminef).

Menjaring Siswa Indonesia

Bagi
perguruan-perguruan tinggi luar negeri, jumlah penduduk Indonesia yang
mencapai diatas 200 juta jiwa merupakan pasar yang amat menggiurkan.
Setiap menjelang awal tahun ajaran baru, mereka begitu gencar
menawarkan aneka promosi.

Untuk Australia,
universitas-universitas yang termasuk gencar menjaring mahasiswa
Indonesia adalah Monash University, University Of Melbourne, University
Of Queensland dan University of New South Wales.

Mereka
menawarkan aneka kemudahan bagi mahasiswa yang ingin kuliah di kampus
mereka, termasuk membantu mengurus dokumen. Bahkan jauh-jauh hari
sebelum berangkat, pihak kampus membantu mahasiswa mendapat asrama,
apartemen atau lokasi di homestay. Pokoknya begitu lulus tes dan
membayar sejumlah uang muka, semua urusan dibantu oleh pihak kampus
sampai beres.

Bahkan tak jarang mereka memang membuka agen
perekrutan resmi di Indonesia. Agen inilah yang bertugas ‘menservis’
segala keperluan mahasiswa untuk bisa kuliah di Australia. Kadang
agen-agen ini berafiliasi satu sama lain untuk mengadakan pameran
pendidikan bersama. Biasanya pameran pendidikan digelar menjelang akhir
tahun ajaran.

Sedikit berbeda dengan Australia, meski
sama-sama gencar menjaring mahasiswa Indonesia, Singapura justru hanya
merekrut pelajar-pelajar berprestasi. Terutama
mereka yang
berhasil menggondol medali dalam berbagai olimpiade bidang kelimuan,
seperti olimpiade fisika, kimia amupun matematika.

Tiga universitas papan atas di Singapura seperti Nanyang Tecnhological University (NTU), Nastional University Of Singapore( NUS)
atau Singapore Mangement University (SMU) termasuk yang paling getol
berburu pelajar-pelajar brilian asal Indonesia. Mereka biasanya
memiliki agen Talent Scouting yang bertugas memantau dan ‘memetik’
pelajar-pelajar Indonesia berprestasi sebelum keduluan ‘dipetik’
universitas lain.

Maka disaat para pelajar berprestasi itu
baru dijanjikan pemerintah bebas tes masuk perguruan tinggi negeri oelh
pemeirntah Indonesia, universitas-universitas tersebut malah langsung
mendatangi siswa dan menawarkan berbagai macam fasilitas menarik.

Selain
menawarkan kualitas pendidikan kelas dunia, kepada calon mahasiswa
mereka juga memaparkan fasilitas-fasilitas kampus yang tersedia mulai
dari perpustakaan, fasilitas olahraga, gedung pertunjukan sampai
laboratorium. Semuanya tentu berstandar internasional.

Fasilitas
lain yang diberikan adalah Tuition Grant atau bantuan pendidikan hingga
15.000 dolar Singapura pertahun. Ada juga pinjaman bank yang tidak
dikenakan bunga selama mahasiwa belum lulus serta dapat dibayar setelah
mahasiswa bekerja.

Tapi cukup banyak pelajar-pelajar Indonesia yang mendapat beasiswa penuh di Singapura. Di NTU
sendiri kebanyakan bukan bersistem beasiswa, tetapi ikatan dinas.
Artinya setelah lulus mahasiswa harus bersedia bekerja di perusahaan
yang sudah ditentukan dalam jangka waktu perjanjian ikatan dinas.

Sedikitnya
250-300 siswa berprestasi Indonesia berangkat ke Singapura setiap tahun
untuk kuliah di perguruan tinggi top kelas dunia. Selain karena kemauan
sendiri tak sedikit dari mereka yang memang direkrut lewat agen talent
scouting.

Untuk daftar sendiripun unversitas-unviersitas
Singapura termasuk universitas yang sulit ditembus. Maklum kualitas
pendikan mereka memang kelas dunia. Dalam rilis Times Hinger Edication
Rank tahun 2008, NUS tercatat diperingkat 30 dan NTU peringkat ke 77 dunia.

Dengan mutu dan fasilitas pendidikan mentereng seperti itu, siapa tak tergoda?

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?32981

Untuk melihat Berita Indonesia / Utama lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket