KabariNews – Menyusuri jejak makanan Betawi di Jakarta boleh dibilang gampang-gampang susah. Apalgi jika mencari makanan betawi yang khas dan terkenal seperti Asinan Kamboja. Asinan Kamboja terletak di daerah Rawamangun, tepatnya jalan di Jalan Kamboja dekat RS Persahabatan. Asinan Kamboja sudah terkenal sejak dulu. Rasa pedasnya membuat orang ketagihan dan selalu ingin lagi dan lagi.

Menurut Hj. Neneng, anak kedua pasangan (Alm) H. Mansyur dan Hj. Salbiyah, awalnya Ayahnya menjual asinan dengan cara berkeliling menggunakan gerobak. Lalu pada tahun 80-an, Ayahnya mulai membuka warung asinan di
depan rumahnya di Jalan Taman Kamboja III, Rt 08/11 No. 10, Rawamangun, Jakarta Timur. Sejak membuka kedai
tersebut, asinan buatan H Mansyur mulai terkenal dengan nama Asinan Kamboja. Sesudah krisis moneter tahun 1998, H. Mansyur dan istrinya menyerahkan kedai itu kepada sembilan anaknya. Awal 2008 kemarin, H. Mansyur meninggal dunia dalam usia 82 tahun.

Saat ini, kedai Asinan Kamboja di kelola oleh sembilan anak H. Mansyur yang secara bergantian menunggui kedai. Setiap anak diberi tanggung jawab berbeda. Ada yang belanja, masak, dan melayani pembeli, hingga mengurusi keuangan. Sementara Hj. Salbiyah istri Alm. H. Mansyur, sudah tidak lagi mengurusi Asinan Kamboja mengingat usianya yang sepuh.

Kayak apa sih Asinan Kamboja itu? Asinan sendiri sebetulnya terbagi menjadi dua macam, asinan sayur dan asinan buah. Nah, Asinan Kamboja identik dengan asinan sayur meski di sana juga menjual asinan buah. Asinan Kamboja
adalah asinan sayur Betawi karena semua sayurannya tidak dimasak, tetapi disajikan dalam keadaan segar seperti kol, selada, timun, taoge dan tahu putih. Beda dengan asinan Bogor yang umumnya memakai sawi atau selada yang direbus matang atau tahu putih yang direndam air cuka. Asinan Kamboja racikan H. Mansyur ini rasanya memang nendang, terutama kuahnya. Tidak seperti kuah asinan betawi lainnya yang biasanya encer dan bening, kuah Asinan Kamboja agak kental dan berwarna merah kecoklatan. Kuahnya terbuat dari kacang tanah yang digoreng lalu
digiling dan dicampur air cuka dan garam. Setelah itu diberi gula merah. Kuah tersebut kemudian disiram ke sayuran-sayuran tersebut. Rasanya slurrp…. Menurut Hj. Neneng, mereka juga berani memberi banyak kuah, satu porsi asinan disiram kuah sebanyak satu mangkuk besar.

“Asinan sayur ini terdiri dari kol, taoge, daun selada, irisan tahu putih, lalu kerupuk mie, kerupuk manis warna-warni dan kacang tanah goreng, semuanya kemudian disiram dengan kuah kacang.” ujar Hj. Neneng ketika
ditanya mengenai komposisi Asinan Kamboja.

Ketika mencoba, Kabari merasakan sensasi rasa pedas yang berbeda. Rasa pedasnya itu seolah ‘berebutan’ di lidah dengan rasa asin, asam dan manis. Mantap! Nah yang luar biasa, sayuran mentah seperti kol, taoge atau tahu, rasanya jadi enak berkat kuah tersebut. Ditambah kerupuk mie dan butiran kacang tanah goreng, rasanya menjadi komplit. Rasa pedas manis asin, lalu rasa nyes-nyes dari sayuran dan kriuk-kriuk dari kerupuk menjadi satu di lidah. Benar-benar nendang.

Harga seporsi asinan sayur Rp 8000, sementara asinan buah Rp 7000. “Disini yang paling laris ya asinan sayurnya.” ujar Ayu salah satu menantu (Alm) H. Mansyur. Selain sudah ngetop di Jakarta, Asinan Kamboja H Mansyur kerap mendapat pesanan dari luar kota. “Kalau dapat pesanan dari luar kota, kami milih-milih, bukannya apa-apa, karena asinan ini terbuat dari sayuran segar, masksimal awet sampai dua hari di dalam kulkas, lebih dari itu sayuran menjadi layu. Bumbunya juga sudah tak nendang lagi.” kata Hj. Neneng terus terang. Pernah mereka mendapat
pesanan dari Manado, tapi mereka wanti-wanti agar begitu asinan ini sampai di Manado langsung disantap, supaya rasanya tetap enak.

Sore itu kedai Asinan Kamboja mulai dipenuhi pembeli. Mereka antri dengan teratur. Umumnya mereka membawa pulang untuk disantap di rumah. Bagi mereka yang membawa pulang, Asinan Kamboja dibungkus dengan tiga
bungkus berbeda. Satu bungkus sayuran, satu bungkus kerupuk, dan satu bungkus kuah agar kesegarannya terjamin.(yayat)