KabariNews – Lahir dari orang tua imigran Taiwan dan Timor Leste, wanita cantik yang memiliki nama lengkap Jennifer Shyu ini sangat piawai untuk memainkan harmonisasi musik melalui Jazz yang kini sudah mendunia, kiprahnya semakin cemerlang di Amerika, Eropa, Australia bahkan di Indonesia.

Peraih gelar award prestisius Doris Duke Artis ini belum lama menggelar konser khusus untuk memperingati AMINEF dan Fullbright Indonesia program di Soehanna Hall, Jakarta.

Dalam kesempatan ini dia bekerjasama kembali dengan partner artistik dia yang sangat kompak, yaitu sutradara tersohor Indonesia Garin Nugroho.

Keinginanya untuk memperdalam seni di Indonesia sangat serius, Jen Shyu merasa dekat dengan Indonesia, saat itu dirinya tinggal di Timor Leste , Jen Shyu memutuskan ingin belajar seni di Indonesia. Berangkat dari temannya yang tinggal di Jogjakarta, pada tahun 2011 ia mengawali belajar seni Indonesia.

Jen Shyu berkisah, “Ketika saya di Timor Leste,  saya pikir, wah.. dekat sekali dengan Indonesia dan saya ingin kesana, jadi saya ada teman yang tinggal di Jogja dan dia mengundang saya dan belajar bersama guru dia yang bernama ibu Sutiah, saya belajar sedikit mocopat dari beliau,” ungkap Jen Shyu saat wawancara bersama Kabari.

Selain mocopat yang ia pelajari, Jen juga belajar seni tradisional lainnya, seperti tarian Jawa dan Sindenan. Jen bisa menyesuaikan diri dengan musik Jawa Klasik, sebagai seorang penyanyi Jazz, ia mengaku sudah terbiasa mengimprovisasi agar bisa menghasilkan musik yang harmonis serta enak didengar oleh para penikmat musik.

Selain itu, Jen mengatakan bahwa banyak mendapat inspirasi dari para seniman senior dari Indonesia.

Multi-instrumentalist, perlu diketahui juga bahwa Jen pernah menjadi soloist piano untuk Tchaikovsky 1st Piano Concerto ketika berumur 13 tahun. Penyandang beasiswa Fullbright dan Asian Cultural Council ini mempunyai sejarah keluarga dan artistik yang panjang sekali dengan Indonesia.

Sebagai orang Asia yang mempunyai silsilah keturunan dari Indonesia, Timor Leste, Korea / Taiwan, dan juga Amerika, Jen Shyu merasa bahwa dirinya selalu ingin belajar, ingin berkembang dengan berbagai riset dan kolaborasi dengan berbagai orang di daerah yang dia kunjungi.

Pemenang grant Chamber Music America New Jazz Works Grant ini sekarang justru memperbesar jangkauan artistik-nya. Baru-baru ini, ia sedang menggali berbagai kesempatan dan inspirasi artistik untuk berkolaborasi (lagi) dengan sutradara, art director terkenal Indonesia, Mas Garin Nugroho, untuk karya orkestral Mbak Jen yang mungkin akan diberi judul ” ZERO “.

Karya-karya Jen Shyu selalu mempunyai judul unik. Ada Seven Breaths, dan kemudian dilanjutkan dengan Nine Door, dan seterusnya. Apa makna dan tujuan dari berbagai judul ini? Ternyata, ada banyak kisah inspirasional perjalan hidup dari beliau yang tertuangkan, atau terselip, dalam karya-karya ini. Mari kita simak ini wawancara detail, santai nan serius, dan panjang lebar dengan Kabarinews (Aryo Wicaksono)