Australia dan Belanda – Sampah bukan lagi masalah lokal, tapi global. Tak kurang dari 8.3 miliar ton sampah telah diproduksi dunia, dan 75%-nya berupa sampah plastik. Sampah plastik ini perlu 400 tahun untuk terdegradasi/hancur. Karenanya, ini merupakan masalah serius. IDN Global melalui diasporanya di Australia dan Belanda telah mengambil inisiatif untuk mengadvokasikan penanganan sampah secara efektif.

Studi di Amerika menunjukan bahwa ikan-ikan di lautan Pasifik Utara setiap tahunnya menelan 12-24 ribu ton plastik yang bisa menyebabkan luka di lambung atau bahkan kematian. Lebih memprihatinkan lagi, plastik-plastik yang ditelan ikan-ikan ini menyebar luas melalui rantai makanan (ikan kecil dimakan ikan yang lebih besar, dst.). Sehingga, plastik-plastik ini menyebar ke ikan-ikan mamalia laut terbesar. Hasil studi juga menyatakan bahwa seperempat dari ikan yang ada di supermarket ditemukan bahan plastik bentuk microfiber di dalam isi perutnya. Oleh sebab itu, bila tidak diatasi dengan baik, hal ini akan berdampak buruk terhadap kesehatan manusia.

IDN Australia dan Belanda diwakili oleh Rudolf Wirawan dan Ebed Litaay telah mengunjungi Instalasi Pembuangan Sampah Terpadu (IPST) Toisapu, kota Ambon bulan lalu. IPST Toisapu adalah satu-satunya tempat pengolahan sampah di kota Ambon. Padahal volume sampah di kota Ambon tiap tahun mengalami kenaikan yang tinggi. Setiap hari IPST Toisapu menerima 110-120 ton sampah dan 70 persen diantaranya merupakan sampah plastik. Oleh karena itu, kunjungan para diaspora ini ditujukan untuk memulai transfer teknologi dari para pakar diaspora dari luar negeri untuk mendaur ulang sampah.

Salah satu yang akan dilakukan diaspora adalah menghadirkan para ahli di bidang tata kelola sampah dari luar negeri untuk bekerjasama dengan instansi terkait di Ambon. Kota Ambon telah membangun kerjasama dengan Belanda. Kerja sama yang sudah ada ini akan ditingkatkan dengan inisiatif baru ini. Sejalan dengan penanganan sampah, diaspora juga dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang budaya hidup sehat. Terakhir, banyak peralatan kesehatan di Eropa, terutama di Belanda, yang tidak lagi dipergunakan setelah tiga tahun. Peralatan tersebut bisa saja nantinya dibawa ke Indonesia untuk dipergunakan. (Sumber: laporan Ebed Litaay)