KabariNews – Keberanian dalam meliput kasus-kasus yang tidak biasa, Febriana Firdaus diganjar penghargaan Oktovianus Pogau dari Yayasan Pantau. Febriana berhak mendapatkan penghargaan itu untuk keberaniannya dalam dunia jurnalisme.

Menurut Febri, panggilan akrabnya, Oktovianus bukan jurnalis kebanyakan.  Okto sangat vokal dalam menulis tentang Organisasi Papua Merdeka. Okto merupakan anak muda yang berbakat dan memiliki nyali serta keberanian dalam menulis hal-hal yang banyak dihindari para kuli tinta. Ia juga berani berhadapan dengan militer. Bagi Febri, keberanian Okto, belum ia miliki. “ Berhadapan langsung dengan militer di daerah konflik dan tetap menulis, saya rasa belum ada yang bisa disejajarkan dengan dia,“ terangnya saat bercerita pengalamannya mengenal Oktovianus Pogau kepada KabariNews.

Lanjutnya, wartawan harus menulis apa adanya, dan menjadi diri sendiri, serta berani menanggung konsekuensinya. “Misalnya saya menjadi jurnalis independen. Konsekuensinya adalah saya tidak bisa memiliki pendapatan tetap seperti jurnalis yang lain, tetapi itu resiko yang harus saya terima. Saya merasakan kepuasan dalam menulis, dan itulah berani menjadi diri sendiri, berani menulis apa adanya dan menanggung resiko dari semua pilihan,” katanya.

Sebagai jurnalis lepas, saat ini Febri menulis feature di Jakarta Post, BBC Indonesia, Voice Indonesia, Time.com dan Time Magazine.

Harapan ke depan, ia menyarankan agar para jurnalis lebih independen, dan lebih dihargai. “Jadi bukan hanya disuruh memproduksi berita,  kerjanya itu seperti malaikat, harus sempurna, menulis itu harus adil, tapi kadang jurnalis sering dilupakan untuk dihargai, karena jurnalis itu apa adanya, dari mulai gaji, kesejahteraan dan sebagainya, “ katanya.

Meski sebagai jurnalis lepas, Febri termasuk beruntung. Karena perusahaan memberikannya honor yang cukup. Namun, ia miris karena sebagian besar jurnalis di Indonesia yang mendapatkan gaji masih dibawah Upah Minimum Regional (UMR).  “Pekerjaan jurnalis itu berat banget. Saya mendorong supaya kesejahteraan jurnalis di Indonesia  meningkat sehingga mereka bisa lebih independen,“ katanya penuh harap.

Mengakhiri pembicaraan dengan KabariNews, Febri membagi filosofi hidupnya. “Saya dibesarkan orangtua agar gemar untuk membantu orang lain, jika dikaitkan dengan profesi saya sebagai jurnalis, saya ingin membantu orang-orang yang tidak punya suara, “ tutupnya. (Kabari1008/foto&video:1008)