Ayundavira Intan adalah perancang busana yang fokus pada batik unsur bordir cantik nan unik. Didaulat sebagai perancang busana pada industri fashion milik kakaknya, Intan biasa ia disapa mulai fokus menekuninya sejak tahun 2015.

Dalam gelaran Jakarta Fashion Week 2018 Oktober kemarin, Intan mewakili Artina yang merupakan brand fashion binaan Dekranasda DKI Jakarta yang selalu mengangkat kekayaan Flora Jakarta, salah satunya yaitu Bunga Nona Makan Sirih yang menginspirasi koleksi tahun ini.

Intan yang tidak pernah kehabisan ide untuk selalu mengeksplorasi tema-tema unik dengan karakter istimewa yang mengandung unsur lokal. Tema yang dibawakannya saat JFW untuk Spring Summer tahun ini adalah THE SOUL.

THE SOUL, koleksi ini mencerminkan jiwa Artina yang selalu menggunakan unsur bordir dalam setiap koleksinya. Paduan unik yang menggunakan batik tulis bermotif bunga khas Jakarta yaitu Nona Makan Sirih dengan gaya busana futuristik. Sesuai untuk mereka yang ingin tampil beda dan berpikiran positif mengenai masa depan.

Menciptakan sesuatu yang unik, itulah yang selalu ada di benak Intan. Busana batik dikombinasikan dengan bordir. “Menurut saya batik bertemu dengan bordir ini memang butuh sesuatu keberanian yang lebih, apalagi batik sendiri sudah punya motif yang beraneka ragam, dan untuk ciri khas dari Artina sendiri yaitu pop art colour, jadi kita harus berani bermain warna,“ jelas Intan saat bertemu dengan Kabari di tempat kerjanya di kawasan Tebet, Jakarta.

Berangkat dari pecinta bunga, Intan mulai menelurkan ide untuk membuat batik klasik dengan paduan bordir. “Kita ingin mengembangkan motif bunga itu sendiri khususnya adalah bunga khas Jakarta. Kita ingin membentuk imej baru dengan bunga-bunga itu supaya jadi lebih trendi dan bisa dipakai anak muda,“ paparnya.

Pengalaman mengajarkan banyak hal bagi Intan. Tak dipungkiri ia pun pernah mengalami kegagalan, tapi bukan menyerah, Intan tetap berkarya menciptakan gaun istimewa. Karena menurutnya semakin lama ditekuni, pengalaman akan menjadi proses belajar yang berguna. Misalnya saat merancang busana dengan bahan yang sudah bermotif dengan aneka warna bordir tentu bukan hal mudah. Proses ini membuat Intan semakin termotivasi untuk menciptakan karya yang unik dan original.

“Kalau kita punya ide tetapi tidak punya visi ke depan, itu juga kita akan ketinggalan, karena begitu cepat perputaran mode,“

Seiring berjalannya waktu, koleksi Artina makin banyak diminati masyarakat. “Koleksi saya bersama Artina itu mulai dari yang basic misalkan kain lilit buat pake kebaya, ada rok silker, basic blazer, bolero ataupun kemeja, selain itu kita juga ada koleksi-koleksi lain misalkan untuk kap buatin berhijab trus ada fes, ada kulot dan basicly juga kita ikutin tren yang kaya jaman sekarang juga yang off soulder habis itu yang asimetris, trus rafel, pokoknya kita ikutin tren dan dikombinasikan,“ ucap Ibu satu anak ini.

Tentu Intan tak ingin puas sampai disini, dirinya masih ingin terus menelurkan ide-ide barunya untuk bisa mengkontribusi bisnis fashion yang kini makin diminati para pecinta mode. Syukur-syukur kata Itan bisa mendunia. “Kita tidak hanya di Jakarta Fashion Week dan Indonesia Fashion Week, tapi nantinya bisa ke New York Fashion Week dengan mambawa ciri khas Indonesia yaitu Batik. Jadi Tidak hanya di Tanah Air saja tapi bisa mengepakan sayapnya hingga ke luar negeri,“ katanya penuh semangat.

Semakin berkembangnya zaman, semakin ketat pula persaingan, hal ini menyadarkan Intan untuk terus berinovasi agar tidak ketinggalan.