Kabarinews – Sekar Sosronegoro baru saja kembali dari Tanah Air untuk meluncurkan buku karya perdananya yang berjudul Kitu, Kucing Kecil Bersuara Ganjil. Buku tersebut merupakan buku pertama dari Seri Buku Toleransi. Ada pun seri buku ini rencananya akan dirilis setiap 6 bulan.

Buku ini berkisah tentang seekor anak kucing bernama Kitu yang baru saja pindah ke rumah baru. Di lingkungan barunya, ia menyadari bahwa dirinya tidak sama dengan kucing-kucing tetangga. Kitu yang semula percaya diri mulai berusaha meniru suara kucing-kucing lainnya, sebelum akhirnya menyadari bahwa setiap kucing memang terlahir berbeda.

Buku dengan format paperback 32 halaman yang diterbitkan oleh penerbit Buah Hati ini menampilkan kucing sebagai tokoh sentral dalam penceritaan. Sekar menilai kucing merupakan hewan peliharaan yang paling mudah dijumpai oleh anak-anak di Indonesia. “Saya ingin anak bisa mendapatkan relevansi antara ketika membaca buku dan ketika keluar rumah di mana mereka dapat melihat langsung karakter kucing tersebut,” tambahnya.

Kepada Kabari News, ia mengaku telah cukup lama memiliki angan-angan untuk menulis buku anak dengan tema toleransi. Akan tetapi, ia terpaksa mengurungkan niatnya karena kesibukan kerjanya selama ini. Tahun lalu, keinginan tersebut kembali muncul. “Saya pikir ini adalah hal yang harus saya kerjakan karena ini adalah mimpi yang ingin saya capai,” ujar diaspora Indonesia yang kini menetap di Los Angeles ini.

Tema toleransi yang dipilihnya juga tergolong unik, terutama untuk kategori buku anak. Kekhasan ini bukan tanpa alasan. ia mengungkapkan bahwa ide tersebut datang dari kesadaran dirinya akan pentingnya mengajarkan prinsip toleransi kepada anak-anak sejak dini agar mereka tumbuh sebagai insan yang tidak mudah berprasangka buruk kepada orang yang berbeda latar belakang. Menurutnya, topik dan tema tersebut merupakan keunikan buku ciptaannya. Seri Buku Toleransi bahkan diklaim sebagai buku seri anak-anak dengan tema toleransi yang pertama di Indonesia.

Berangkat dari pengamatan dan pengalamannya, alumni FISIP Universitas Indonesia ini menilai bahwa anak-anak ingin mendengar cerita dari pencerita yang kesannya sebaya dengan mereka dan tidak sibuk menggurui. Hal senada juga diutarakan oleh pelawak tunggal Ernest Prakasa. “Kita tidak bisa serta-merta mencekoki mereka butir-butir Pancasila atau rangkaian kata-kata mutiara. Lewat Kitu si kucing lucu, buku ini mengajarkan bagaimana menyikapi perbedaan,” kata ayah dua anak itu dalam komentarnya mengenai Kitu, Kucing Kecil Bersuara Ganjil.

Dengan adanya buku ini, Sekar berharap agar putra-putri Indonesia tumbuh menjadi manusia dewasa yang lebih toleran. Menurutnya, bisa hidup damai dan berdampingan merupakan satu-satunya pilihan di tengah kemajemukan Indonesia sebagai suatu bangsa.

Belum lama waktu berselang sejak peluncuran buku pertamanya di Jakarta, Sekar dan tim Seri Buku Toleransi kini telah sibuk menyiapkan buku ke-2 yang rencananya akan dirilis di Indonesia pada bulan Februari 2018. (Kabari1007)